Prolog
Cinta..satu kata indah yang penuh makna. Melihat sepasang makhluk adam
dan hawa memancarkan aura kasih sayang satu sama lain membuat semua yang ada
disekitar merasa turut bahagia dan menikmati indahnya cinta. Memang cinta itu
cantik, agung, sejati. Tapi tahukah kalau perbedaan antara cinta dan benci
begitu tipis? Cinta bisa saja disalah artikan oleh seseorang karena suatu kesalahan
yang fatal. Membuat yang lain menderita, sakit hati, bisa jadi mati. Cinta
hitam, cerita kasih sayang yang ternoda akan kebencian begitu dalam. Merubah
segalanya menjadi cerita tragis, bukan romantis. Cinta akan membawa kita ke
surga, tapi dilain waktu bisa juga cinta menjatuhkan kita ke lubang dasar
neraka.
Bab 1
Para karyawan diruangan sempit itu cukup sibuk. Hilir mudik membawa
perangkat besar-besar yang dibutuhkan untuk pemotretan hari ini. Wanita cantik
itu—Andrea—menata poninya yang sedikit jatuh ketika ponsel berkilaunya bergetar
menimbulkan getaran kencang dimeja rias. Dengan anggun,jari lentiknya
mengangkat ponsel tersebut dan membaca layar siapa yang menelpon dijam-jam
sibuk begini.
“ibu?” Andrea menggumam tidak senang. Setelah dua pekan ibunya tidak
pernah mengabari sejak bulan madunya dari Hawai, beliau menelpon Andrea saat ia
bekerja? Tidak bisakah diwaktu lain? Andrea tidak berinisiatif menjawab ponsel
tersebut. Dimasukkannya benda mungil nan berkilau itu di tas gucci mahalnya.
Bukannya tidak mau ngobrol, hanya saja Andrea tahu pasti sang ibu pasti
bercerita dengan nada gembira mengenai bulan madu romantisnya bersama Mark—ayah
tiri Andrea. Pria lebih muda 4 tahun dari usia ibu Andrea. Wajahnya memang
boros dan terlihat tua, badannya pun kurus. Tampan juga tidak begitu. Bagaimana
sang ibu bisa melirik pria macam dia? Ibunya menemukan Mark dari mana sih?
Ayah Andrea, Joseph meninggal ketika Andrea masih duduk di bangku
kuliah tahun ke 5. Sarjana belum diraih, tapi almarhum Joseph malah
meninggalkan wasiat berupa perusahaan raksasa beserta harta warisannya semua
jatuh ditangan Andrea. Arina istrinya pun hanya mendapat 30 persen saja. Tapi
Arina tak protes. Ia tahu suaminya begitu mencintai Andrea, putri semata wayang
tersebut. Yang paling histeris saat Joseph meninggal juga Andrea. Dia baru saja
pulang membawa hasil nilai tertinggi kuliahnya, disambut dengan tubuh kaku sang
ayah. Dingin, tidur dengan tenang.
Tapi itu kejadian sudah lama berlalu, Andrea sudah bisa memupuk rasa terpuruknya
dengan mengambil profesi melenceng dari studinya. Dalam surat tersebut, Joseph
menginginkan putrinya dapat bergerak dalam perusahaan yang beliau miliki.
Jangan menganggap karena Andrea teramat cinta dengan ayahnya hingga ia mau
menerima. Andrea tak suka berbisnis. Waktu itu adalah waktu terberat
dikehidupan Andrea. Ia malah memutuskan, sang ibulah yang menggerakkan
perusahaan sementara Andrea hanya mengawasi dari jauh. Dan ia meninggalkan
sastra prancis yang ia geluti di sekolah, lalu mengambil jalur modeling, super
star yang sedang naik daun.
Beberapa tahun, Arina memberi kabar bahwa ia bisa membawa nama baik
perusahaan suaminya maju kembali. Andrea senang mendengar itu, tapi disatu sisi
kecewa. Disitulah Mark datang. Kata Arina, pria itulah yang selama ini membantu
ibunya untuk membangkitkan kembali perusahaan besar nomor satu di London
tersebut. Dia juga memperkenalkan Mark sebagai calon ayahnya yang baru. Hati
Andrea tertusuk, sebegitu lupakah ibunya akan Joseph? Walau memperlihatkan
gelagat tak suka, Andrea tetap menyetujui. Bagaimanapun, Arina perlu pendamping
hidup di masa bukan mudanya kini.
“Andrea, pemotretan sebentar lagi. Bersiaplah” ujar make up stylistnya.
Andrea bangun dari lamunan sedikit terkejut kembali ke kehidupan nyata.
“baiklah. Aku segera ke sana” tak dipedulikan lagi ponsel yang terus
bergetar di dalam tas. Langkah yang sangat sexy, gaun hitam berkilau
berpotongan rendah memperlihatkan kulit sutranya, rambut coklat panjang nan
indah, Andrea menatap ke depan memasang wajah dinginnya. Sedikit memikirkan apa
yang akan ibunya katakan setelah pernikahan? Mengajaknya tinggal bersama?
Enyahlah kalau itu benar terjadi. Pasalnya, Andrea merasa risih setiap kali
bertemu Mark. Pandangan kelabu tua, sok perhatian pada dirinya. Memuakkan.
“wow, cantikku. Kau terlihat mempesona seperti biasa” Mario sang
fotografer berambut gondrong menghampiri dan mengecup pipi Andrea lembut. Wangi
lavender yang berlebih menyerbak ditubuh sempurna Andrea membuat ia tersenyum.
“terima kasih, Mario. Sekarang, apa aku menjadi model utama dimajalah?”
katanya menyeringai melangkah ke tengah studio.
“tentu saja. Kau bintangnya. Aku yakin penjualan majalan ini akan naik.
Setiap mereka memampang foto cantikmu, semua akan tergiur untuk membelinya. Percayalah”
“Andrea terlihat cantik dari segi manapun. Kau yang terbaik” puji salah
satu kru dan disetujui yang lain. Andrea tertawa sedikit, masih terlihat
anggun, dingin, bahkan sombong.
“kau sudah siap sayang? Berposelah senyaman mungkin. Itu keahlianmu”
Mario mulai mempersiapkan kameranya.
JEPRET...JEPRET..JEPRET..
Perfect. Semua orang yang ada disana begitu kagum melihat hasil gambar
Andrea. Dia cantik, lekukan tubuh sempurna yang menggiurkan, wajah arogansinya
terlihat menawan membuat siapa saja tergoda. Para kru itu iri, terutama wanita.
Andrea Blunt memang sempurna. Ia memiliki segalanya.
“berita apa yang akan dicantumkan untuk edisi ini?” tanya Andrea
selesai pemotretan dan meminum sodanya. Mario terkekeh penuh jahil.
“kehidupan misteri sang super
girl,Andrea MaryKate Blunt. Kau menyukainya?” andrea meringis sambil
melepas high heels 12 centi itu.
“aku lebih suka memakai Taylor daripada Blunt” Taylor adalah marga ayah
kandungnya, dan Blunt sudah pasti milik ayah tirinya.
“apapun itu, kau tetap indah dan orang-orang tidak peduli apa itu
Blunt, apa itu Taylor” hibur Mario lalu menghilang dibelakang studio. Andrea
mengehela nafas, lagi-lagi majalah memuat berita simpang siur kehidupannya. Apa
yang menarik? Hanya putri kayaraya yang sombong, hidup bergelimang harta bersama
orang tua yang dicintai. Ditinggal pergi oleh ayah yang sudah tua, lalu hidup
sebagai superstar kelas atas. Walaupun sesimpel itu, tetap saja Andrea
merahasiakan semua itu dari publik. Karena menurutnya juga tidak berguna mereka
mengetahui urusan hidupnya.
**o0o**
Arina sudah lelah memasang ponsel itu ditelinga hampir setengah jam.
Putrinya disana tidak kunjung menjawab. Apa dia sibuk? Atau dia pergi keliling
negara? Atau apa... pikiran negatif Arina datang dan datang lagi. Wanita paruh
baya itu mondar mandir di ruang kantor besarnya sekaligus ruangan Mark,
suaminya juga saat ini.
“sayang, Andrea tidak mengangkat telponku. Kemana dia? Apa dia kabur
setelah bulan madu kita? Tidak mungkin tidak mungkin kan..” katanya cemas.
Merasa tak ada respon, Arina berbalik. Suaminya itu sedang terkikik mendengar
ocehannya sembari masih menyibukkan diri dikomputer canggih.
“Andrea tak akan sebodoh gadis desa. Ia sudah besar. Dia mampu menjaga
diri, sayang. Hanya telpon lagi nanti sekitar jam 2. Lalu katakan kalau dia
harus bergegas. Pesta dimulai pukul 7 dan kita menjemputnya pukul 6. Kau tahu
kan dandan seorang wanita lebih dari satu jam. Apalagi Andrea” Mark terkikik
lagi. Tapi tidak membuat kekhawatiran Arina hilang.
Masih nekat untuk berbicara dengan putri satu-satunya itu, Arina
menghubungi kembali. Deringan ketiga terangkat, Arina hampir menjatuhkan ponsel
cantiknya karena teramat senang.
“ibu” suara datar dan merdu milik Andrea terdengar.
“Andrea?? Kau kemana saja? Ya tuhan, ibu merindukanmu dan kau tak menjawab
telpon ibu??” pekik Arina menoleh kepada Mark. Keduanya tersenyum
“maaf ibu. Aku sedang pemotretan. Aku hendak menelponmu kembali setelah
selesai tapi kedahuluan olehmu. Yaa..aku juga merindukanmu..bagaimana
honeymoon? Senangkah?”
Andrea mengucapkannya sok riang. Walau begitu ia tidak ingin menyakiti
ibunya kalau ia tidak suka dengan Mark.
“aku bahagia sweetheart. Tapi aku juga sedikit merasa bersalah padamu”
kata Arina lirih.
“kenapa?”
“kita biasa berpergian bersama, dan sekarang aku meninggalkanmu
bersenang-senang sendiri. Jujur aku merasa tidak nyaman,sayang” perasaan arogan Andrea sedikit mencair
mendengarnya.
“ya ampun ibu. Its okay. Aku baik-baik saja. Lihat, kau sedang bulan
madu. Aku malah semakin merasa bersalah sudah menjadi nyamuk di antara liburan
kalian. Aku tidak mau itu terjadi, mentang-mentang aku belum punya pasangan,
begitu?” keduanya tertawa hangat.
“aku mengerti. Ibu sangat merindukanmu..”
“ya ya aku juga sama”
Ada keheningan sejenak ditelpon, ketika Mark mendesak Arina, istrinya
itu segera berbicara kembali.
“oh iya apa kau malam ini ada acara?”
“ya, aku ada interview di restoran..”
“batalkan. Hari ini kau ikut ibu” potong Arina mantap.
“apa?!! kemana?” cicit Andrea segera.
“sebuah pesta para pejabat negara, perusahaan kita terdaftar sebagai
tamu terhormat. Aku ingin kau juga ikut karena bagaimanapun juga, kau pemilik
semua ini sayang” ketika Arina berkata seperti itu, lirikan kecil muncul di
sudut mata Mark yang masih duduk dimeja kerjanya.
“astaga ibu. Cukup kau dan Mark saja yang datang. Aku tidak harus..”
“kau harus!! Kami menjemputmu pukul 6. Jangan mencoba kabur dari ibu.
Lagipula apa kau tidak ingin memeluk ibumu ini? Kau sungguh keterlaluan,
anakku”
Andrea menghela nafas frustasi. Disibakkannya rambut yang menutup
keningnya sedikit kesal.
“baik baik. Pukul 6 aku siap”
“nah, jangan lupa dandan yang cantik seperti biasanya. Siapa tahu..kau
akan bertemu seseorang yang tak terduga bukan?”
Arina dan Mark diam-diam tersenyum misteri penuh kemenangan.
**o0o**
Dentingan harpa berpadu piano melantun merdu di ballroom mewah
tersebut. Semuanya berpakaian indah, terutama wanita. Gaun-gaun sutranya sudah
pasti mahal dan eksklusif. Para pria berjas membuat diri mereka terlihat gagah.
Canda riang nan anggun memenuhi ruangan ditambah makanan kelas atas yang memacu
hasrat lapar dari tekstur bentuk dan baunya.
Alfian, kulit sedikit coklat, rambut hitam legam, jangkung, jas biru
gelap bersih dipadu celana berwarna sama dan kemeja putih tengah menggoda gadis
sexy bergaun kuning disudut bar. Champagne merahnya hanya diputar-putar, bibir
padatnya membisikkan beratus gombalan nakal ke telinga si gadis dan membuat dia
tertawa karena sikap senonoh Alfian.
“hei bro!” tepukan pelan jatuh dipundak, Alfian memalingkan muka ke
belakang. Itu Ben dan Romy. Mengandeng gadis sexy masing-masing. Alfian
tertawa.
“heyy..kalian diundang juga? Senang bertemu kalian lagi” Alfian memeluk
satu persatu sahabat kentalnya. Para wanita mengerti dan segera berbalik pergi
membiarkan ketiga kawan itu bernostalgia.
“aku dengar kau ke London beberapa hari lalu. Tidak sempatkah kau
mengunjungi kami?” tanya Romy tidak terima. Alfian menggeleng dan tertawa.
“maafkan aku, pekerjaan. Lagipula ini utusan tuan besar untuk kembali.
Kalau tidak, aku akan tetap berada di New York dan tak akan pernah
kembali”katanya tenang menunjuk Charles—sang ayah.
“lihat dirimu, man! Kau fantastis. Telah menemukan seseorang sudah?”
sindir Ben.
Alfian geli mendengarnya. Rupa menawan tersebut terlihat begitu tampan
saat tertawa. Mari kita koreksi, seorang cassanova seperti Alfian menemukan
seseorang spesial? Tidak mungkin. Dia terkenal sebagai pangeran ranjang yang
hebat. Wanita manapun berani terang-terangan telanjang dimatanya hanya demi
satu malam bersama berguling diranjang dengan Alfian. Ia suka kehidupan itu,
ditengah bisnis gila di perusahaan nomor kesekian di London. Jadi dia harus
turut membantu sang ayah mempromosikan perusahaannya agar menjadi yang utama
dinegeri sendiri dan diluar. Membuat Alfian banting tulang ekstra tiga kali
lipat dan bersenang-senang dengan wanita ditempat tidur berbeda setiap
malamnya.
“aku belum menemukan siapapun. Lebih tepatnya..TIDAK” katanya menekan.
Ben dan Romy tertawa sedangkan Alfian menyesap minumannya.
“kau tidak berubah, bung. Tetap playboy seperti masa sekolah. Bagaimana
bisnis? Apa yang membawamu datang kemari?”
Sejenak Alfian kembali memandang ayahnya yang tengah mengobrol asik
dikerumunan petinggi.
“tidak terlalu bagus dan membuatku cukup stress. Kadang naik, tapi
terkadang jatuh terhempas. Aku sendiri juga tidak mengerti kenapa Charles
mendadak menginginkanku pulang, dengan paksaan” ujar Alfian melotot konyol.
“sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Kau kembali sekarang dan kita
harus menikmati kepulanganmu ini. Mari kita lupakan kantor dan
bersenang-senang” ketiganya mengangkat gelas dan bersulang. Alfian tidak
sengaja melihat Charles melambaikan tangan isyarat untuk datang.
“aku pergi dulu, pals. Kita bicara lagi nanti” dengan langkah besar dan
tubuh tinggi menjulang, para wanita muda tersenyum genit pada Alfian dan
berbisik-bisik mengagumi wajah replika dewa yunani itu. Dalam hati sang
cassanova teramat bangga. Ia membalas dengan mengerling sebelah mata menggoda
dan tetap melanjutkan langkahnya hingga berhenti di samping ayahnya.
“nah, Mark. Kenalkan, ini putraku satu-satunya. Alfian, ini Mark yang
kuceritakan. Sahabat dekatku dari kita sekolah” kata Charles mempersilahkan.
Alfian memandang Mark sedikit menilai, sekitar usia 40 tahun. Keduanya berjabat
tangan.
“halo Mr. Blunt. Senang akhirnya bisa bertemu anda” sapa Alfian hangat.
Mark membalas dengan senyum sumringah.
“senang berkenalan denganmu juga, Alfian. Kau begitu besar. Aku masih
ingat ketika kau masih berusia tiga dan kau memiliki gigi ompong. Kini bocah
tersebut sudah beranjak sangat tampan” puji Mark tidak percaya. Alfian
mengangguk sopan. Charles membanggakan putranya tersebut dengan
dibesar-besarkan. Dan Mark percaya saja memberi wajah setuju dan senang akan
kepintaran Alfian di universitas dulu. Tidak dipungkiri memang, Alfian si
playboy jagoan itu masuk peringkat summa cumlaude dan siapa yang tidak senang
bisa dicium olehnya?
“oh ya, dimana istri dan anakmu, Mark? Kau tentu mengajaknya bukan?”
“astaga aku hampir lupa. Tunggu sebentar” tubuh kurus Mark berbalik
mencari keluarganya ketika Alfian mendekat.
“ayah bilang dia punya istri? Anak? Bukankah..”
“dia baru saja menikah. Berusaha wajar. Nanti kuceritakan semuanya”
hanya itu jawaban Charles.
Disisi tempat, para wanita-wanita kaya tengah bergerombol membentuk
kelompok gosip sendiri sendiri. Arina melihat tanda suaminya untuk segera
datang ke tempatnya berdiri. Dia mengerti, dialihkannya pandangan pada Andrea.
Putrinya sedang di tengah-tengah pujian dari istri-istri pejabat. Entah itu
begitu cantik, tidak menyangka Andrea semengagumkan ini. Andrea tersenyum sopan
dan senang, menampakkan wajah sedikit sombongnya. Ia bangga dengan apa yang ia
miliki.
“andrea..” panggil ibunya kewalahan. Andrea menoleh.
“permisi sebentar nyonya-nyonya. Aku dan anakku harus pergi. Terima kasih”
kata Arina riang karena Andrea menjadi pusat perhatian malam ini di ballroom.
“ada apa ibu?” tanya Andrea.
“Mark akan memperkenalkan seseorang. Ayo”
Topeng dingin Andrea kembali terpasang saat keduanya berjalan menuju
Mark. Andrea pasrah saja tangannya diseret Arina, hanya untuk satu malam ini
saja. Besok-besok tak ada lagi, bila bersama mark.
Sementara itu Alfian menunggu denga raut bosan. Memikirkan sahabat
ayahnya itu memiliki anak, yang ada dibayangannya seorang bocah-bocah nakal.
Lari kesana kemari. Berteriak-teriak menyebalkan. Melempar makanan sembarangan.
Sungguh Alfian membenci anak-anak. Rasanya ingin kabur ke kerumunan gadis-gadis
berpaha putih di ujung sana daripada disini.
“ini dia istriku. Arina, dan putrinya.. Andrea”
Ucapan wow keluar dari bibir Charles membuat Alfian berpaling malas.
Mata tajam gelap yang Alfian miliki berubah terang. Sesosok makhluk mempesona
berjalan anggun mendekat ke arahnya. Bergaun biru gelap dan berpotongan cukup
rendah, kulitnya yang seindah kain sutra terpampang jelas pada leher sexy,paha,
lengan panjang, lutut yang..wow Alfian tiba-tiba merasa gairahnya naik. Wajah
mungil cantik itu dibingkai sanggulan rambut coklat sederhana namun masih
mempesona. Tak ada senyum, tapi Alfian yakin bibir merah mudanya sangat manis
bila dirasakan, seperti gulali.
“aku tentu tahu siapa Arina..” seru Charles mengingat perusahaan
almarhum suami Arina. Dia tersipu, lalu Charles langsung melihat wanita
disamping Arina.
“dan kau pasti..”
“Charles, Alfian, kenalkan ini putri tiri tercantikku, Andrea. Dan
Andrea, ini Charles Dunkan”
Andrea melirik sebal pada Mark tapi segera berjabat tangan hormat
dengan Charles.
“halo Mr. Dunkan. Senang bertemu anda”
“ya, Andrea. Bukankah kau..model yang tengah heboh dimajalah?
Supergirl..itu?” tanya Charles tak percaya.
“tidak seheboh itu, Mister” jawab Andrea sopan.
“tidak kusangka kau punya putri menawan seperti ini Arina. Dan
Alfi..Alfi..”
Mereka semua menatap Alfian yang tanpa sadar memasang wajah terpesona
oleh kecantikan yang dimiliki Andrea. Sorot matanya tertulis jelas kalau Alfian
begitu kagum membuat semua terkikik kecuali Andrea. Wanita itu tertegun dengan
tampang keras. Alfian yang tampan dan Andrea tidak berhenti mengagungkannya
dalam hati. Ia tidak suka terang-terangan menyukai sesuatu seperti sikap Alfian
kini padanya.
“ALFI..” Alfian terperanjat mendengar geraman Charles. Sang ayah
mendesah, putranya itu sedikit memalukan kali ini. Terpesona sih terpesona,
tapi tidak perlu sebloon itu kan.
“ah ya..maaf?” kata Alfian gugup.
“kenalkan,ini Arina Blunt istri Mark. Dan putrinya..Andrea” Bayangan
bocah nakal pecah menjadi serpihan dan serpihan itu berubah wujud menyatu
menjadi seorang bidadari sexy didepannya.
“halo Alfian. Wow kau tampan sekali” puji Arina berjabat tangan.
“terima kasih nyonya Blunt. Dan..gadis cantik ini..”
Alfian mengeluarkan jurus jitu saat ia menarik perhatian seorang wanita
yang ia incar beserta senyum maut. Membuat para orang tua itu mendelik.
Andrea menyeringai sedikit dengan ekspresi sama—dingin.
“halo Alfian. Senang bertemu denganmu”
“suatu kebanggaan bisa berkenalan dengan wanita indah sepertimu Andrea”
saat kulit mereka bersentuhan, Alfian menutupi erangannya. Kulit itu begitu
mulus. Ia meremas jabatan Andrea membuat wanita itu bingung dan sedikit risih.
“apa kau tahu,Andrea adalah model terkenal saat ini” papar Charles
bangga.
“model? Di..”
“London” jawab Mark memotong perkataan Alfian.
Sungguh sangat disayangkan seorang malaikat itu dilewatkan oleh Alfian.
Dia sudah berkali-kali tidur dengan model model atas, tentu saja di New York.
Ia tidak pernah tahu ada permata berkilau yang ia abaikan dinegara kelahirannya
sendiri. Alfian memasang senyum tajam, ia bertekad akan mengambil Andrea.
“itu mengesankan. Kau adalah wanita tercantik yang pernah aku temui
sebelumnya, Andrea. Dan bisa dibilang..bersinar di tempat ini” seringai Alfian.
Andrea terkikik arogan membalas tatapan pria yang ada dihadapannya dengan pandangan
menggodanya.
“terima kasih, Alfian. Aku juga merasa..kau tertampan dari sekian juta
pria yang aku pernah kenal”
Pasangan Blunt dan Charles hanya diam menyaksikan anak-anak mereka adu
tatapan seperti mengikuti perlombaan. Dalam hati mereka, senang juga. Sukses
besar.
“ehmm..aku rasa..yang tua-tua ini butuh menghilang. Membiarkan pasangan
muda ini berbagi pengalaman hanya berdua” ujar Mark menggandeng tangan Arina
bersiap pergi.
“tak perlu Mr Blunt. Cukup aku dan Andrea saja yang akan pergi..”
Andrea tersentak tidak mengerti maksud Alfian. Disaat itulah sebuah
biola dipadu harpa dan piano melantunkan instrumen theme song Titanic. Alfian
melirik sekilas pada band pengiring disana dan kembali menatap bola mata coklat
Andrea.
“maukah kau berdansa denganku, Andrea?” uluran tangan Alfian
memperjelas maksud perkataannya tadi. Andrea melihat kembali wajah Alfian, pria
itu menaikkan alis kiri meyakinkan ajakan dansa. Dingin di tubuh tapi gugup
kencang dihatinya, Andrea mengambil ajakan itu dengan tenang dan keduanya
beriringan turun ke lantai dansa dimana sudah ada beberapa pasangan yang menari
dulu.
Arina tersenyum bahagia.
“sayang, bukankah mereka sangat serasi? Aku tidak menyangka putramu
setampan itu, tuan Dunkan. Lihatlah” cicit Ariana. Mark mengelus jemari
istrinya yang bertengger dilengannya.
“itulah yang kami maksud mempertemukan Andrea dan Alfian, istriku..”
“ya?” tanya Arina berpaling. Charles tergelak.
“begini Arina. Aku dan Mark..bermaksud..”
“menjodohkan Alfian dan Andrea. Apa kau mengizinkan?”
“HAH??!!”
**o0o**
Kedua mata mereka terkunci satu sama lain, begitu juga lengan. Milik
Alfian berada dipinggang ramping sexy Andrea, sedangkan milik Andrea melingkar
di leher kokoh Alfian. Dansa mereka lambat. Saling meresapi keadaan intim ini.
Alfian mendekatkan wajahnya beberapa inci.
“apa kita berjodoh?”
Andrea mengerutkan kening. “apa..?”
“kau tidak sadar, warna pakaian kita sama. Aku rasa..kita jodoh..”
Akhirnya Andrea tertawa walau tetap bersikap jual mahal sudah membuat
Alfian senang dan bernafsu. Segala yang ada pada Andrea mempunyai kekuatan
magis tuk membangkitkan gairah Alfian.
“kau pria aneh. Mana bisa jodoh ditentukan dari warna pakaian. Apa pria
yang terlihat playboy sepertimu percaya akan jodoh, tuan muda Dunkan?” sindir
Andrea tatkala tangan kekar itu turun perlahan menuju pantatnya.
“berjodoh dengan wanita secantik dan semenarik dirimu, aku lebih dari
sekedar bersedia. Aku tidak bohong, kau wanita terindah yang pernah kutemui”
nada suara Alfian berubah parau.
Alfian hendak mengecup bibir itu tapi Andrea yang paham menangkis
dengan memalingkan muka ke kanan membuat bibir Alfian meleset mengecup leher
putihnya. Ia malah semakin tergoda saat mencium aroma lavender menyengat.
“jangan membuat adegan memalukan di tempat ini. Kau tidak sadar kita sudah
diperhatikan hampir seluruh tamu, tuan muda” peringatan dingin Andrea. Benar
saja, seluruh undangan menatap pasangan sempurna itu memancarkan tatapan mata
kagum.
“aku tak peduli dengan semuanya, karena mataku hanya tertuju pada satu
wanita cantik disini..” Andrea berjinjit sedikit merasakan pantatnya diremas
lembut. Bagian suci yang tidak pernah disentuh pria kali ini dengan lancangnya
Alfian mala meremasnya.
“dan jangan panggil aku tuan-muda-Dunkan lagi. Panggil aku Alfian..atau
ada panggilan yang lebih kusuka. Alfi..misalnya” Alfian berbisik tepat
ditelinga kiri Andrea dan wanita itu mempererat pelukannya dan tertawa sexy.
Menyandarkan keningnya di bahu Alfian dan ia senang Andrea melakukan itu.
“jujur, aku suka dan tertarik bertemu dengamu. Tapi sayangnya..aku
sudah banyak mengenal dan paham pria macam kau. Playboy..dari satu ranjang ke
ranjang lain. Semua tertulis diwajahmu” Andrea membelai menggoda wajah Alfian
yang menurutnya sangat tampan. Alfian mempertajam tatapannya. Menyentuh tangan
Andrea dipipinya dan mengecupnya.
“dan kau..wanita yang hidup bak putri raja. Bergelimang harta,
berfoya-foya, pecinta jutaan dolar. Kau begitu arogan tapi aku suka itu. kau
tantangan bagi seorang playboy seperti Alfian” Alfian meremas pantat Andrea
lagi dan wanita itu mengerang tersendat.
“bisakah..kita hanya berdansa? Tanpa perlu saling menghina seperti ini?
Baiklah aku akui. Aku sangat sangat tertarik bertemu denganmu” ujar Andrea dan
menyandarkan keningnya di bahu Alfian lagi, menunduk. Ia tidak mau menatap bola
mata tajam pria ini. Takut gairahnya semakin meletup-letup dan ini di tempat
umum. Ia memilih memandangi sepatu indahnya saja dilantai.
“dengan senang hati, putri. Hanya memelukmu..aku sudah merasa terbang
ke awan” tekan Alfian dan tanpa diizinkan, Alfian mengecup setiap lekuk di
tengkuk indah Andrea yang menunduk. Andrea berpegang pada jas mahal Alfian
meremasnya tak takut kalau kain itu bisa robek seketika.
Keduanya masih bergoyang sambil memeluk lembut ditengah lantai dansa
ketika suara dentangan keras dari arah jam besar meraung. Itu pukul 12 malam,
sangat tidak terasa bukan. Perlahan Andrea mengangkat wajahnya dengan ekspresi
lelah. Dari pekerjaan, semua pikiran mengenai pernikahan ibunya, ditambah
bertemu Alfian yang entah membangkitkan gairah panas ditubuh Andrea yang tidak
pernah terpancing seperti ini.
Alfian menatapnya sendu.
“aku harus..pulang..” kata Andrea parau. Alfian bisa melihat
gurat-gurat lelah dari wajah Andrea tapi tidak pernah mengurangi kecantikan
wanitanya.
“apakah kau ini cinderella?mengapa?” tanya Alfian bingung. Lengan yang
melingkar dilehernya pelan-pelan turun ke dadanya.
“aku ada interview dan pemotretan besok pagi. Lagipula aku juga sudah
merasa tidak bertenaga. Hari ini pekerjaanku full tidak membiarkan aku
istirahat” sempat-sempatnya Andrea menyeringai mengusap dada bidang Alfian.
“aku..akan mengantarmu pulang”
“tidak tidak usah. Sopirku sudah menunggu didepan. Terima kasih untuk
malam indah ini. Sampai jumpa” sedetik kemudian kungkungan lengan terlepas
semua. Andrea beranjak pergi tapi ia terkejut, pergelangan tangannya ditarik
membuat tubuhnya berbalik menabrak dada bidang itu lagi. Tatapan api di mata
Alfian membara,tidak rela secepat itu meninggalkan wanita ini sebelum ia
mendapatkannya di tempat tidur master.
“kau belum meninggalkan 8 digit nomor ponselmu padaku,cinderella” geram
Alfian tak sabar. Andrea terkikik menggoda dan berbisik menghembuskan nafas
diteling kiri Alfian membuat pria itu merinding sekujur tubuh.
“kalau kita berjodoh..kita akan dipertemukan lagi..”
Suatu keterkejutan melanda dan kulitnya menjadi panas seketika. Andrea
mengecup pipi Alfian selembut kapas menggodanya.
“bye..Alfi..”
Alfian masih berdiri terpaku sendirian dilantai dansa. Menatap tubuh
mungil yang berjalan mengayunkan pantat sexynya ke kanan dan ke kiri penuh
sikap arogan. Disentuhnya pipi bekas kecupan kecil tapi cukup mengalirkan
listrik berkekuatan dahsyat di saraf Alfian. Wanita itu menarik ulur dirinya
mencoba menantang Alfian. Baiklah, kita lihat siapa yang akan menang. batin
Alfian dalam hati menyeringai tidak puas.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar