Sabtu, 16 November 2013

Me,You,and Us.. (EPILOG)



Created by Aii D.Luffi or Aii Cicuit





Dia baru saja menurunkan si kecil dari gendongan ketika pintu terbuka lebar dengan hantaman keras.
“kita harus pergi!” ujar Minho dengan raut muka panik. Hyesun menahan nafas kasar. Berlari menuju kamar—mempersiapkan semua barang berharganya untuk dimasukkan dalam koper.
“Junior! Bereskan barang-barangmu!” teriaknya parau. Bocah lugu tersebut mengangguk pelan,dan berlari kecil-kecil menuju kamarnya sendiri.

“ada apa?!” tanyanya takut pada Minho. Suaminya itu mencoba membantu memunguti pisau-pisau kotor mereka.
“FBI itu sudah mencium jejak kita. Mungkin satu jam lagi para polisi bengal itu akan mengobrak-abrik tempat ini. Kita harus lekas pergi jauh..” jawab Minho serak dan cemas.


Untuk yang kesekian kalinya..mereka pergi. Menghilangkan jejak sejauh yang mereka bisa,hingga para pahlawan nusantara tak dapat menjangkaunya. Malam sudah cukup larut ketika mereka pergi. Dan pasti..Para polisi sudah datang dan menghebohkan sekitar komplek dengan berita adanya para keluarga pembunuh kejam telah tinggal dikawasan damai itu.

Menyusuri jalanan sepi dan gelap. Ditemani pohon-pohon menjulang dari tepi jalan yang sunyi. Si kecil tertidur lelap di kursi mobil belakang,dengan mencengkram pisau kecil—bukan mainan—jaga-jaga menghadapi bahaya. Itu yang selalu diajarkan oleh ayahnya dan darah kekejaman sang ayah mengalir turun temurun di nadinya.
Minho dapat mengerti. Bagian tersulit ketika merasakan kesedihan saat keluarganya merantau jauh kembali. Mencari tempat naungan atau tempat persembunyian baru. Kali ini waktunya lebih cepat,FBI semakin pintar melacak mereka. Membuat Hyesun miris.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya khawatir sekali. Bagaimana dia bisa baik-baik saja kalau kenyataannya seperti ini. Menjadi buron selama bertahun-tahun dan sedikit demi sedikit mulai kalah.
Hyesun menggeleng pedih. “aku..lelah..Minho..” bisiknya sedih. Tidak berniat membalas mata elang suaminya.
“..jangan..”
“aku sudah sangat lelah seperti ini. Aku hanya ingin..suatu hari..menjalani hidup normal. Mengantarkan Junior ke sekolah,memasak makan malam,tidur di jam-jam dimana orang biasa tidur. Tanpa ada rasa takut dan waspada. Lelah harus memutilasi satu persatu manusia. Lelah harus mengurung diri dirumah tanpa banyak bicara. Menjadi orang dingin..dan tertutup. Aku lelah dengan semua ini..aku ingin MENYERAH..” pekiknya hampir meneteskan air mata.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah ia bersama bidadarinya,Minho mendengar curahan hati rapuh Hyesun. Istri terbaiknya,istri tercintanya,ibu dari darah dagingnya. Setelah sekian lama memendam rasa tertekan yang begitu banyak,tak bisa hidup seperti keluarga biasa,hidup dengan memendam perasaan kejam dan takut.

“bertahanlah,sayang. Kumohon..demi kita..demi Junior..” bisik Minho menusuk dihatinya sendiri. Mereka memang harus bertahan. Saling menguatkan satu sama lain. Minho percaya,kelak..keluarganya akan hidup bahagia..selamanya..dan bebas.

Saat menyebutkan nama anaknya,Hyesun berbalik menatap tubuh mungil yang sedang tertidur telungkup menggunakan bantal. Wajahnya mengeras—bukan seperti bocah rajin yang sedang tidur. Malah terlihat serius dan menakutkan. Tapi masih ada sinar lugu yang dipancarkannya. Oh Junior..betapa kau sangat dicintai oleh kedua orang tuamu yang penuh dosa ini. Seberapa kejam tangan mereka saat membunuh sesama manusia,tapi mereka masih mempunyai secercah pelipur lara. Itu adalah kau..
Junior adalah berlian diantara darah. Hadir ditengah-tengah dunia buas mereka.

Minho sedikit ragu-ragu saat ia mengeluarkan sesuatu dari celana jeansnya. Hujan menyelimuti malam. Hyesun tersenyum pedih melihat wajah tampan si kecil.
“..nama barumu..Jung Hye..ri..”
Dan runtuhlah pertahanan Hyesun. Mengamati kartu nama baru dengan identitas baru—seperti biasanya.Minho memejamkan mata sejenak,wanitanya kini menangis dalam diam. Ia mencengkram kertas kecil tersebut dan menangis menatap jendela yang tidak memperlihatkan pemandangan apapun selain pohon.

Diraihnya tangan dingin dan pucat,dibawanya menuju bibirnya dan Minho mengecup punggung tangan istrinya berkali-kali berusaha menguatkan dengan cinta kasih. Keheningan merebak. Terkadang sebagai laki-laki,Minho ingin juga menangis,mengadu,dan menyerah. Tapi ia tak bisa dan tak mampu.
Entah ia membawa keluarga kecilnya yang dalam bahaya ke mana. Perjalanan semakin jauh dan tak berujung. Hati masing-masing semakin lama semakin pedih dan putus asa. Mencoba memecahkan suasana yang begitu sedih,ia memutar sebuah radio mobil. Dan alunan lembut melantun keluar di tengah malam.

When I look into your eyes,
Saat kutatap matamu
It's like watching the night sky
Seolah sedang kupandangi langit malam
or a beautiful sunrise,
Atau indahnya mentari terbit
There's so much they hold
Banyak arti dari dua hal itu

Hyesun mengusap air matanya cepat-cepat saat menangkap sebuah pandangan yang menarik hati kecilnya.

“aku ingin..ke gereja..”

And just like them old stars,
Begitu pula bintang-bintang di atas sana
I see that you've come so far,
Kulihat tlah kau tempuh perjalanan panjang
to be right where you are,
Tuk sampai di tempatmu kini berada
How old is your soul?
Berapakah umur jiwamu?

Minho menatapnya penuh kesedihan. Ia mengecup punggung tangannya lagi dan membelokkan setir menuju sebuah gedung suci.

I won't give up on us,
Takkan kuberhenti berusaha
even if the skies get rough
Meskipun langit mulai menghitam
I'm giving you all my love
Kuberi kau seluruh cintaku
I'm still looking up
Aku masih tetap melangkah

Sunyi yang tenang dan tentram. Untuk beberapa waktu yang menyedihkan dan tragis,ia biarkan sebuah kain damai membungkus hatinya yang akan remuk menjadi kepingan debu. Hyesun menunduk. Menutup wajah dengan kedua tangan yang menengadah dan berdoa sembari meneteskan air mata dalam diam-tanpa henti. Sedangkan Minho berdoa dengan caranya sendiri. Melihat sepatunya dibawah dan mengucap permohonan maaf dalam batinnya yang dingin.


I don't want to be someone
Aku tak ingin menjadi seseorang
who walks away so easily
Yang pergi dengan mudahnya
I'm here to stay
Aku akan tinggal
and make the difference that I can make
Dan membuat perbedaan

Our differences, they do a lot to teach us,
Perbedaan kita, banyak yang mereka ajarkan pada kita
how to use the tools and gifts we got,
Cara manfaatkan alat dan anugerah yang kita punya
yeah, we got a lot at stake
Yeah, banyak yang kita pertaruhkan

and in the end you're still my friend.
Dan pada akhirnya kau kan tetap jadi temanku
At least we did intend for us to work.
Setidaknya kita berniat pertahankan hubungan kita
We didn't break, we didn't burn.
Kita tak patah arang, kita tak terbakar
We had to learn how to bend,
Kita harus belajar menunduk,
without the world, caving in.
Tanpa dunia ikut runtuh
I had to learn, what I've got
Aku harus belajar, apa yang kupunya
And what I'm not and who I am.
Dan yang tak kumiliki dan siapa diriku

Pendeta tengah malam yang selesai berdoa dibalik puluhan lilin,tersenyum hangat tatkala melihat pasangan muda yang duduk dibangku panjang diujung. Berdoa dengan khusyuk sembari menangis . Ia tahu seberapa banyak dosa mereka,ada suatu niatan tak kalah besar tuk memohon ampun pada sang Maha Kuasa. Putra satu-satunya tengah ditidurkan disebelah sang ayah,masih terlelap dengan jaket tebal dan kebesaran. Bak bayi yang baru dilahirkan ke bumi. Pendeta itu hampir saja ingin menangis menyaksikannya. Dan tak bisa mengalihkan pandangan ke arah lain.



Well, I won't give up on us.
Aku takkan berhenti berusaha
(No, I'm not giving up.)
(Aku takkan menyerah)
God knows I'm tough, he knows.
Tuhan tahu aku kuat, Dia tahu.
(I am tough, I am love.)
(Aku kuat, aku adalah cinta.)
We got a lot to learn.
Banyak yang kita pelajari
(We're life, we are love.)
(Kita adalah hidup, kita adalah cinta)
God knows we're worth it.
Tuhan tahu kita layak menerimanya
(And we're worth it.)
(Dan kita layak menerimanya)

Setelah menghabiskan satu jam,diluar mulai dingin dan hujan deras menanti. Hyesun menghembuskan nafas cukup lega dan terisak yang membuatnya sesak nafas. Kini namanya bukanlah Goo Hye sun lagi. Jung Hye Ri..nama suami,bahkan Junior yang memang dari lahir tak punya nama sebenarnya..akan berubah seperti waktu biasanya ketika mereka lari.

Dalam gendongan hangat,Junior mengerang membuka mata dan mencium aroma harum sang ayah. Ia menoleh dan disambut senyum ayahnya sert memeluk ibunya semakin mendekat. Mata mereka penuh pancaran cinta. Satu persatu diciumnya kening bidadari hati dan malaikat kecil Minho.Keluarga itu damai..dari balik kejahatan mereka. Walaupun dongeng mereka bercerita lain..tapi satu yang pasti..mereka masih bisa hidup bahagia...

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar