Jaguar gelap mengkilap milik Duncan Junior berhenti persis
disebuah taman besar nan indah dipekarangan depan suatu rumah. Malam gelap
menyelimuti dengan angin dingin yang semilir. Alfian menghembuskan nafas dalam
sejenak lalu menyenderkan punggungnya pada jok kulit mobil. Mengamati rumah
yang bisa dibilang mirip istana tersebut. Bahkan rumah ini 5 kali lebih besar
daripada milik ayahnya dan rumahnya sendiri.
Kemudian perhatian Alfian tertuju pada wanita cantik yang
duduk sedikit gelisah disampingnya. Dalam balutan gaun hitam selutut dan dipadu
warna merah marun gelap,gaun tersebut nampak santai namun elegan. Tapi Alfian
tak bisa berhenti takjub dan memang benar,Andrea selalu nampak begitu cantik
memakai apapun. Dan mungkin..dalam ekspresi apapun-seperti sekarang ini.
“kau siap untuk menghadapi ibu dan ayah tirimu?” kata Alfian
dengan nada melunak sedikit prihatin. Andrea menatapnya linglung.
“entahlah. Aku hanya malas menghadapi celotehan ibu,kau tahu
kan..dia begitu protektif padaku dan selalu menginginkan putrinya untuk tampil
sempurna. Dasar orang tua yang perfeksionis” cibir Andrea fokus pada pintu
rumah utama yang begitu familiar dibenaknya.
“buah jatuh tidak jauh dari pohonnya bukan?” upsss sindiran
yang tepat. Alfian meringis mendapati pukulan dirusuk kanannya dan
oleng-terkejut Andrea membuka pintu mobil dan membantingnya kesal.
Terburu-buru,lelaki itu ikut keluar tapi seringaiannya yang
tanpa batas tersebut tertoreh membuat Andrea semakin dongkol saja. Bibir merahnya
cemberut.
“ayolah,sayang. Kita sudah disini. Kau mau kita berterngkar
didepan ibumu yang perfeksionis itu?Kemari dan gandeng aku” kata-kata rujukan
yang terdengar amat lucu dan Andrea sama sekali tak bisa untuk tidak tertawa.
Ia terkekeh kecil dan menyampiri suami gilanya tersebut yang disambut senyum
lebar taraf lima dari Alfian dan sekilas mengecup pipi manis Andrea membuat
wanita itu terenyuh aneh.
“..dan baru kali ini aku berkunjung ke kediaman Nyonya besar
Blunt. Sungguh menakjubkan..” ucap Alfian lancar dan terpesona. Keduanya
bergandengan tangan sembari menuju beranda rumah. Memang benar. Taman yang
hijau penuh dengan rumput,terdapat kolam air mancur bundar di
tengahnya,bunga-bunga tertata rapi serta patung-patung dewa Inggris. Andrea
tersenyum penuh kerinduan.
“aku kangen tempat ini. Rumahku saat aku kecil hingga
dewasa. Aku tak pernah bosan bermain dirumah ini sampai sekarang” nada Andrea
yang lembut dan terasa menyedihkan.
“lalu kenapa kau pindah dan memilih untuk tinggal di
kondominium?” tanya Alfian santai melihat raut wajah cantik Andrea yang surut
seketika.
“aku pindah..karena sejak ibu menikah dengan Mark,dia juga
tinggal disini. Aku tidak tahan dekat dengan seseorang pengganti ayahku” dan
Andrea benar-benar termenung sedih. Bukan seperti Andrea sombong yang biasanya.
“ohh maafkan aku. Itu pasti hal yang berat bagi hidupmu”
hibur Alfian mengecup pucuk rambut harumnya dan semakin mempererat pelukan.
“tidak apa-apa. Lagipula..aku juga tidak tahan tinggal
dimana banyak kenangan dari ayah. Hhhh Aku sangat mencintai pria itu”
“ternyata si ratu es macam kau bisa mencintai” sebuah
guyonan lucu itu membuat Andrea terkesiap. Dan nyatanya,candaan Alfian yang
sembarangan tersebut membuatnya hatinya seperti retak.
“kau pikir aku ini berhati batu apa?!”
“yaaa.. melihat seluruh reputasimu sebagai wanita yang
paling dingin di Inggris..dan aku terkejut,cantik” Alfian tersenyum menghina.
Dan apa yang membuat Alfian sedikit tercenung adalah bahwa
ada yang sedikit berubah dari wanita ini-istrinya. Kalau dulu,sang ratu sejagad
Andrea Blunt akan menanggapi hinaan kasar Alfian dengan perkataan kasar juga.
Mengajak Alfian untuk bertengkar terus menerus. Tapi kali ini..mengapa dia
hanya diam.
“hei apakah kau marah?” tanya Alfian sedikit gugup menerima
perlakuan seperti itu. Tapi percuma,Andrea hanya diam dan berjalan memandang
kedepan,walau mereka masih bergandengan tangan.
“aku kan hanya bercanda. Jangan marah..” kata Alfian sedikit
menggoda. Tapi wanita itu masih membisu.
“Andrea,sungguh aku tidak bermaksud..”
“sudahlah,lupakan” dan satu kata itu,Alfian seperti
tertohok. Apa..wanita ini mengalah? Apa wanita ini menghindari perkelahian adu
mulut dengannya? Tapi kenapa?
Tangan Andrea belum sampai pada bel,pintu mahoni itu pun
terbuka dengan seseorang cantik yang keduanya kenal.
“aku mendengar suara mobil dan langsung mengira itu pasti
kalian. Selamat datang,sayangku” sambut Arina manis dan langsung memeluk
putrinya.
“kalian terlambat 45 menit” dengus ibu Andrea melepas
pelukan menatap keduanya bergantian.
“maaf. Insiden kecil. Alfian terjepit dikamar mandi”
“apa?” seketika wajah Alfian berubah melongo penuh tanda
tanya menatap Andrea yang menyeringai sinis diam-diam.
“ohh itu buruk,ayo masuklah. Aku sudah menyiapkan makan
malam”
Arina berbalik bertepatan dengan mata Alfian yang melotot
keluar kepada Andrea. Bisa-bisanya wanitu itu membuat cerita konyol yang
memalukan dirinya. Dan apa yang ia dapat? Andrea meleletkan lidah dan pergi
masuk begitu saja. Astaga...wanita ini ingin bermain-main dengan serigala?
Wajah Alfian yang tampan itu kini merah padam antara malu dan gerap. Tapi
disisi lain,perasaannya menghangat. Andrea berusaha untuk membuat suasana
antara keduanya menjadi lunak.
“Alfian”
“Ayah” Alfian memeluk Charlie-ayahnya. Dan ia menangkap
sekilas wajah penuh misteri itu,dia hanya mengangguk kecil dan memutar
matanya-bosan.
“kalian tampak hebat sepulang bulan madu. Apa sebegitu
menyenangkannya,Andrea?” Mark muncul entah darimana dengan senyum badut
mengerikan seperti biasa menurut Andrea. Wanita itu memicingkan mata dan dengan
canggung nan risih,ia memeluk ayah tirinya demi menjaga hormat didepan mata
ibu.
“seperti yang kau kira”
“dan kau bung,kau juga tampak fantastis setelah bulan madu.
Mengapa kalian tidak mengunjungi orang tua-tua ini dan berbagi hari-hari bulan
madu kalian?” sambut Mark pada Alfian dan menjabat erat tangannya penuh maksud.
Alfian tak bisa tersenyum,hanya bernafas dengan cepat.
“maaf. Setelah bulan madu,aku disibukkan dengan perusahaan”
“Bagaimana investasi Duncan kali ini? Butuh beberapa advis?”
tanya Mark ramah tapi menyindir tepat di kedua bola mata Alfian hingga ia tak
mampu menjawab. Darah surut dari wajahnya.
“kalian para pria,berhenti bicara bisnis dan duduk dengan
tenang. Makan malam keluarga akan segera dimulai” perintah Arina memecah
kebisuan para lelaki tersebut dan akhirnya salah satu dari mereka bisa
mengeluarkan tawa walau kecil.
“butuh bantuan,bu?” tawar Andrea cuek.
“tak usah. Kau duduk saja. Hampir selesai”
Andrea hanya memutar bibirnya acuh dan segera menuju
kursinya tepat disamping Alfian. Pandangan mereka pun bertatapan sejenak,dan
yang membuat seluruhnya diam terkejut adalah ketika tanpa sadar Alfian mengecup
bibir Andrea-hanya satu detik dan dia duduk meninggalkan Andrea yang
kebingungan terbang ke langit ke tujuh.
**o0o**
“ceritakan bulan madu kalian? Aku ingin mendengarnya” kata
Arina sembari memotong steaknya. Sejujurnya,ia sangat senang. Melihat kemesraan
putrinya dengan Alfian yang begitu terang-terangan. Dia merasa menang dalam
hati kalau Alfian adalah pria yang tepat untuk putrinya yang bengal.
“well,Afrika sangat panas” jawab Andrea singkat mengunyah
daging dan sayuran.
“yah,tapi itu begitu luar biasa keren. Kami
berselancar,berenang,dan..bungee jumping..” Andrea langsung menerima seringai
ejekan yang kentara dari suaminya tersebut dan melotot-malu.
“aaa aku tak bisa melupakan ekspresimu ketika kau ketakutan
untuk melompat turun,sayang” canda Alfian terkekeh membuat semuanya juga ikut
tertawa.
Tapi itu benar. Alfian sama sekali tak bisa menghapus
bayangan saat wajah cantik itu memucat pasi hanya karena bungee jumping. Dasar
wanita. Sedingin dan seangkuhnya mereka seperti medusa,toh mentalnya tak lebih
dari seonggok garam.
“benarkah?lain kali akan ku ajak Arina untuk kesana”
“kau gila” kali ini giliran pasangan Blunt yang pamer
kemesraan.
Lalu makan malam itu berubah hening bukan karena
canggung,melainkan mereka hanya ingin melewati santapan malam tersebut dengan
nikmat tanpa gangguan. Hanya saja itu berlangsung Cuma 15 menit ketika Arina
tersenyum dan menatap penuh harap pada putri dan menantu kebanggaannya.
“so,apakah Andrea ku sudah berhasil kau hamili,Alfian?
Atau..sudah berisi..mungkin..”
Huk!
Dalam detik yang sama,Andrea tersedak akan winenya,dan
Alfian menjatuhkan pisau perak ke piring membuat bunyi nyaring tak mengenakkan.
Keduanya langsung hilang selera makan. Dan saling menatap satu sama lain dengan
gugup. Bukankah pernikahan palsu dengan syarat itu hanya Alfian dan Andrea saja
yang tahu. Menikah sebatas seks? Arina akan serangan jantung kalau mendengarnya.
“ibu!” hardik Andrea malu.
“ehmm..kami..bermaksud menundanya,Arina..” jawab Alfian
pelan dan agak takut.
“Apa?! Mengapa?! Tidak tahukah kalian bahwa Andrea
mengandung,itu adalah yang kutunggu-tunggu!” sentak Arina tidak terima.
“hei,sayang. Tenanglah,mungkin mereka masih sibuk bekerja”
hibur Mark pada istrinya.
“Dan..mungkin..mereka juga punya alasan yang tepat. Bukan
begitu,Alfian?” dan Charlie ikut menanggapi.
Andrea melempar serbet di atas meja dan menatap ibunya
sebal.
“aku mau menunda hamil atau tidak,itu sama sekali bukan
urusan ibu kan!”
“kau tidak bisa seenaknya berbicara seperti itu pada
ibumu,Andrea!” kata Arina sedikit tersinggung.
“maaf,Arina. Biar kujelaskan,aku dan putrimu sepakat untuk
tidak memiliki anak terlebih dahulu. maksudku..kita menikah sedemikian
buru-buru. Bahkan sangat cepat. Media yang bertanduk diluar sana sudah membuat
berita jelek mengenai putrimu yang menikah dalam waktu tiga bulan karena hamil
diluar nikah.Lagipula..kita masih muda. Tak perlu terburu-buru untuk memiliki
anak” terang Alfian meyakinkan seperti
seorang penjual barang dikaki lima membujuk para pengunjung untuk membeli
dagangannya. Itu membuat Andrea tertawa dalam hati,suaminya itu layak
mendapatkan penghargaan Grammy.
“tapi..”
“kumohon pengertianmu,Arina..Aku hanya ingin menghabiskan
waktuku bersama dengan Andrea. Berdua dulu..” Hening menyelimuti. Ingin rasanya
Andrea pergi darisitu..
Dan ketika Arina menghembuskan nafas berat,Andrea mengangkat
pandangannya dari piringnya yang masih bersisa.
“baiklah. Itu terserah kalian. Tapi aku sangat mengharapkan
dapat menimang seorang bayi lucu..” kata Arina sembari menerawang dan menisik
tajam pada Andrea. Putrinya itu benar-benar dingin. Bahkan hal seperti ini saja
harus Alfian yang menjelaskan.
Kalau ingin
bayi,mengapa tidak buat saja sendiri. Agar tidak mengganggu kami dengan
pertanyaan dangkal seperti itu! Kata Andrea dalam hati.
Perbincangan mengenai kehamilan pun segera teralihkan ketika
Mark mulai sok tahu akan perkembangan bisnis Alfian. Dan Andrea yang merasa tidak
turut andil dalma perbincangan lelaki,hanya memainkan garpunya.
“aku dengar investasimu gagal lagi,aku turut prihatin
Alfian” Andrea menangkap suara ibunya tapi langsung acuh tak acuh.
“tak apa,sudah biasa. Aku akan berusaha lagi menanam saham
ditempat lain dan..”
“hei,bagaimana kalau perusahaan Andrea dikendalikan oleh
Alfian juga”
Dalam hitungan detik,semuanya menoleh dan memandang tidak
paham pada Mark yang menyeletuk sembarangn.
“kenapa? toh..Andrea tidak begitu berminat. Alfian sudah
menjadi suamimu,Andrea. Dan..mungkin ini ide yang perlu
kau..pertimbangkan..Apa..salahnya?” suara Mark terbata-bata merasa gugup
dipandangi sedemikian intensnya dari yang lain. Lalu Andrea mencoba mengajak
Alfian untuk saling bertatapan. Begitu mereka menyambung koneksi,itu begitu
dalam namun tak berarti. Andrea yang diam tanpa berkedip,sedangkan Alfian
dengan perasaan kacau balau.
“itu konyol,Mark” Charlie tertawa enggan dan Arina pun
menyahut.
“kalau Alfian yang mengambil alih,aku akan dengan senang
hati memberikannya. Aku bisa pensiun dengan tenang tanpa harus kelelahan
mengurusi perusahaan”
Ketiga orang tua tersebut berceloteh ringan,tak membuat
sambungan koneksi itu putus. Kedua orang ini masih saling menatap tanpa ada
arti didalamnya. Dengan wajah dingin yang misterius.
“..akan kupertimbangkan..”
“apa?!”
“ya ya..Alfian yang mengendalikan perusahaan atas namaku
itu. Akan kupertimbangkan” kata Andrea santai dan main-main sambil menyesap
winenya cuek. Tak tahukah Andrea dengan perkataannya yang semena-mena itu
membuat beberapa orang disini memiliki suatu harapan besar nan jahat yang
timbul. Bagaimanapun,langkah mereka tinggal sedikit lagi bukan?
“itu..akan menyenangkan..” kata Alfian setelah kembali dari
syok. Dia melirik ayahnya yang tampak menyedihkan lalu..Mark. Pria itu
tersenyum mengejek.
“nah,bagaimana kalau kita menyantap dessertnya? Aku
memanggang brownies coklat bersama dengan es krim. Itu kesukaan putri kecilku”
senyum Arina yang membuncah menyinari keadaan yang kaku ini.
“dengan senang hati,bu” Andrea berucap dan tak banyak
bicara.
**o0o**
Para pelayan masih berkeliaran karena kedua majikan mereka
baru saja datang. Membukakan pintu untuk mereka dan Andrea berjalan masuk
dengan lesu. Wajah cantiknya nampak begitu lelah. Setelah sampai dilantai dua
dan jauh dari pandangan pembantu,Alfian mensejajarkan langkah dengan istri
mungilnya.
“kau terlihat tak bersemangat tadi..sampai sekarang” celetuk
Alfian datar. Andrea mengusap keningnya.
“aku hanya lelah..sore tadi kau menyetubuhiku habis-habisan
dan ibu memaksaku untuk datang. Ya,sayangku. Aku sangat sangaat lelah” jawab
Andrea dengan poker facenya yang begitu manis. Membuat bibir Alfian menganga
kaget namun juga geli mendengar jawaban spontan yang jorok itu.
“dan faktanya,kau mengingatkanku kalau setelah acara makan
malam ini,aku akan menyantap hidangan penutupku yang sebenarnya. Brownies yang
sangaaattt manis,sayangku”
Alfian mengejar ketinggalan langkahnya dan langsung meraup
pantat sexy Andrea untuk digendong masuk ke dalam kamar. Membuat wanita itu
mencicit sexy dan cekikikan seperti remaja.
Lelaki itu menjatuhkan kaki mulus Andrea ke karpet dan
memutar bahunya untuk saling berhadapan-saling berpandangan. Andrea tak tahu
mengapa jantungnya semakin berdebar kencang seolah mau meledak. Alfian begitu..
“berdansalah denganku?”
“berdansa?” tanya Andrea balik. Alfian menggumam mengiyakan
dan menghampiri sebuah radio antik yang ada dikamar tersebut. Menyalakannya
dan..lantunan lembut,sayu dan terdengar sensual mendayu begitu merasuk disyaraf
Andrea. Lelaki itu kembali mendekatinya dan meraih pinggang Andrea mendekatkan
kepada pinggangnya sendiri.
“kau terpukul karena ucapan ibumu kan?” Apakah Andrea mau
melanjutkan diskusi?
“tidak. Tidak juga. Aku..sudah terbiasa dengan segala ucapan
sembarangan dari ibu. Sudah kukatakan bukan,kalau dia perfeksionis” wanita
menggelayutkan kedua lengannya untuk bertumpu di belakang leher Alfian.
Sehingga dia mendongak dengan tatapan lelah.
Tapi Alfian hanya diam. Tubuh Andrea yang mungil walau masih
memakain stiletto mematikan sexynya,Alfian tetap harus menunduk tuk menatap
bola matanya,bibirnya,seluruh tubuhnya yang indah dalam balutan gaun. Dan dia
terpana,yang tak sepenuhnya menyerap semua perkataan Andrea.
“dia yang selalu menuntut yang ia inginkan padaku
membuatku..lelah menghadapinya..”
“lupakan semuanya”
“ditambah Mark yang begitu..huhhh untung saja kita bisa
segera pulang dan..”
“lupakan segala yang terjadi,Andrea!” kata perintah yang
membuat bibir Andrea terkatup ratap. Bola mata bak elang itu menajam dan
merasuk didalam rongga hatinya. Kobaran api terpancar dari pandangan Alfian,dan
Andrea harus menahan diri agar tidak meledak ditempat.
Musik itu begitu sensual. Kamar yang remang-remang,hanya
bulan sebagai penerang,suhu yang hangat,memuncakkan segala hasrat yang terpendam.
Keduanya hanya bergoyang,berputar kecil ditempat seiring dengan musik. Dan
menyerap keadaan hangat ini yang kian lama makin panas. Tatkala senyum indah
itu muncul,Andrea merasa geli saat tahu nafas Alfian mulai terengah,dan
tangannya yang tak bisa diam itu menggerayangi pantatnya-geli.
“hei..” Andrea sudah melupakan rasa kesalnya tadi dan fokus
hanya pada perlakuan sayang suaminya. Dia tersenyum manis.
“apa aku sudah bilang kalau kau sungguh cantik malam ini?”
bisik Alfian didepan mulut istrinya. Andrea menggeleng gembira.
“kalau begitu akan kukatakan,kau sungguh sialan cantik,sexy
malam ini”
“hingga tidak mengalihkan pandanganmu pada gadis lain?”
“sejujurnya ya,karena gadis yang ada didepanku hanya kau
saat ini” selanjutnya mereka tertawa lepas bersama seolah menginjak beban hati
berat selama ini-tuk sementara. Ketika bibir manis Andrea tertutup oleh
Alfian,dia tak mampu berucap lagi. Hanya mengerang nikmat seeprti biasa.
Berdansa begitu berbeda. Dimana kedua paha Andrea terayun dan membelitkannya pada
pinggang Alfian. Pria itu menyangga dengan genggamannya. Saling mencium dalam
dan dalam. Hingga Alfian yang sudah tak tahan untuk mengeluarkan nafsu
liarnya,meletakkan pantat Andrea yang telanjang pada meja kayu dan mereka
bercinta disitu sampai-entah berapa kali dan keduanya harus segera melanjutkan
di tempat tidur sebelum meja kayu itu retak. Itu lebih baik.
**o0o**
Hari demi hari berlalu dengan tak biasa. Jarang sekali ada
adu mulut,bahkan bisa dibilang hampir lenyap. Sikap Alfian yang begitu manis pada
Andrea,dan Andrea seolah menghindar dari sebuah percekcokan yang biasanya akan
terjadi pada hubungan mereka. Semuanya..berubah. Dan rumah dingin itu..seperti
terkena mentari hangat menyambut musim semi Inggris. Keduanya menikmati itu.
Tapi..tak sepenuhnya sinar matahari menerangi kehidupan mereka. Ada angin kelam
nan mendung dibalik semua kejadian bahagia.
“..kirim email laporannya padaku,Sue. Dan tolong tanyakan
pada bagian perencanaan kita sudah tak punya investor pendukung lagi?” tanya
Alfian dengan nada gelap nan suram. Dia menyetir begitu mahir dengan satu
tangan kanan dan tangan kirinya mencengkram ponsel seolah hendak
menghancurkannya.
“..kalau begitu ambil saham yang tersisa..Apa katamu?”
hening sejenak.
“Persetan!! Tanyakan pada ayahku. Aku yakin Dewan direksi
punya beberapa ide kecil lain. Aku harus pergi”
BLAKK. Ponsel itu terpelanting entah ke bagian mana. Mungkin
saja sudah rusak. Alfian melonggarkan dasinya yang hampir mencekiknya dan
bernafas kasar. Wajahnya mirip preman sekarang. Apa yang harus ia perbuat
dengan perusahaannya yang siap jatuh?
Semua pikiran itu lenyap saat dia mulai sampai dipekarangan
rumahnya sendiri. Langit sudah gelap kelabu,seperti akan mau hujan.
Sejenak,Alfian menyandarkan kepalanya pada kemudi. Ia bingung harus melakukan
apalagi. Terasa aura jelek,frustasi,putus asa hinggap dibahunya. Tapi hanya
seperkon detik,Alfian sudah mencoba untuk menetralkan wajahnya agar tak
terlihat stress dari pekerjaan. Dia memantapkan hati untuk masuk ke dalam rumah
dan sejenak melupakan masalah dikantor.
“apa istriku sudah pulang?” tanya Alfian berjalan menuju
tangga pada kepala pembantu-Rose.
“ya,Tuan. Dia ada dikamarnya sejak tadi”
Alfian mengulum senyum tenang. Sekali lagi,dia menghela
nafas lelah berusaha ia sembunyikan dan akhirnya membuka pintu kamar.
“Andrea,kau masih hidup?” olok-olokan yang biasa ia pakai
untuk menghangatkan hubungan mereka,hanya angin lalu.
Alfian siap-siap untuk pingsan ketika mendapati ada seorang
wanita seksi berbaring santai diranjang besarnya. Lingerie merah jambu,stiletto
perak dengan lutut terangkat dan terbuka,rambut coklat bertebaran diatas
bantal,dan aroma mawar seksi menggoda. Alfian akan mati.
“aku masih hidup. Dan masih begitu hidup” sahut Andrea
mendengkur memainkan lututnya ke kiri dan kekanan. Jakun Alfian pun naik turun
seperti parameter. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah,inilah yang ia
sukai dari kehidupan Alfian saat ini. Beberapa hari ini,Andrea mampu
menyenangkannya,menghiburnya dengan bercinta,dan mungkin ia akui sebagai terapi.
Terapi dari segala realita yang menyakitkan.
“apa ini hari ulang tahunku?” Alfian melepas sabuknya dengan
bunyi gemerincing. Andrea menahan tawa.
“sepertinya tidak”
“aku tidak ingat kalau aku pernah bertaruh nomor di lotre”
Alfian menendang sepatu,pakaian,dan hanya boxer grey polos dengan kejantanan
yang timbul begitu kentara.
“mungkin kau harus mengeceknya ulang” tubuh Andrea tak
bergeser saat goncangan ranjang dari ulah Alfian yang tersenyum bak harimau
kelaparan. Mata hitamnya membuat kobaran api dengan seringaian mesum.
“tidak perlu. Karena..hadiahnya sudah ada disini. dan
aku...” tangan itu mulai bermain dari bawah dan..terhenti.
“ohh sayangku..” Andrea menjerit kecil saat bibir panas
Alfian membasahi lehernya yang jenjang. “apa kau kehabisan celana dalam?hmm?
biarkan aku menghangatkan mu dengan ini”
Andrea menjeritkan sebuah desahan terbata-bata dimana jari
jemari ahli suaminya mengusap dan mengusap terus bagian feminimnya yang paling
intim. Tapi desahan itu diiringi dengan senyum menawan.
“dan apa ini?ohhh bahkan..kau juga lupa memakai bra?” Alfian
menurunkan lingerie merah jambu itu turun untuk memperlihatkan dada montok
ranum yang sangat ia sukai. Meremasnya lembut dan mengecup kulitnya.
“aku..ceroboh..mengapa aku bisa lupa” bisik Andrea menggoda
sembari menggeliatkan seluruh badannya tepat dibawah Alfian.
“justru..aku suka..dengan kecerobohanmu
itu..akhh..sialan..kau sangat basah sayang. Biarkan aku mengeringkanmu”
“ya tuhan,Alfian..” Alfian butuh ini. Dia butuh semacam
pelepasan batin dari masalah beratnya. Hanya ini,Hanya Andrea. Hanya dia yang
bisa mengeluarkan Alfian dari pusaran hitam. Tanpa babibu,Alfian memulai
kegiatan oralnya yang membuat wanitanya itu bertekuk lutut hanya padanya.
Menanti dan menikmati seluruh percintaan indah ini. Andrea membiarkan
jantungnya berdegup kencang. Bagian sensitifnya dijilat dan dihisap begitu
keras,dadanya disetubuhi Alfian berulang kali,sampai pada puncaknya ketika
Alfian menghujam miliknya ke dalam Andrea dan mereka menjadi satu. Dunia mereka
begitu indah,nikmat dan sakit dalam konteks menyenangkan. Hingga klimaks yang
dahsyat dan keduanya tertawa sebelum jatuh terlelap,persiapan untuk besok. Sex
dini hari untuk menyambut pagi.
**o0o**
“perbaiki ini! Dan tolong kau cek berapa saham yang tersisa
diluar!” bentak Alfian mulai kesal dan putus asa. Membuat para bawahannya hanya
menunduk takut dan mengiyakan apa saja yang diperintahkan tuan mudanya
tersebut. Mereka semua bekerja keras,Alfian juga. Itu membuat kepala Alfian
pusing bukan main. Dia mengusir semua tiga karyawannya tadi dan melemparkan
pantatnya dikursi direkturnya. Memegangi kepalanya yang siap pecah
berkeping-keping saat ponsel itu menyala dengan suara telpon yang bising.
Melihat siapa yang menelpon,ajaibnya,pusing itu perlahan pudar. Senyum kecil muncul
disudut bibirnya dan segera menjawab telpon tersebut.
“kau ingin menggangguku ditempat kerja dengan desahanmu yang
nakal itu?”
Andrea tertawa diujung sana. Tawa yang renyah membuat Alfian
tersenyum lemah.
“tidak,aku hanya ingin memastikan untuk makan malam yang kau
janjikan nanti” suara itu begitu manis amat menyejukkan perasaan Alfian.
“jam 6,cantik. Kau harus sudah siap karena aku paling benci
menunggu wanita yang bersolek begitu lama” terang Alfian pura-pura cemberut.
“baiklah. Jam 6. dan jangan buatku menunggu terlalu lama
karena tiba-tiba kau ada urusan mendadak atau bisnis membosankanmu itu. Kalau
tidak stiletto cantik ini tidak akan berfungsi lagi untuk bercinta,tapi
siap-siap mematahkan kepalamu jadi dua”
Kini Alfian yang tertawa.
“tak akan pernah. Simpan stiletto itu untuk seks ronde
selanjutnya,paham?”
Alfian serasa ingin memeluk Andrea yang jauh disana saat
lagi-lagi wanita itu tertawa riang.
“baiklah,sampai nanti sayang. Jam 6”
“jam 6,baby girl”
TUT! Mungkin Alfian sudah gila. Dia mencium ponselnya
sendiri seperti itu adalah bibir Andrea.
Dia tersenyum meletakkan ponselnya ke meja dan merasakan
hampa yang luar biasa lagi. Memeriksa dokumennya sambil mencoba memfokuskan
diri agar ingatan jam 6 itu hilang sejenak. Demi tuhan,Alfian harus bekerja
agar perusahaannya tidak bangkrut!!
Pintu diketuk dan sekretaris Alfian masuk dengan sopan.
“Mr Duncan,ada tamu yang ingin menemui anda”
Alfian sama sekali tak mau repot untuk menatap Susan,sang
sekretaris pirang itu dan terus melanjutkan pekerjaannya pada seribu lembar
kertas.
“suruh masuk,kalau dia sales,usir dia” kata Alfian acuh dan
dingin mencoret-coret kertasnya.
“kau yakin ingin mengusir seorang sales wanita cantik
disini?”
DEG! Suara itu!
Alfian mendongak cepat dan pena emasnya terjatuh kasihan.
“Natalie?”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar