Created by Aii d.Luffi or Aii
Cicuit
BAB 8
Naomi adalah seorang wanita cukup judes bila menangani pekerjaan,atau
masalah yang tidak beres dan menjadi konyol. Tampangnya sangat masam menatap
satu orang yang duduk anggun,angkuh,namun serba salah.
“sudah lihat hasil dari semua tingkah barbarmu?! kau membuat seluruh
media hanya tertuju padamu! bukan artis lain” sindirnya kejam,menyilangkan
kedua tangan didada. Giginya bergemelatuk.
Andrea diam saja sedari tadi. Memandang manajernya tersebut dari cermin
besar yang tertempel pada dinding ruang milik gedung agensi tempat ia bernaung.
Ia tahu dari kacamata jeleknya,Naomi harus membeli kacamata baru. Sumpah
perawan tua yang kampungan sekali. Andrea menghembuskan nafas lelah.
“bukannya itu sudah biasa..”
“demi tuhan,Andy! Kau merugikan kami disini. Ingat! Kau tidak bekerja
untuk dirimu sendiri,tapi untuk kita juga. Untukku!” bentak Naomi keras-keras.
Andrea mengusap kening.
“Lalu aku harus berbuat apa,bodoh?!” balas Andrea tidak terima.
“aku tidak peduli apakah kau selingkuh atau tidak. Tapi..dimata publik
kau telah menikah,dengan Alfian. Kalau kau mau selingkuh, jangan di mata
publik!! Dan jangan mengumbar-umbarnya,itu terlihat rendah dan kampungan,tahu!”
Meledak sudah kemarahan Naomi. Ia benar-benar merasa lelah lagi-lagi
harus menjadi seseorang yang bertanggung jawab akan sikap nyeleneh artisnya.
Kalau saja tidak karena duit, ia pasti sudah meninggalkan Andrea sejak dulu.
Andrea hanya mengangkat bahu cuek dan masih menjentikkan kuku cantiknya cuek
ketika Naomi berjalan pergi menuju pintu.
“ohh Nyonya Blunt..kau..datang..” seru Naomi kaget saat ia berhadapan
dengan nyonya besar artisnya.
“aku ingin bicara dengan Andrea” suara datar Arina sampai ke telinga
Andrea membuat wanita itu mengerutkan kening. Dan sekarang..ceramah kedua akan
dimulai. Ohh barulah Andrea menyadari kalau tindakan kencan kecilnya bersama
William itu salah. Ia menghembuskan nafas putus asa.
“silahkan,Nyonya. Saya juga sudah mau pergi” lalu pintu tertutup.
Andrea tetap menunduk saat sepasang sepatu merk Jimmy Choo berwarna
kalem milik ibunya berhenti dihadapannya. Arina memicingkan mata tajam.
“sejak kapan kau memiliki hubungan spesial dengan Willy?” tanya Arina
bingung. Beliau pasti sudah tahu,William dan Andrea hanya sebatas kakak adik.
Sahabat dari kecil,namun sekarang..mengapa seperti ini.
“ibu..aku hanya..”
“kau selingkuh dengan Willy? apa rumah tanggamu sedang bermasalah?
jelaskan padaku sekarang,Andrea. karena ibu sangat marah dan kecewa padamu!”
gertak Arina tak sabar. Kerutan samarnya terlihat. Ohh ibu..jangan terlalu
berlebihan dong. Apa ibu tahu,semua perkataan Alfian pertama kali saat bulan
madu? Sialan,raung Andrea dalam hati.
“baik,baik! Aku memang..sedikit memiliki affair..dengannya..” balas
Andrea tidak terima, namun menggunakan volume kecil, karena ia tahu,ia salah.
Sang ibu menatapnya tercengang.
“bagaimana dengan suamimu?”
Suamiku? Ohh ibu kau pasti tak tahu kalau dia tidak akan pernah peduli
denganku, Andrea membatin meremehkan.
“memangnya kenapa..”
“Mark menerima telpon dari Charles kalau siang ini..putranya..baru saja
mengamuk di kantor setelah berita affairmu itu meledak dipasaran. Jadi kau
tidak tahu,Andrea?” Dan semua perkataan ibunya,membuat Andrea terperangah tak
bisa bicara.
“dia..marah?” bisiknya aneh.
Arina menggeleng frustasi menghadapi sikap anaknya yang begitu keras
kepala,mirip siapa dia ini.
“kalau kalian bercerai,terserah kau. Tapi ibu akan sangat kecewa
padamu. Alfian adalah anak baik yang menurut pada orang tua,dan ibu begitu
berharap kalau dia bisa mengubah sikap semena-mena putriku. Tapi kau..” Arina
nampak putus asa. “aku begitu sedih melihat Alfian dicampakkan oleh anakku
sendiri”
Andrea terkejut bukan kepalang. Mengapa Arina bisa memakinya seperti
itu? Sungguh,jika dia mengetahui apa saja yang pernah Alfian
ucapkan..kontrasepsi,kehamilan tidak bertanggung jawab,hubungan dengan yang
lain..pasti Arina akan membenci Alfian. Dan mengapa harus Andrea yang menerima
kesalahan seperti ini? Yang notabene pembuat ulah ialah si ular berlibido
tinggi tersebut. Yang Arina katakan dia sedang marah? Apakah benar dia marah?
“ibu! Kau tak tahu kelakukan asli Alfian yang playboy cap gentongan
itu? Dan apa maksud ibu adalah William sangat berbeda jauh dengan Alfian? Demi
Tuhan ibu,William jauh lebih baik dari Alfian!!” bentak Andrea tidak terima.
Suaranya sampai menggema diruangan kecil itu.
“Tapi William melakukan hal tidak baik pada istri orang!! Sudah tahu
kalau kau telah menikah,masih saja mengejarmu sok bilang cintanya jauh lebih
lama daripada Alfian..” mata Arina melotot,dan Andrea menyadari sesuatu. Ia
seketika membatu.
“ibu menemui Willy?” ohh tidak. Katakan tidak. Ekspresi Andrea penuh
dengan ketakutan. Arina menyeringai mengejek.
“aku memperingatkannya agar menjauh darimu. Hubungan William dengan
kita hanyalah sebatas pengurusan ahli waris Joseph padamu,Andrea. Awalnya dia
bersikukuh ingin mempertahankanmu..tapi diakhir..” Arina sengaja menggantung
dan melirik sinis pada sang putri yang bibirnya bergetar. Tak tahu harus
berucap apa.
“dia menyerah. Dia sadar, hubungan kalian hanyalah semu.
Bagaimanapun,kau akan kembali dengan Alfian. karena..ibu tahu,kalau matamu
tidak bisa lepas dengan Alfian..walau ada William dihadapanmu..”
Dan semua yang dikatakan Arina tidak masuk ke dalam akal sehat Andrea.
Apa maksud dari perkataannya? Andrea merasa menjadi orang tolol. Tapi bukankah
sang ibu benar? Dalam sudut hati yang gelap, yang dilihat Andrea hanyalah
Alfian. Tak tahu mengapa.
“ibu sudah menghubungi pihak penerbit,meminta beritamu agar tidak
terlalu dibesar-besarkan. Tapi publik terlanjur tahu dan marah. Apa kau tahu
apa yang mereka katakan? Mereka kasihan pada Alfian..dan membencimu..hah
sudahlah..kau urus saja sendiri. Ibu lelah”
Arina mengibaskan tangannya dan pergi. Meninggalkan tubuh Andrea yang
oleng terjatuh ke sofa. Kepalanya berubah pening. Setelah ini,siapa yang harus
dia hadapi duluan? William kah? ohh tidak,ia tidak tega. Ia sudah banyak
menyakiti perasaan Willy dengan sikap egoismenya. Mungkin Sarah akan
menghinanya sampai mulutnya berbusa. Lalu..apakah Alfi..dia marah? Kata Arina,
dia marah. Mengapa ia harus marah? Apa..Alfian peduli? Andrea tak mengerti.
Tapi ia telah memutuskan,akan menghadapi suami palsunya terlebih dahulu. Dia
yakin seribu kali lipat,membereskan masalahnya dengan pria tersebut—cukup
mudah. Toh dia tak akan banyak peduli dengannya.
**o0o**
Andrea tak perlu repot menenangkan degub jantungnya untuk sampai pulang
ke rumah. Tak perlu menjadi stress memikirkan kata apa yang akan dilontarkan
pada suaminya nanti yang dasarnya—TIDAK PEDULI. Jadi dia pulang kerja agak
malam,dengan santai. Melenggang dengan tenang menuju kamarnya.
“..tuan sudah pulang sejak tadi,Miss” ucap Rose terburu-buru mengikuti
langkah Andrea untuk menerima mantelnya.
“dimana dia sekarang?”
“dikamar”
Ketika Andrea membuka pintu sombong kamar mereka berdua, itu sunyi dan
temaram. Wanita itu berpikir,mungkin suaminya sedang mandi. Ia masuk dengan sangat
santai dan melompat saat sepasang mata tajam memandangnya ganas dari sudut
gelap. Menjulang dan ada hawa iblis disekitarnya.
“senang ya bisa bermain-main?” suara pria itu parau,menyeringai,kedua
tangan bersedekap masih berdiri disudut. Tubuh Andrea terlonjak satu langkah
kebelakang.
“kau..mengagetkan saja. Seperti setan!” pekik Andrea tidak terima.
Alfian tertawa mengejek.
“kau tidak akan ingin melihat setan yang sebenarnya, Andy” jawab Alfian
tegang. Ya,Andrea bisa merasakan itu. Tapi ia berusaha tak terpengaruh.
Melempar tas gucci berkilau sembarangan disofa,Andrea berjalan menuju
ruang pakaian sembari menarik resleting gaunnya. Alfian menarik nafas
kasar,dimana gaun cantik tersebut terjatuh lembut dilantai,dan menikmati
pemandangan tubuh istrinya yang hanya menggunakan lingerie hitam sangat
seksi—terbuka.
“aku ingin bicara denganmu..” kata Alfian berusaha tegas dan menelan
ludahnya cukup sulit. Andrea menoleh sambil lalu, masuk ke dalam ruang pakaian,
melepas stiletto 12 centinya, dan meletakannya sembarangan.
“bicara saja”
Jakun Alfian turun naik dengan susah payah. Mencoba tidak tergoda
melihat payudara ranum itu, perut rata, kaki mematikan Andrea, jujur ia
terangsang. Tapi tidak! Tahan Alfian! Kau sedang marah saat ini. Alfian
mengambil posisi disamping Andrea yang memilih gaun tidur dilemari.
“siapa dia?”
Andrea bingung. “dia siapa?”
“bajingan yang tertangkap denganmu dikoran.
Melakukan..ciuman..prancis..” tekan Alfian mulai tersulut api. Andrea tahu dia
akan membahas William. Tapi ia lebih memilih untuk mempermainkan Alfian
terlebih dahulu.
“ohh..dia..mengapa kau ingin tahu? kuberitahupun,kau tak akan pernah
tahu” jawab Andrea sekenanya,masih mencari gaun tidur yang cocok.
“katakan siapa dia DAN AKU AKAN MENCARINYA! AKU AKAN MENGHAJARNYA
SAMPAI DIA MAU BERHENTI MENDEKATIMU!” teriak Alfian lantang hingga otot-otot
sarafnya terlihat. Andrea begitu tercengang mendapat bentakan kencang Alfian
tepat dimatanya.
“Memangnya kau siapa,berani mengejar dan menghajarnya?” balas Andrea
tak kalah keras.
“aku SUAMIMU,Andrea! Berani-beraninya kau mempermainkanku dengan
menunjukan secara blak-blakan kalau kau berselingkuh bersama bajingan itu!
Seharusnya aku tidak pernah meremehkanmu. Kau wanita licik!” maki Alfian
marah—melotot.
“bagus! Dan jangan pernah kau meremehkanku sedetikpun! Lagipula,siapa
yang pernah mengatakan aturan permainan ini? tidakkah kau ingat? apa kau
pura-pura lupa dan menjadi bocah polos ingusan yang tidak paham akan
perkataannya kemarin?penghianat!” Andrea tak peduli lagi dengan baju tidurnya,
ia berjalan cepat ingin segera meninggalkan ruangan panas itu tapi tertahan
ketika seuah cengkraman kuat menarik lengannya.
“Siapa yang penghianat disini? bukannya kau? kau yang bermain dengan
pria lain disaat keadaan kita sedang baik-baik saja. Kau lihat sendiri kan,
ibumu marah, masyarakat mencacimu, dan aku.. marah besar terhadapmu” desis
Alfian tajam,hingga Andrea meronta.
“Mengapa kau harus marah? bukannya dari awal kau tak pernah peduli
dengan hidupku?” tanya Andrea memekik, mengeluarkan seluruh kekecewaannya.
“..apa?” bisik Alfian tidak mengerti. Bibir Andrea yang terpoles
lipstik menyeringai,menertawai sikap Alfian tempo dulu.
“apa kau ingin diingatkan? ini semua peraturanmu! Kita hanya menikah
sebatas partner sex! Dan diluar itu,kita menjalani hidup kita sendiri-sendiri!
Hidupmu adalah hidupmu,dan hidupku adalah hidupku..” papar Andrea senang dan
mengatur nafasnya yang menggebu.
“kau pernah mengatakan..suatu hari,ketika kau sudah mulai bosan
denganku,kau akan meniduri pelacur lain yang kau sukai. Dan itu juga berlaku
padaku. Kita bebas menjalani hubungan lain. Mengapa kau terkejut akan
perbuatanku? aku tidak akan pernah kaget,toh kau pasti sudah meniduri
setidaknya tujuh wanita sepulang bulan madu kita..”
Segalanya seakan retak. Raut muka marah Alfian,menghilang. Jadi..Itu
yang dimaksud Andrea? Ditatapnya, wanita itu teramat bangga dengan segala yang
ia ucapkan. Begitu sombong,menang,dan tinggi. Tapi Alfian tidak merasa kalah.
Hanya...
“aku tidak pernah melakukannya..” bisik Alfian sangat pelan dan
rendah,membuat kemenangan Andrea luntur. Ia belum menangkap.
“apa..maksudmu?”
Dan percakapan itu berakhir. Alfian pergi. Meninggalkan memori wajah
Alfian yang nampak terluka dipikiran Andrea. Senyum penuh kesombongan
Andrea..lenyap. Lalu..apa yang dikatakan Alfian tadi..dan mengapa ia terlihat
kecewa..akan pernyataan Andrea?
“Alfi..an..” sebut Andrea tidak percaya. Benarkah Alfian sama sekali
tidak bermain dengan wanita lain? Hanya dirinya? hanya Andrea? ohh sungguh
tidak bisa dipercaya. Andrea sendiri pun sulit mempercayainya. Tapi..wajah
Alfian..terlihat..tersakiti.
Andrea mengumpat kesal. Kali ini ia benar-benar merasa terintimidasi.
Sang manajer memakinya, ibunya pun begitu, lalu..Alfian..sungguh Andrea tidak
menyangka kalau ternyata selama ini Alfian hanya ehmm..setia dengan Andrea.
Tapi wanita itu yang mengkhianati Alfian sendiri.
Ohh Tunggu dulu! Bukankah ini senjata makan tuan? Biar saja Alfian
merasa sakit karena perkataannya sendiri. Lalu mengapa kau merasa bersalah
Andrea?
Dia mengacak rambut cantiknya—kesal. Masih terbayang wajah terluka
Alfian. Dan dia bingung,bagaimana menghadapinya nanti?
**o0o**
Sarah sudah tak mau ikut campur mengenai hubungan semu antara kakak
kembarnya—dan Andrea. Maka kali ini ia tidak ikut hadir. Yang biasanya dia
selalu menemani dan menyemangati Andrea, sekarang tidak lagi. Karena Sarah
tahu, itu semua tak akan pernah bisa berakhir bahagia.
Digigitnya bibir,merasa gugup. Apalagi melihat wajah William yang
sedari tadi menunduk,putus asa,sedih,lelah. Ohh sudah cukup Andrea. Kau
menyakiti banyak orang. Dan masih ia ingat, suami gilanya itu semalam tidak
tidur disisi Andrea. Entah menghilang kemana dan itu jujur..membuat Andrea
sesak nafas.
“dari awal..aku tahu..hubungan kita tidak akan pernah berhasil..”
William berucap nampak menyedihkan. Rasanya baru kemarin mereka tengah
berbunga-bunga,tapi kali ini..sudah banyak orang yang menghujat keduanya
habis-habisan. Andrea biasa seperti itu,menjadi model yang terkenal akan banyak
sensasi—menerima hinaan pedas. Tapi tidak untuk William, ia tidak terbiasa. dan
Andrea merasa bersalah karenanya.
“Willy..aku minta maaf”
“aku sempat berpikir..kalau aku berusaha akan hubungan kita..pasti akan
membuahkan hasil..tapi..”
Sudah cukup,hentikan Willy! Teriak Andrea namun hanya dalam hatinya.
William mengeluarkan nafas menyerah. Dan tersenyum memaksa.
“aku rasa..kita hanya bisa sampai disini saja..maaf Andrea. aku
tahu..kalau kau..tak pernah mencintaiku sebagai seorang lelaki..”
“tidak tidak,Willy. Aku mencintaimu..sangat mencintaimu..” tak kuasa
air mata mengalir. Andrea tak tahu,mengapa ia menangis.
“kau hanya mencintaiku sebagai pengganti ayahmu saja,Andrea. Sarah
mengatakannya padaku..dan aku juga merasakan..hal yang sama..” Dalam hati,
Andrea sepenuhnya mengakui. Kalau batas cintanya pada William karena dia
menganggapnnya seperti pengganti ayah tercinta. Tidak lebih.
“..maafkan aku kalau begitu..” ia mengusap air mata dengan ironi dan
William menggeleng lelah.
“aku tak ingin kau mempunyai rasa kasihan padaku. Aku hanya ingin
cintamu. Dan aku sadar,aku tak bisa mendapatkannya. Karena hubungan kita..tak
pantas melangkah sejauh itu..aku..juga minta maaf..” meraih pergelangan tangan
Andrea, William meremasnya dengan kehangatan. Andrea tersentuh,mencoba
menenangkan nafasnya yang begitu sesak. Jujur,ia tidak ingin kehilangan pria
ini. Karena Andrea tahu, hanya William yang bisa menjaga dan melindunginya.
Walaupun ia bersama Alfian,tapi itu tak menjamin Alfian akan melindunginya
bukan?
Saat William tak sengaja menatap cincin pernikahan Andrea,hatinya
seakan tertusuk pedang teramat tajam. Ragu-ragu ia melepasnya,mengembalikan
tangan itu pada pangkuan Andrea, dan memberikan senyuman getir.
“apa kau terluka dengan publik? bagaimana suamimu?” tanya William
prihatin,walau sebenarnya ia malas menanyakan seorang Alfian brengsek itu.
Andrea melengos sedih.
“ia marah. lalu..tak banyak bicara..”
“aku benar-benar salah, mungkin..aku akan menemuinya” langsung saja
mata indah Andrea terbelalak.
“tidak! jangan! biar aku urus sendiri. masalah Alfian,biar aku yang
menyelesaikannya. Kau tak perlu ikut campur!” Andrea sedikit ngeri. kalau-kalau
ancaman Alfian,menghajar William itu terjadi. Ia tak mau mempertemukan William
dengan Alfian.
Pria itu mengangguk paham,mengusap pipi putih Andrea sejenak lalu
bangkit.
“aku harus kerja. aku tak punya banyak waktu..”
ketika William mulai melangkah masuk ke dalam kantornya, ia tertahan
akan panggilan Andrea.
“apa..kita masih bisa berteman?” Andrea bertanya penuh keraguan dimata
dan hatinya.
Dan jawaban lelaki ini adalah.. tertawa lembut.
“kalau dia berbuat semena-mena padamu,katakan padaku ya! Biar aku
melampiaskannya” William terkekeh manis dan pergi. Andrea pun ikut terkikik.
Ya,Willy-ku. Kalau Alfian melakukan hal brengsek lagi,aku akan lari padamu.
Andrea tak pernah tahu kalau William pergi dengan perasaan terpuruk
begitu mendalam,tak tahu bagaimana cara mengobatinya. Tapi ia yakin dan
bertekad,akan menghapus cinta lamanya yang sia-sia.
**o0o**
Untuk pertama kalinya,Romy dan Benjamin melihat sahabat lawasnya itu
tengah dirundung galau. Kalau masalah stres dengan pekerjaan sih,Alfian akan
langsung mencari wanita untuk ditiduri. Tapi kali ini berbeda. Pria tampan itu
hanya diam. Menuangkan satu botol vodka langsung dibibirnya yang padat.
Mengusir setiap wanita seksi dibar eksklusif tersebut,tidak ingin diganggu. Pandangannya kosong, hanya duduk, minum, dan
melamun.
“efeknya terlalu besar ya?” sindir Romy pada Ben. Ia terkekeh
pelan—menyetujui.
“Alfian yang malang. Untung kita tidak jatuh kepelukan Andrea”
Romy tidak menghiraukan saat pasang matanya menangkap seorang cantik diujung
sana. Ia melirik pada Ben dengan genit—mengedipkan mata.
“aku kesana dulu yaa”
“sialan kau” Ben menyeringai konyol membiarkan temannya itu ngeloyor
pergi untuk gadis baru.
Alfian merasa tenggorokannya pedas tapi ia tak peduli. Terus minum dan
minum. kenapa ia belum mabuk sih? Padahal Alfian berniat mabuk semabuk-mabuknya
sampai ingatan akan wanita sombong dirumahnya saat ini lenyap. Ketika sebuah
tepukan lembut datang pada bahunya. Ia mendongak.
“ayo main” ajak Ben santai,memberikan stick billiard padanya. Alfian
meringis sejenak,tapi langsung berdiri.
“aku tak pernah melihatmu sejelek itu”
Alfian terus membidik tanpa memahami begitu jauh perkataan Ben.
“lalu..lihatlah” jawabnya datar,Ben terkekeh.
“kau sudah jatuh hati ya dengannya?”
“apa?!” sontak Alfian terkejut. Bola yang ia bidik meleset,Ben jadi
riang.
“jujur saja,bro. Kau tampak menyedihkan. Seperti remaja SMA yang sedih
diputus ceweknya. Ya,itulah mirip dirimu”
“aku tidak seperti itu..aku hanya..lelah” Alfian nampak salah tingkah.
Kenyataannya,ia memang merasa seperti itu tapi ia mencoba berkelit.
Ben tidak tertawa,tapi menatapnya cemas.
“katakan saja padaku semua. Aku tidak akan menertawaimu. Apa
kau..merasa seperti ada sesuatu yang konyol didalam dirimu?” tanya Ben curiga
hingga ia berhenti bermain. Alfian menatapnya dalam,meresapi apa yang pernah ia
rasakan.
“aku..entahlah Ben..kejadian tempo hari..membuatku sangat
marah..rasanya mengenai Andrea..aku..”
“tidak rela ya?” Ben mengedikan mata membuat Alfian terperangah tanpa
menyetujui.
Pria itu melanjutkan bidikannya pada bola biru.
“itu adalah cemburu,Alfi. Lalu apalagi?”
“cemburu?hah,aku?” tunjuk Alfian pada diri sendiri,dan menertawakan
diri sendiri.
“jangan berkelit. Itu memang yang sedang kau rasakan. Apa kau selalu
senang bersamanya..tidak hanya untuk sex saja, tapi cukup mengobrol,tertawa,kau
merasa bahagia?”
dan sebuah anak panah menancap tepat dijantung Alfian. Darahnya
bersih,itu berarti..IYA.
“melihat wajahmu saja aku sudah tahu. Kau memang bodoh,bro” ejek Ben
terkekeh jijik. Alfian mengernyit.
“apa? kenapa?” tanyanya bego. Ben menggeleng biasa.
“kau itu sudah jatuh cinta padanya..tapi seperti kebanyakan lelaki.
Tidak mau mengakui..”
Apa tadi yang dikatakannya? Jatuh cinta? Alfian? si playboy kelas
London jatuh cinta? dengan nenek sihir cantik itu? Ya ampun...Alfian pingsan
setelah ini.
“jangan tertawai dirimu sendiri. Kau malah nampak culun,karena itu
benar diperasaanmu” tegas Ben dan membuat tawa geli Alfian hilang. Ia merasa
tertancap anak panah lagi. JLEB JLEB..
“tapi..Ben..aku baru mengenalnya beberapa waktu..bagaimana
bisa..mengapa harus wanita licik itu..dan..” Alfian bertanya frustasi. Kalau
benar ia jatuh cinta pada wanita,mengapa wanitanya musti Andrea? Yang
sombong,picik,tak bisa kalah, dan yang kalah selalu Alfian. Mana bisa ia
sebagai lelaki jantan menerima itu.
“kau pikir bagaimana hubunganku dengan Jane? pertemuan kami hanya 3
hari lalu,dan pacaran selama 5 tahun. Lihat itu” papar Ben bangga menjelaskan
hubungan setianya bersama sang pacar. Alfian mencibir jelek.
“tapi tidak pernah berniat menikah” dan Ben tertawa lebar.
“kami hanya saling mencintai itu sudah cukup. Lagipula Jane tidak
pernah menuntut untuk menikah. Jadi santai saja. Yang penting aku masih
mencintainya. Bercinta dengan rutin. Tidak seperti dirimu,bro”
Satu lagi anak panah,JLEB!
Ben kembali asik dengan giliran bolanya,membuat Alfian justru makin
penasaran. Memang dari sahabat-sahabat Alfian,Ben adalah orang yang paling
setia dengan satu wanita. Ia jujur mengakui kalau ia mencintai seorang wanita.
Tidak seperti dirinya,main dari ranjang ke ranjang lain.
“Ben..”
“humm..” Sahabatnya itu masih fokus pada bola kuning.
“ehhmm..lalu..aku..harus bagaimana..” sumpah,Ben jadi melongo. Alfian
itu memasang wajah tersipu malu-malu,menggaruk lehernya kaya bocah ingusan
polos, bingung mau berbuat apa. Dia tertawa keras-keras,tapi stop saat Alfian
melotot. Mukanya memerah. Semua perkataan Ben,benar adanya. Dia memutari meja
billiard dan bersandar padanya. Menatap Alfian penuh arti membuat jantung
Alfian berdegub.
“pulang dan jaga dia. Sebelum kau kehilangan,lalu merasa sakit lagi
seperti yang kau rasakan saat ini”
Alfian dibuat terguncang. Haruskah begitu? Dan yang ia rasakan sekarang
adalah..sakit?
“ya,bro. Hatimu memang sedang sakit. Melihat istri licikmu berciuman
dengan pria asing selain dirimu. Kau cemburu. Kau marah,dan itu adalah hakmu
yang paling besar” Ben menepuk bahu menyadarkan lamunan dalam Alfian.
Dan jantung Alfian sudah kehabisan darah karena ribuan anak panah telah
menusuk diinti jantungnya yang paling dalam.
**o0o**
Ia mendengar itu. Suara pintu kamar lain ditutup cukup kencang. Alfian
sudah pulang. Selama beberapa hari,mereka tak bicara. Tak tidur dalam satu
kamar,tak pernah bertatap muka. Sejak kejadian hari dimana Andrea merasa ia
telah menyakiti Alfian.
Andrea keluar kamar dan mendapati Abraham—pembantu setia Alfian
bergentayangan dilorong. Ia tersenyum ramah pada nyonya nya.
“dia sudah pulang ya?” tanya Andrea berbisik.
“sudah Miss. Baru saja”
Sebelum membuka pintu,Andrea mengatur pernapasan yang terasa buntu.
Menenangkan jiwanya dan yakin kalau tidak akan terjadi pertengkaran lagi. Tanpa
mengetuk atau meminta izin,ia membukanya. Dan Alfian terlihat merebah diranjang
master. Dengan tangan kanan menutupi matanya. Pria itu tidur dengan masih
memakai pakaian kerja,sepatu,bahkan jas mahalnya. Dan Andrea hanya bisa
meringis tak percaya.
Alfian begitu lelah,jiwa dan raga. padahal ia tak melakukan apapun.
Hanya saja..perkataan Ben yang sepenuhnya benar,merasa ada hawa baru nan
konyol—asing yang belum pernah ia rasakan sama sekali. Ketika ia mencoba untuk
tidur—adalah lebih baik—sebuah sentuhan pada lehernya mengejutkan sampai ia
terlonjak. Andrea ikut terlonjak. Dan akhirnya..setelah pertikaian pedas
itu,mata mereka kembali bersiberok. Alfian menggunakan padangan
bingung,sementara Andrea,agak..malu.
“apa? ada apa?” tanya Alfian curiga. Apalagi tangan Andrea bertengger
pada dasinya. Wanita itu memejamkan mata sejenak. Tidak Andrea,buang
kesombonganmu. Kalau tidak kau akan dihantui rasa bersalah yang entah mengapa
begitu besar. Tanpa menjawab pertanyaan sang suami,tanpa tersenyum pula, Andrea
dengan lembut melepas ikatan dasi yang hampir mencekik lelakinya.
Pelan..lalu beralih ke kancing kemeja. Menggesernya dan dengan sentuhan
tangannya yang lembut dan hangat,memerintahkan Alfian untuk bangkit sejenak
melepas kemejanya yang kaku. Pria itu menatap Andrea bingung.
“Andrea..”
“jangan tidur menggunakan pakaian kerja” ujarnya datar tanpa
mengalihkan pandangan pada pakaian. Alfian menatapnya sangat bingung dan tak
menyangka. Andrea yang terkenal ratu,mau melepas pakaiannya hanya untuk tidur?
wow..hati playboy Alfian,jujur..terenyuh.
Celana yang terakhir dan Andrea meletakkannya dilantai. Hening dan
canggung. Andrea dengan berani mensejajarkan pandangan dimata Alfian,tapi
Alfian yang salah tingkah,lekas berbaring miring menjauhi raut muka cantik yang
begitu ia rindukan untuk dicium. Ahhh rasanya kulit telanjang menyentuh seprei
dingin begitu nyaman. Andrea tersenyum getir namun sangat kecil.
“aku..putus dengannya..” lontaran tiba-tiba itu membuat kemarahan
Alfian kembali. Bisa-bisanya..ia mengungkitnya kembali. Alfian menggeram sebal.
“apa urusannya denganku” jawab Alfian sewot. Ia membuat gerakan kecil
seolah tak peduli. Mau Andrea putus kek,mau Andrea masuk sumur kek,mau Andrea
nikah lagi kek,dia tak PEDULI. Dan jantungnya kembali bocor. Wanita itu
tersenyum pedih sekarang. Iya..dia tahu..dia tidak dimaafkan. Dia menunduk
penuh penyesalan. Alfian yakin,pasti topeng sombongnya kembali lagi setelah ini.
Andrea kan tukang tipu.
“..aku..minta maaf..” dan dalam baringannya,mata Alfian melebar.
Menghentikan nafas. Apa ia tak salah dengar? Andrea meminta maaf? dan suaranya
terdengar begitu..tulus..
Andrea menyadari,kalau Alfian tidak akan menerima maupun peduli dengan
kata maafnya. Tapi setidaknya,ia telah melakukannya. Jiwanya cukup lega,hanya
saja..ia masih berharap Alfian menoleh dan memeluknya.
Beberapa menit seakan sia-sia, Andrea menyelimuti Alfian sampai
tertutup penuh. Ia mengulum senyum kecewa,memunguti pakaian suami,bertindak
layaknya seorang istri asli dan..keluar.
Hanya tersisa Alfian..dengan perasaan
bingung..aneh..konyol..tapi..menghangat.
**o0o**
Bangun dengan sentakan pelan,mata indah wanita itu terbuka. Tapi tak
perlu membiasakan diri,hanya cahaya bulan menerangi. Kamar kesepiannya masih
gelap. Andrea tak tahu mengapa ia sampai terbangun dari tidur yang paling ia
rasa lelah. Melirik pada jam dimeja samping yang terkena sinar lembut
rembulan,masih pukul dua dini hari. Ia lantas siap melanjutkan tidurnya tapi
perlahan-lahan menyadari. Ia tidak sendirian. Ada tangan kuat yang memeluk
tubuh Andrea erat.
Dia ragu-ragu menoleh. Penasaran dan kebingungan yang ada dihatinya
membuncah menjadi perasaan teramat lega. Alfian tidur, Mulut terbuka sedikit—cukup
menggemaskan. Hidungnya menempel ditengkuk Andrea,menghembuskan nafas tidur
yang panas dan menggelitik Andrea. Ditambah tangan dan kulit telanjang pria ini
disekitar tubuhnya. Yang bisa Andrea lakukan hanyalah tertawa pelan,tidak ingin
sampai dia terjaga.
Alangkah tak percayanya Andrea. Apakah Alfian memaafkan dirinya?
Melihat ia tiba-tiba tidur disini,memeluknya..apa ketidak sengajaan? tidak
mungkin. Alfian pasti memaafkannya dan setelah ini,hubungan mereka akan
baik-baik saja. Tidak dingin dan beku. Hanya manis,dibumbuhi cerita
humor,maupun kecerewetan seperti biasa—diantara mereka.
Dia terenyuh,tersenyum pedih dalam gelap. Menatap tidur suaminya seakan
sudah membuang jauh-jauh peristiwa memalukan beberapa hari lalu,membuat
Andrea..tersentuh.
Lambat-lambat Andrea mengangkat tangan Alfian yang bertengger malas
disekitar tubuhnya. Menemukan bahwa Alfian masih setia memasang cincin
pernikahan dalam tidurnya sekalipun,membuat Andrea begitu bahagia. Ia mencium
jemari tersebut dan meletakannya kembali disekitar tubuhnya. Kembali masuk
dalam pelukan hangat sang suami dan tidur sembari tersenyum—untuk pertama
kalinya..bagi Andrea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar