Minggu, 17 November 2013

Memories,cerita 1



Jandi terbangun dengan rasa sakit di kepala. Dia terhuyung-huyung sambil memegangi kepalanya yang seakan mau pecah menuju sofa. Jarum jam menunjukkan pukul 5 lebih 30 menit dan suasana rumah masih nampak sepi. Hanya beberapa siluet cahaya matahari masuk mengintip lewat jendela kaca.
Dirasa berbaring di sofa tidak ada gunanya, lagi-lagi dengan terhuyung Jandi menuju kotak obat yang ada di dapur.

“dimana sih obat itu?” gerutunya mengobrak-abrik isi kotak. Ia lupa kalau obat sakit kepala yang ia cari sudah habis sejak kemarin karena ia terlalu sering sakit kepala, sepertinya.

“cari apa?”
Jandi terlonjak.
“halmonie,bikin kaget saja” kata Jandi menepuk dadanya.
“aku tanya kau cari apa?
“obat sakit kepala. Apa sudah habis?”
“tunggu sebentar. Sepertinya di kamar halmonie ada satu. Biar aku cari”

Halmonie adalah pengasuh keluarga Geum sejak Jandi kecil. Jandi pun sudah menganggap halmonie sebagai neneknya sendiri. Diusianya yang ke 63 tahun, tubuhnya masih kuat untuk mengerjakan ini dan itu. Walau tidak bisa melakukan pekerjaan berat karena usianya yang sudah menua, setidaknya ia akan pusing bila tidak melakukan kegiatan apapun. Maka dari itu dari pada halmonie tidak melakukan hal apapun dirumah keluarga Geum yang besar, beliau mengikuti Jandi untuk mengurus kelinci-kelincinya.

“Jandi-aa, kau sering terkena sakit kepala. Apa kau baik-baik saja?” tanya halmonie cemas.
Jandi meneguk air putih banyak-banyak lalu tersenyum kecut.
“hanya lelah dari pekerjaan. Dikantor sedang sibuk-sibuknya sekarang. Tenggat waktu sudah dekat. Aku harus kesana-kemari mengejar artikel yang terlambat. Halmonie tak usah cemas”
“jangan kau remehkan sakit kepalamu itu,nak. Kalau semakin menjadi, pergilah ke dokter. Aku takut kau terkena penyakit yang aneh atau apalah” kata halmonie sambil berlalu yang membuat Jandi terkikik. Untuk seorang Jandi, wanita yang jarang terkena sakit sejak dulu. Paling-paling hanya flu ringan itu pun dia masih bisa bersekolah. Jandi selalu menjaga pola makan dan kelakuannya agar tidak sakit. Dan untuk ini, entah sudah beberapa minggu ini ia sering mengalami pusing. Mungkin memang lelah dari aktivitasnya atau juga faktor usia?

“maaa...maaaa......”
Baru semenit rasa sakit itu hilang, Jandi harus dipusingkan dengan suara teriakan cempreng dari lantai atas.
“harusnya aku langsung minum 2 pil sekaligus.hehhhhh” --“

**o0o**

KREKKKK..
“maa...”
“sssttt..Suri,jangan berteriak. Kakakmu masih tidur nanti dia terbangun” jandi mendekati gadis mungil yang tengah terduduk diam diranjang pinknya. Wajah Suri tampak begitu lucu setelah bangun tidur. Tangannya merentang terbuka minta digendong ketika Jandi mendekat.
“ohh kelinci manis omma sudah bangun. Ada apa bangun pagi-pagi begini?” tanya Jandi sayang.
“basah ma..basah...” Suri menunjuk bagian pantat celananya. Jandi terkikik.
“Suri ngompol?”
Dengan senyum malu-malu gadis 3 tahun itu mengangguk. Digendongnya Suri dan dibawa keluar.
“kalau begitu harus mandi sepagi ini. Tapi diam-diam ya jangan berisik nanti kakakmu bangun”
Suri mengangguk lagi dan membenamkan wajahnya di ceruk leher ibunya. Sebenarnya dia masih mengantuk, tapi karena ngompol terpaksa mandi.

Dikamar mandi, Jandi mengajarkan putrinya menyanyi lagu anak-anak. Suri adalah gadis yang cerdas. Dia selalu dengan cepat menangkap apa yang diajarkan ibunya saat ini. Dan diumurnya sekarang dia sudah mulai meniru seseorang yang ada didekatnya. Seperti  jika ibunya membuat kue, Suri juga akan membuat kue dengan alat masak mainan yang dibelikan ayahnya. Jika ayahnya tengah membaca koran, ia pun meniru. Lucu gadis itu, mengingatkan Jandi sewaktu dia masih kecil.

“nanti kalau oppamu ke sekolah, Suri tidak boleh menangis ya”
“ne ne ne ne..” celetuk Suri senang sambil bermain bebek-bebekannya dibath up.
“omma..”
Jandi menoleh, Jung min berdiri di ambang pintu sambil mengucek matanya baru bangun.
“kau sudah bangun. Mandi sendiri ya sayang. Minta halmonie menghangatkan air untuk mandi”

Jung min sudah duduk dikelas 2 sekolah dasar. Abang Suri yang satu ini juga cukup cerdas. Beberapa kali dia peringkat 1 dikelas dan juara saat ikut lomba matematika. Jandi sangat bangga kepada kelincinya yang satu ini. Walau ia sering sibuk disekolah karena mengikuti klub sepak bola, tapi ia tak lupa membantu halmonie dan ibunya menjaga adiknya yang ia sangat sayang. Memang terkadang Jungmin dan Suri berantem itu nyatanya wkwkwk.

“maa..oti maa..oti..” Suri melompat kegorangan saat Jandi memakaikan baju kepada Suri. Kaos cerah berwarna kuning dan celana pendek berbunga cerah membuat kulit putih Suri bersinar seperti milik ibunya.

“iya omma buatkan roti. Tunggu omma mandi dulu ya. Sekarang keluar, beri makan ikan-ikanmu. Tapi awas! Jangan ditumpahkan semuanya”


**o0o**

Jandi masuk ke dalam kamarnya yang masih gelap. Gorden pun belum dibuka. Jam menunjukkan pukul 6 lebih dan Jandi masih mendengar suara dengkuran halus dari arah tempat tidur. Suaminya tidur dengan menelungkupkan badan. Kasihan, beberapa hari ini perusahaan suaminya itu juga tidak kalah sibuknya dengan keadaan dikantor Jandi. Karena sedang ada proyek baru dan besar  membuat suaminya itu banting tulang 2 kali lipat dari biasanya. Selalu pulang pukul 11 malam. Dan harus berangkat pagi pukul 7 esok harinya. Jandi mendekati yang sedang tidur dan mengguncang tubuhnya lembut.
“junpyo,bangun!sudah jam 6. Kau nanti terlambat”
Tak ada respon.
“junpyo..katanya harus berangkat pagi?”
“hemmm” Junpyo menggumam pelan. Masih dengan mata tertutup.
Dipijatnya bahu suaminya yang nampak kaku itu penuh kasih sayang.
“kau kelihatan sangat lelah. Nanti pulang lebih awal ya? Apa tidak bisa sehari saja?”
“ahh..iyaa disitu sayang. Enak sekali..”
“bahumu tegang begini. Ayo bangun! Katanya kau harus berangkat pukul 7”

Setelah tubuh Junpyo sudah terduduk, Jandi segera masuk kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi hanya membalut tubuh dengan handuk putih dan handuk kecil melingkar dirambutnya yang basah, melihat Junpyo  ternyata berbaring kembali membuatnya sebal
“yyaaaa..Junpyo. kau sendiri bilang minta dibangunkan pukul 6. Nanti kau terlambat. Cepat bangun!” jandi membuka gorden lebar-lebar membiarkan seluruh cahaya matahari pagi masuk ke dalam kamarnya.
“hmmm..iya iya..” junpyo bangun dan terduduk lagi diranjang –dengan mata masih tertutup.
“Jandi-aa, pijatkan bahuku lagi..” pinta Junpyo sedikit merengek. Jandi mengoleskan krim diwajahnya dan melirik Junpyo lewat cermin riasnya.
“nanti pulanglah lebih awal, akan aku pijat. Sekarang mandi dulu. Air panasnya sudah kusiapkan, capeknya akan hilang segera. Tadi malam kau juga tidak mandi langsung tidur begitu saja”

Junpyo rasanya enggan sekali untuk berjalan, kamar mandi tidak jauh. Rasanya kaki ini begitu berat.
“appaaaaa.....” pintu menjeblak terbuka dan 2 bocah berlarian menuju Junpyo. Jung min menumbuk perut ayahnya, sedangkan Suri karena tidak sampai dia hanya memegangi punggung kakaknya.
“heiiiii kelinci-kelinci appa sudah bangun. Sudah mandi?”
“sudah dong”
“sini, appa cek. Wangi atau belum. Kalau belum, berarti ada yang bohong”
Junpyo mencium jung min membuat bocah itu tertawa meringis karena ciuman gemas dari ayahnya.
“nah tuan besar ini wangi berarti sudah mandi. Sekarang giliran si kecil ini. Ayo Jungmin-aa kita cium sama-sama” junpyo memangku Suri dan bersamaan Junpyo dan Jungmin mencium kedua belah pipi gembul Suri. Suri berteriak geli membuat Jandi yang melihatnya terkekeh.

“hemmm sudah wangi. Tumben, biasanya nona kecil masih bau susu jam segini”
“tadi Suri mengompol appa. Oh ya, appa tidak membacakan dongeng lagi semalam..” kata Jungmin cemberut.
“appa pulang larut semalam. Kan masih ada omma dan halmonie. Appa sangat sibuk. Hari sabtu appa akan pulang cepat lalu membacakan dongeng untukmu lagi. Iyakan nona kecil..”
Suri terkikik kembali karena dicium ayahnya banyak-banyak.
Satu hal, rasa penat dan lelah Junpyo hilang ketika melihat anak-anaknya seperti pagi ini.

“janji ya appa..”
“ne, Jungmin. Sekarang bergegas sarapan nanti kau terlambat. Biarkan appa mandi dulu. Ajak adikmu” Jandi menuntun anaknya untuk segera sarapan.
“siapp..ayo gendut,kita sarapan. Nanti kau tidak kebagian roti” Jungmin menggandeng tangan adiknya keluar. Sepeninggalan 2 bocah itu, Junpyo memeluk istrinya dan mencium pipi mulus Jandi lama-aktivitas rutin setiap pagi.
“Kau juga janji?”tuntut Junpyo masih memeluk Jandi.
“janji apa?”
“pijat..” Jandi tahu seringaian nakal bibir sexy Junpyo mengatakanmaksud lain selain “pijat”
Dicubitnya pipi Junpyo lalu dikecupnya sebentar.
“pagi-pagi otakmu sudah berpikir aneh-aneh. Cepat mandi!”

**o0o**

Jungmin sarapan sambil membaca buku sedangkan Suri memotong roti dengan tangannya menjadi kecil-kecil dan berantakan. Wajahnya belepotan selai coklat ketika Junpyo yang sudah lengkap dengan kemeja dan dasi membawa koran pagi.
“yaa sayang rotinya jangan dibuat seperti itu. Dimakan ya. Seperti ini,hap”
Junpyo mengajarkan anaknya memakan rotinya yang segera ditiru oleh Suri.
“bagus. Lihat wajahmu penuh dengan coklat” dengan penuh kasih Junpyo membersihkan wajah gembul Suri. Sampai halmonie datang membawa  2 gelas susu untuk anak-anak Junpyo.
“junpyo apa kau tahu akhir-akhir ini Jandi kenapa?” tanya halmonie cemas.
“mwo?memang ada apa halmonie?”
“istrimu beberapa hari ini sering mengalami sakit kepala. Katanya hanya lelah dari pekerjaan. Apa begitu? Tidak kah kau cemas?”

Junpyo diam. Selama ini Jandi tidak pernah mengatakan kalau dia terserang sakit kepala setiap harinya.
“mungkin..memang kelelahan halmonie. Apa dia demam atau apa?” nada Junpyo khawatir.
“aku rasa tidak. Hanya pusing setiap pagi. Tapi jangan meremehkan pusing. Tanyakan padanya dan suruh pergi ke dokter kalau-kalau gawat. Jungmin-aa, ayo pakai dasi”
Halmonie mengalihkan perhatiannya kepada Jungmin membuat Junpyo diam dengan perasaan cemas alih-alih takut.


Pisau plastik yang dipegang Jandi untuk mengoles roti terhempas begitu saja. Pusing itu datang lagi,bahkan agaknya lebih sakit daripada tadi pagi. Jandi mencoba mencengkram pinggiran meja agar badannya tidak terhuyung. Saat ini obat sakit kepala pun sudah habis. Tidak mungkin baginya untuk meminta kepada halmonie, bisa-bisa mendapat ceramahan lagi. Ia yakin ini hanya penyebab dari lelahnya bekerja dan stress dikantor.

Tubuh Jandi berpura-pura tegap ketika Junpyo masuk dan berdiri disampingnya.
“lusa aku harus ke China” katanya sembari membuat kopi ke dalam cangkir putih.
“berapa hari?”
“mungkin 4,atau paling lama seminggu. Weo?”
“hari kamis sekolah Jungmin mengundang orang tua untuk datang. Aku berniat kau saja yang datang”
“kan ada kau”
“baik baiklah..arasso..percuma aku mengatakan ini padamu” kata Jandi sebal mengurucutkan bibirnya.
“bilang saja kau tidak bisa berlama-lama ditinggal olehku” Junpyo narsis.
“tentu saja Mr Goo JunPyo yang terhormat. Siapa yang akan mengurus kelinci-kelinci nakal itu kalau kau pergi lama-lama. Aku sibuk mengurus kelinciku yang lain seperti Wonbin,Hyunbin,BradPitt”
“katakan sekali lagi kucium habis-habisan kau” sungut Junpyo sebal. Jandi terbahak senang melihat reaksi cemburu suaminya.
Saat itulah Junpyo melihat muka Jandi berubah warna.
“Jandi-aa, apa kau sakit?” Junpyo bertanya dengan suara terlihat takut. Terbayang apa yang dikatakan halmonie.
“mwo?ahni. weo?”
“jangan bohong. Lihat aku!” ditariknya dagu Jandi agak kasar untuk menatapnya.
“apa kau tidak tahu wajahmu begitu pucat sekarang? Halmonie mengatakan akhir-akhir ini kau sering mengalami sakit kepala. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Bagaimana kalau terjadi apa-apa?”

“hanya pusing biasa apa yang akan terjadi? Lagipula ini hanya efek lelah saja”
“tapi wajahmu pucat sekarang” nada Junpyo sedikit membentak.
“aku hanya lelah sayang. Percayalah padaku. Setelah minum obat,sakitku langsung hilang. Aku juga akan banyak istirahat kali ini agar kau tak cemas nantinya”
“berjanjilah jika kau merasa kurang enak badan katakan padaku. Apapun itu. Atau kita akan pergi memeriksakanmu...”
“ahni. Untuk apa sih harus periksa. Aku benci rumah sakit. Jangan khawatir. Aku tidak akan apa-apa” punggung tangan Jandi mengelus sayang  pipi Junpyo agar suaminya itu tidak mencemaskan dia berlebihan. Karena Jandi tidak merasa kenapa-kenapa. Tidak ada yang salah. Hanya pusing, apa yang harus dikhawatirkan?

Tapi tidak untuk Junpyo. Sampai ia sampai ke China pun, entah kenapa kata-kata halmonie dan rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Ia berharap ini memang bukan apa-apa dan rasa khawatirnya itu hanya sesaat dan akan hilang seiring dengan kesibukannya. 

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar