Created by Aii D.Luffi or Aii
Cicuit
..Bagiku..
Hidup seperti ini sudah melebihi
dari cukup. Dan aku juga telah mempercayai sebuah kisah indah dari balik semua
kehidupan. Kalau dalam dongeng,sang pangeran bersama dengan permaisurinya,lalu
memiliki anak dan hidup bagahia tuk selamanya. Maka kalau pada diriku,hal itu
juga sama. Hanya...tidakkah kalian tahu bahwa dunia tidak selalu berjalan mulus
bagai dongeng sebelum tidur? Ini adalah versi lain dari cerita sakhibul hikayat
yang terelisasikan dengan pandangan masing-masing. Terserah kau mau melihatnya
menyimpang atau tidak.
Yang pasti..aku sudah bahagia..
KLAK!
Pria bermata tajam namun sedikit sayu itu menutup laptop hitam legam
seperti rambutnya hingga menimbulkan bunyi. Wajahnya tenang,dan mengeras.
Seolah-olah dia adalah patung berjalan. Sulit sekali tuk mengeluarkan senyum
satu detik saja.
Hampir pukul 5. Sudah waktunya bank tempat ia membanting tulang –sebagai
teller pembuka kartu kredit biasa—untuk tutup. Dia melonggarkan dasinya lalu
membereskan laptop beserta beberapa dokumen yang ada dimeja masuk ke tas ransel
hitam. Dokumen itu sudah lecek,tapi ia sama sekali tidak peduli.
Kemudian setelah selesai,ia berjalan meninggalkan mejanya bergegas
pulang dan tak ada niatan untuk berbelok kemanapun.
“Tuan Lee sudah mau pulang?” sapa wanita cantik berambut panjang merah
disemir. Tatapan dan senyumnya itu genit-genit menjijikkan dimata elangnya.
Apalagi memamerkan kakinya yang terbuka karena rok kerjanya melebihi di atas
paha. Tapi dia sama sekali tidak repot untuk tergiur.
“hmm..” jawab pria tersebut dingin tanpa banyak menoleh banyak.
Seketika wanita merah itu merengut.
Diluar mendung cukup gelap. Segelap wajah dirinya. Kelam dan tak
tertembus. Menyusuri jalan tol yang sangat lenggang dengan kecepatan maksimal
bersama pikiran merajuk kuat. Dan..jatuhlah tetesan bening dari tumpahan awan
dilangit. Hanya sebatas rintik-rintik,namun cukup membuat pemandangan diluar
jendela mobil berkabut. Seakan kota ini
teramat horor. Karena pada kenyataannya pun seperti itu.
Nafas pria bermata elang itu terhirup kasar ketika sebuah dentingan
aneh merebak disudut mobil. Ia merogoh ranselnya sambil menyetir,lalu
mengeluarkan sebuah pager. Aneh memang,ditahun 2013 yang serba canggih,pria
tampan nan dingin tersebut masih mempunyai alat komunikasi jadul beberapa abad
lalu. pager hitam itu kecil,dapat disembunyikan dimana saja hingga orang lain
tak tahu. Dan itulah multi fungsinya bagi pria macam dia.
Dia membaca sebuah pesan aneh bertuliskan simbol-simbol italia.
Seperti..teka-teki..atau kode? Entahlah,pria itu meremasnya,melemparnya ke
dalam ransel kembali—kesal—lalu menukikkan ban mobil dengan tajam hingga
menimbulkan bunyi berdecit keras. Dalam waktu setengah detik,mobilnya sudah
berbelok melawan arus. Tapi toh dia tak peduli. Yang penting,urusannya itu
segera terselasaikan. Dan ia bisa tidur dirumah.
**o0o**
Memasuki komplek perumahan yang masih terasa asing,dari
kejauhan..terlihat seorang bocah sekitar 6 tahun duduk dirumput basah dan
memegang sesuatu,tak tahu apa. Dan ia sadari,bocah itu tidak sendiri. Bersama
seorang wanita muda,cantik,mungil,dan dingin. Wanita itu hanya mengawasi sang
bocah dari dekat tanpa senyum. Lalu seketika mobil meluncur ahli ke pelataran
parkir sebuah rumah besar bergaya Eropa. Dan kedua orang yang tengah asik
dirumput,mendongak.
“ayah!!!” Seru bocah itu senang. Tapi ia sama sekali tidak berniat
untuk bangkit berlari dan memeluk ayah yang ia maksud. Pria berwajah kelam
itu—keluar dari mobil berwarna sama seperti rambutnya,tersenyum samar mendengar
bocah tampan itu menjerit senang. Disaat bersamaan,dia melirik wanita cantik
yang memakai gaun merah pudar selutut tersenyum kecil menatapnya.
“apa yang kau lakukan?” tanya pria itu setelah berjongkok didepan
anaknya,mengusap rambut lebat si bocah
penuh sayang. Anak itu terkekeh tapi tidak menjawab. Melanjutkan permainannya.
Merasa diacuhkan,pria ini mendongak,berdiri lalu mencium sebuah kening halus
yang sangat ia cintai. Wanita itu memejamkan mata merasakan kehangatan yang
mengalir dari bibir suaminya.
“tidak ada yang aneh kan?” bisiknya sembari menunduk. Wanita itu
menggeleng mantap. Bermain dengan kerah baju suaminya.
“ayo,sayang kita masuk. Sepertinya akan hujan lagi”
Darisitulah sang pria mengisyaratkan wanita dan anaknya untuk masuk
kedalam rumah. Tampak dari sudut matanya terdapat 3 orang ibu-ibu paruh baya
tengah berbisik-bisik diujung dan sesekali melihat keluarga kecil mereka.
Sengaja menampakkan keharmonisan,pria itu meraih bahu istrinya lalu menggiringnya
masuk.
“..lihat! Pasangan yang cocok ya? Yang satu tampan,dan yang satu lagi
cantik. Anaknya saja seganteng bapaknya” sahut si ibu kagum memakai baju biru.
“Sepertinya mereka masih muda ya? anaknya saja baru satu dan masih SD.
Aduhhh romantis sekali” timpal seorang ibu bergaun putih kusam.
“Tapi..mereka sedikit tertutup. Istrinya saja jarang berkumpul seperti
kita-kita. Apa karena masih muda ya?” Dan yang berbaju hijau bertanya heran.
Memandangi rumah besar yang ada dihadapan ketiganya.
Si bergaun putih mengangkat bahu bingung.
“entah. Atau mungkin karena baru pindah..sulit beradaptasi. Padahal
orang sini kan ramah-ramah”
“oiya..siapa namanya?”
“Nyonya Lee? klo tidak salah..Hae sun? Hee sun? Hye..sun?? Aku lupa.
Panggil saja dia Nyonya Lee Minho”
Lalu ketiganya tertawa sumbang,menikmati sore yang basah selepas hujan.
membuat bocah itu yang hendak berjalan ke dalam rumah—menoleh ke arah mereka.
Ia menyatukan alisnya,memasang wajah aneh nan misterius. Mata elang yang
diturunkan dari sang ayah—memandang tajam seakan ingin melahap mereka yang
menertawakan sesuatu. Tapi sudahlah. Ia tak peduli dengan ibu-ibu.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar