Created by Aii D. Luffi
Bab 7
Keheningan yang tenang menyelimuti seluruh kamar dan aroma hangat yang
nikmat membuat kelopak mata Alfian terbuka dengan lembut. Mengerjap beberapa
kali dan alam sadarnya pun kembali,pemandangan pertama yang ia lihat ialah
punggung telanjang seorang wanita sedang duduk membelakanginya. Suasana kamar
begitu gelap,bahkan sinar cahaya dari jendela pun belum ada,bisa dibilang ini
masih subuh.
Terdengar kocokan dan bau obat merebak tajam,lalu Alfian tersenyum.
“mulai kecanduan dengan pil?” tanyanya serak khas orang bangun tidur.
Diabaikannya Alfian,ia menelan beberapa pil dan disusul dengan air putih
disamping meja ranjang.
Andrea mengernyit kecut merasakan pahitnya bulatan pil kontrasepsi
tersebut. Dan tak tanggung-tanggung. Ia menelan 3 pil sekaligus.
Punggung Andrea tampak begitu putih seperti salju,halus selembut sutra,
membuat kejantanan Alfian kembali mengeras tatkala memandang Andrea yang sama
sekali tak mempedulikan tubuhnya yang sepenuhnya tak tertutup apapun. Dia
mendekat,mencium punggungnya dan merambat ke atas menuju leher jenjangnya
dengan rambut Andrea yang berantakan. Hingga wanita itu mendesah kecil dan
semakin menegakkan tulang rusuknya.
“sudah berapa banyak yang kau minum?” tanya Alfian seraya mengecup
ceruk leher Andrea dengan jilatan basah. Andrea merebahkan diri dengan lengan
kanan sebagai bantalan kepala dan keduanya pun dalam posisi tumpang
tindih,dimana Andrea menatap cukup sebal pada suaminya.
“aku tak tahu.. aku hanya minum walau aku tidak suka..agar seluruh
benihmu tidak mengendap dan menjadi manusia didalam tubuhku..”dengusnya. Alfian
terkekeh,ya tuhan bahkan ketika marah pun Andrea begitu sexy. Ia mencoba
menatap dada penuh dan kenyal dibawah dadanya sendiri. Tampak ranum,dan bulatan
yang begitu sempurna. Jari-jari Alfian membelai lembut takut untuk menyakiti.
“seberapa benci kau dengan anak-anak?”
Alfian membaringkan kepalanya ke bantal disamping Andrea—amat dekat.
Dia menatap Andrea yang tertawa jahat sembari masih mengusap sayang dadanya,itu
bagian favorit Alfian dari seluruh tubuh istrinya. Andrea memandang
langit-langit kamar yang gelap.
“sangat..tidak suka. Mereka menyebalkan,cerewet,cengeng,nakal,uggghh
banyak lagi kejelekan tentang mereka. Dan aku juga tidak rela merubah diriku
menjadi tidak cantik lagi hanya karena hamil. Perut membuncit,badan
membengkak,aku dengar ibu hamil juga tidak akan pernah sempat berdandan.
Bayangkan itu..” cibir Andrea senang yang membuat Alfian tertawa,setuju.
“Ya. Aku bisa bayangkan bagaimana wanita sepertimu bisa
menjadi...membuncit? Itu pasti konyol” sahut Alfian santai,mendekatkan diri
pada aroma harum Andrea dengan campuran aroma aftersex.
“kalau kau..”
“hmmm?” Alfian membalas tatapan Andrea.
“seberapa benci kau dengan mereka?”
Alfian merenung sejenak lalu mengecup telinganya.
“cukup banyak. Ketika aku berkunjung ke salah satu rumah kerabat,wow 3
anak yang hampir membuat kepalaku pecah karena teriakannya. Darisitulah aku
tidak mau repot-repot untuk menikah,lalu memelihara anak. Tapi ternyata cerita
berkata lain..” ucap Alfian geli melirik Andrea yang juga disambut kikikan.
“aku masih dibilang muda,dan masih ingin mengejar keberhasilan akan
perusahaan. Aku tampan,disukai banyak wanita,berfoya-foya dengan semuanya..itu
adalah kenikmatanku..Sesuatu yang hampir sama denganmu bukan?” bisik Alfian sombong
ditelinga kiri Andrea yang tersenyum sinis.
“Entah mengapa..aku begitu cocok denganmu,tuan sok ganteng yang playboy
dan hyper sex..” Andrea berkata sembarangan diiringi nada mengejek. Kedua bola
mata Alfian melotot samar,naik diatas
tubuh Andrea dan menurunkan pinggul bawahnya ke arah yang sangat sensitive.
“aahhh..apa yang..kau lakukan sih..?” erang Andrea ketika kekerasan itu
menggesek bagian kewanitaannya. Alfian tersenyum jahat kali ini.
“bukan kah kau tadi bilang aku hyper sex? Akan kutunjukkan bagaimana
hypernya diriku padamu..”
Selanjutnya Andrea sudah dapat menebak. Melakukannya lagi dan lagi.
Tapi pikiran cerdasnya luntur begitu tahu ternyata niatan orang kelainan yang
sekarang sudah menjadi suaminya hendak mempermainkannya dulu. Mencoba
merangsang hasrat liar Andrea berubah tinggi. Sampai tubuh Andrea menambah
peluh basah,semakin sexy diantara cahaya bulan,lalu meliuk-liuk bagai ular saat
dimana sebuah lidah panas menggeluti organ intimnya begitu dalam.
“Alfian..kumohon..kumohon..” ceracaunya tanpa berpikir. Ia sudah tidak
kuat menahan nafsunya. Ia ingin Alfian,sekarang!
“kumohon apa,Andrea-ku? hmmm?” jawab Alfian parau dan masih terus
menyesap sesuatu yang dihadapannya. Sumpah,ini amat manis dan harum. Alfian tak
akan pernah bosan.
Andrea menggeleng-geleng putus asa,rambutnya tersebar kusut pada
bantal,dan kedua mata meremas menutup.
“aku ingin..kau..Alfi..aaghh ayolah..ennghh kumohon..” jeritnya
melengkungkan punggung dan mencengkram sprei kuat-kuat. Kepala yang ada dibawah
terkekeh. Alfian mengecup sejenak dan bangkit menatap semua badan telanjang
Andrea yang memerah karena menahan pertahanan.
“nah,sekarang kau boleh keluar. Lalu aku..akan menyusulmu kedalam..”
Dua detik,akhirnya Andrea klimaks. Sendiri,karena ulah Alfian yang
nakal. Mendesah mengerang apapun..Menutup kedua paha menikmati klimaks yang
cukup dahsyat untuk kesekian kalinya. Geli dan melambung. Setelah selesai seluruhnya,nafas
Andrea terengah-engah seperti habis berlari satu kilometer. Tatapannya tidak
suka pada Alfian,cemberut.
“kau..” geramnya menjambak rambut Alfian dan mendekap pada belahan
dadanya yang menggelenyar. Pekikan Alfian pun teredam,menikmati bulatan lembut yang
membuat tidak tahan untuk tidak menyesapnya dalam-dalam.
“whoaa Andrea,aku suka ketika melihatmu orgasme..aku suka saat
kau..memohon padaku..aku tidak akan pernah puas denganmu..”
“oohh yeahh..”
Dan keduanya seperti itu lagi dan lagi hingga membuat siapa saja engap
melihatnya. Suhu kamar terubah menjadi panas dan bisa saja mendidihkan satu
galon air.
Pukul 5 pagi. Mereka terbaring lelah namun puas—berdampingan. Mencoba
menetralkan nafas yang tersendat dan seakan kehabisan oksigen. Paru-paru mereka
seperti diremas. Meraup banyak-banyak udara dan menghembuskan dalam.
“astaga..ini mengasikkan..” canda Andrea dari balik nafasnya.
“ya..sangat intim..” jawab Alfian sekenanya.
“aku harap Mr dan Miss Jones tidak mendengar jeritanku tadi. Karena
mereka bisa saja merekamnya lalu menjual desahanku pada London’s Daily. Membuat
berita besar tentang seorang model kelas atas mendesah diranjang membuat video
porno. Aku sudah banyak menerima hinaan kejam”
Dan mendengar perkataan itu,langsung saja Alfian terbahak. Ia
memalingkan tubuhnya menyamping dan memeluk tubuh Andrea. Sentuhan kulit dengan
kulit.
“tak akan terjadi,sayangku. Para pembantu tidak ada disini ketika
pekerjaan mereka selesai..atau kalau tidak aku memanggilnya”
“apa? lalu..dimana mereka tinggal?”
“dipaviliyun depan rumah. Pukul 7 pagi mereka akan kembali kesini dan
bekerja. Tentu saja kulakukan agar aku mendapatkan privasi dirumah. Tapi aku
jarang kemari sejak pindah ke New York. Nah sekarang..kau bisa menjerit
sesukamu..tak akan ada yang berani merekam..bahkan mendengar..” bisik Alfian
lucu dan Andrea tergelak.
“bagaimana kalau membuat video sungguhan?” tanya Andrea menggoda,dan
sebenarnya hanya memancing Alfian. Pria itu merengut.
“Aku rasa handycamp ku full memory. Kau ingat,video kita saat bulan
madu..” kedipnya sebelah mata.
“kau kira aku tak punya handy camp?” ucap Andrea sexy membasahi
bibirnya lalu bangkit,berlari terseok-seok menuju kamar mandi. Membuat Alfian
menggeram menatap pantatnya yang memantul indah.
“sialan kau! Andrea!!”
**o0o**
Tidak aktif? Bukan. Dia menolaknya. William menolak panggilan Andrea.
Beratus kali. Sudah beberapa minggu lalu sejak pernyataan cinta William yang
mencengangkan Andrea berlalu. Andrea bermaksud melupakan kejadian itu dan
mengintropeksi diri sendiri. Mungkin ini bukan salah William,ini salahnya?
Persetan! dengus Andrea marah. Kalau saja William berkata cinta lebih
awal,ia tidak akan sebimbang ini. Bagaimanapun,Andrea menyayangi William. Walau
usia mereka hanya terpaut beberapa bulan,tapi William sudah menjadi pelindung
sejati pengganti sang Ayah. William pun sudah beberapa kali menghindari
dirinya. Padahal,Andrea ingin mengatakan..kalau ia akan mencoba. Membuka hati
pada pria itu dan bisa saja menjalin suatu hubungan lebih dalam lagi.
Tentang Alfian? Oh ayolah..itu tidak penting. Andrea ingat,Alfian
pernah mengatakan bahwa hidupnya bukan hidup Alfian. Dia bisa bebas berjalan
bersama yang lain,begitu pula Alfian—walau yang dimaksud pria itu ialah tidur.
Pernikahan mereka hanya sebagai partner seksual dan tidak lebih.
Kalau Andrea ingin kembali kekediamannya pun tidak masalah,tapi satu
yang pasti ketika Alfian membutuhkannya,Andrea akan datang. Benar bukan?
Selagi kesepakatan itu berlaku,Andrea akan mencoba memperbaiki hubungan
dengan William. Dia sungguh pria baik,dan Andrea terkadang juga tidak rela bila
suatu saat William menghilangkan perasaan cintanya lalu beralih ke wanita lain.
Andrea mampu hidup sendiri,dia penguasa,dia kaya,dia bisa dibilang seorang
Ratu,tapi dia hanya butuh satu orang saja..yang melindungi dan menyayanginya setulus
hati. Dan seratus persen orang itu ialah William,bukan Alfian!
Sopir menghentikan limo tepat di sebuah pelataran gedung mewah
bertuliskan DK Banking Corporation. Dibantingnya ponsel berkilau kedalam tas
mahal dan pertama-tama yang ia turunkan dari mobil ialah sepatu jinjit merk
brand ternama. Heh ternyata gedung ini tidak sehebat seperti miliknya,pikir
Andrea sombong.Tidak tahukah Andrea mereka yang lalu lalang tiba-tiba
menghentikan aktivitas mereka dan menatap bengong—kagum—padanya? Andrea melepas
kacamata hitamnya lalu menyisikannya pada poni atas. Kaki jenjang dan terpahat
indah tersebut mulai melenggang anggun nan angkuh khas seorang Andrea Blunt
yang kini sudah berganti dengan Dunkan. Ia Miss Dunkan sekarang.
Mantel coklat susu dan gaun hijau lemon yang halus itu diterpa sedikit
angin dan rambut panjang bergelombangnya melambai-lambai. Andrea berjalan
menuju lobi tanpa ada senyum,hanya topeng kesombongan saja yang ia gunakan.
Tapi tidak dipungkiri,kecantikan yang merebak berlebihan sudah membuat siapa
saja terpana. Kerumunan para pria memasang wajah tergila-gila,sementara yang
wanita iri. Bagaimana bisa ada seseorang yang sudah cantik,lalu kaya ini begitu
sempurna. Dan hanya satu. Itulah Andrea.
Seorang gadis culun memakai kacamata berframe tipis,melongo menatap
kesempurnaan yang dimiliki Andrea ketika ia mendekat ke arah meja yang ia
tempati. Meja resepsionis.
“aku ingin diantarkan ke ruangan Alfian Dunkan”ya tuhan,bahkan suaranya
saja indah. Mendayu dan anggun.
“ehh..ehh..maaf..” jawab Si resepsioner itu gugup,dengan mata
membulat,hidung kembang kempis.
“kau tidak mengenalku?” sengit Andrea tak suka. Aduh,rasanya ingin
sekali memecat pegawai rendahan yang tidak becus begini. Andrea tak akan
membiarkan perusahaan raksasanya memiliki karyawan lamban seperti dia.
“ehh bukan itu..maksud saya..Anda Miss Andrea Dunkan..ya..hanya..tidak
menyangka..Miss..”
“kalau begitu cepat!!” geram Andrea lelah. Si gadis tersebut menggiring
Andrea pada sebuah lift pribadi dimana tidak ada kerumunan pekerja masuk. Tentu
saja,hanya untuk sang penguasa terpenting. Menekan tombol 12 dan lift bergerak
naik. Didalam pun ia merasa gugup,gelisah,serba salah harus berdiri
berdampingan dengan model papan atas yang terkenal sombong tapi berbakat yang
notabene sudah menjadi istri bos dari bos bos bosnya. Mengamati diam-diam agar
Andrea tak mengetahui.
Wanita ini terlalu cantik,pantas saja Mr Dunkan memilihnya. Ia nampak
hebat.
Dikira Andrea tak tahu,ia sih santai saja. Senang juga ada yang
meliriknya mengendap-endap dengan tatapan kagum. Tapi disatu sisi merasa
risih,seperti ia ini daging lezat. Andrea bersedekap,memasang wajah dingin,dan
mengetuk ujung sepatu pada lantai seirama. Merasa bosan.
Pintu berdenting terbuka,menampakkan seisi ruangan putih yang disisipi
abu-abu dan hitam dari beberapa perabot. Dan dua orang wanita berseragam lugas
berdiri menyambut Andrea sopan,sedikit berkeringat juga.
“Miss,maafkan saya,tapi Mr Dunkan masih ada beberapa tamu..” katanya
tidak enak.
Apa? Andrea mendelik. Lalu ia menyuruhnya menunggu? Dikira Andrea ini
pengangguran apa,punya banyak waktu menunggu. Ia juga memiliki segudang jadwal
yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu 24 jam,tolol!
“Kau ingin aku menunggu?” tanya Andrea sengit membuat wanita pirang itu
langsung menunduk takut.
“ehmm..maaf..”
“Alfian akan langsung membatalkan pertemuannya jika sudah bertemu
denganku,kau tahu! Kau bisa saja kuadukan padanya untuk memecatmu. Dimana
ruangannya?” Dan inilah Andrea,tersulut emosi. Jauh-jauh kemari malah disuruh
duduk dengan majalah usang.
“disana,Miss..” tunjuknya ragu-ragu. Andrea langsung melangkah cepat
menghentakkan high heels kesal,mengabaikan sepenuhnya gadis pirang itu yang
berusaha sekuat tenaga menahan Andrea.
“tapi..Miss. .saya mohon..Mr Dunkan benar-benar sedang ada pertemuan penting..”
Masa bodoh! Lalu ia membuka pintu..dan apa yang Andrea lihat?
Mark,ayah tiri,suami ibunya yang ia benci. Duduk dikursi kuasa milik
Alfian. Sedang berbicara pada Charles,dan..suaminya sendiri..Alfian. Dua orang
itu malah berdiri disisi sedikit jauh dari Mark dan yang terlihat ialah Charles
beserta putranya tersebut nampak bagai budak dari seorang Raja Mark.
Mendengarkan keputusan sang Raja dengan hormat.Ya ampun,tanpa Andrea sadari ia
tercengang setengah mati.
“ada apa ini?” tanya Andrea tidak menyangka—lebih tepatnya sih berkata
‘apa-apaan ini?’. Karena memang benar,ini ruangan Alfian bukan? Perusahaan
Alfian? Apa tadi Andrea salah masuk? Akan menjadi hal yang paling memalukan
dihidupnya kalau ia kesasar sampai ke Mark. Ketiganya menatap Andrea bingung.
Tapi ada sedikit perbedaan dengan Alfian. Pria itu melebarkan mata,menahan
nafas dan rahangnya mengeras.
Sekretaris pirang yang gugup langsung membungkuk.
“maaf tuan. Miss Andrea benar-benar ingin..bertemu Mr Dunkan..” lalu ia
melesat pergi—menutup pintu—membiarkan ketegangan membanjiri ruangan luas ini.
“Andrea? ya tuhan,betapa aku merindukanmu” celetuk Mark berdiri dari
kursi dan berjalan menghampiri Andrea.
“jauh-jauh dariku,Mark!” ucap Andrea jengkel dan berdiri dibelakang
sofa menghindari Mark.
“aku hanya ingin tahu kabar putriku. Kau sehat bukan? kau nampak
fantastis sepulang bulan madu. Maaf ya,saat pertemuanmu dengan Arina aku tidak
hadir. Terlalu sibuk seperti biasa” lalu pria paruh baya tersebut tertawa
ringan yang tidak mempengaruhi Andrea.
Dia berpaling pada Alfian yang masih berdiri membeku diam,menatapnya
tidak percaya. Dan ada sedikit sorot mata yang tersirat,apa itu? Merasa lelah?
Memelas,memohon? Andrea tak dapat membaca tapi ia yakin..itu sama sekali bukan
seorang Alfian yang Andrea kenal. Membuat perasaan Andrea sedikit..iba.
“aku menjemputmu tepat waktu bukan? tapi kenapa kau masih belum
bersiap,Alfi?” tanya Andrea heran dan Alfian kembali kekesadarannya. Berdeham
mengetes apa suaranya masih ada.
“ahh ya,maafkan aku. Kita akan berangkat” jawabnya singkat lalu menatap
pada ayahnya lalu Mark,ragu-ragu.
“hai,Andrea. maaf,aku dan Mark yang menginterupsi Alfian hingga ia lupa
kalau rencananya kemudian pergi bersamamu” sapa Charles diujung lain. Andrea
tersenyum enggan.
“tak apa. Tapi bisakah aku membawa anakmu sekarang? Ibuku benci memolor
waktu”
“tentu,pergilah..”
Andrea menunjuk pintu dengan sudut matanya,dan Alfian mengangguk
kemudian. Aneh pria ini,kenapa cukup diam?
“bilang pada ibumu kalau aku akan menyusul,sayang” ujar Mark riang dan
disambut picingan mata sinis dari Andrea. Jijik!
“ayolah kita pergi” ajak Alfian memakai suara lemah dan menggandeng
tangan Andrea yang tiba-tiba. Sesuatu yang manis,batin Andrea geli dan senang
mungkin.
“tunggu,Alfi!”
Yang berbalik bukan Alfian,tapi refleks Andrea. Ada apa lagi sih?
“tolong..jaga putriku ya..” Kemudian Mark menyeringai penuh misteri
dimata Andrea. Ia menaikkan alis kanannya dan merengutkan bibir. Tubuh Alfian
menegang,dia menatap Mark dari sudut bahunya dan hanya mengangguk,itu saja.
Lalu meraih pergelangan tangan istrinya lebih erat dan pergi.
Alfian masih saja membisu ketika berjalan dilorong-lorong dengan
genggamannya pada tangan Andrea. Ia dapat menelaah mata itu. Kelam,lelah,putus
asa,ada apa dengan dirinya? Seakan kaki panjang itu melangkah tak sadarkan diri
seperti robot.
“aku tidak menyangka,hubungan kalian sedekat itu dengan Mark.
Sampai-sampai ia bisa duduk seenak ususnya dikursimu. Iyakan?” tanya Andrea
tenang,tapi dalam hati gelisah. Alfian tersentak akan itu,melihat kepada Andrea
yang tidak berekspresi.
“apa yang kalian bicarakan?”
Baru kali ini,Alfian yang berubah gugup. Mencari pandangan lain agar
tidak terus-terusan pada satu objek yang baginya mematikan,itu Andrea.
“hanya perusahaan. Bukankah sudah jelas,pernikahan kita Cuma
sebatas..bisnis..” Alfian kembali melangkah. Andrea sedikit tercenung mendengat
tuturan Alfian. Ia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah panjang
Alfian.
“benarkah? wow,aku baru tahu itu. Tapi tidak begitu kaget karena mereka
berkata kita dijodohkan. Well,hal itu sudah lumrah dikalangan umum. Charles
membutuhkan perusahaanku,dan perusahaanku membutuhkan Charles..” kekeh Andrea
tanpa ada rasa bersalah yang mengganyang. Yang hanya disambut keterdiaman
Alfian yang semakin menembus jantungnya. Bagian berat yang harus dipikul oleh
Alfian sungguh membuat ia muak dengan dirinya sendiri. Andrea benar,Charlie
begitu membutuhkan Andrea. Dan itu semua melalui perantara Alfian. SIAL!
Andrea ikut berhenti saat Alfian menghentikan langkahnya dan berhadapan
dengan seorang pria pirang merah,tampan,mata abu-abu,dan berdasi merah
sutra,tersenyum.
“Alfian..” sapanya riang lalu mengalihkan pandangan ke arah
Andrea..senyumnya hilang.
“Tom..” jawab Alfian dingin—mengangguk.
“dan ini pasti..Andrea?” tanyanya senang melihat Andrea. Wanita itu
menyeringai kecil. Oke juga!
“Andrea,kenalkan. Thomas Hudson,manajer HRD kami. Dan
Tom,kenalkan,Andrea. Istriku!”
“iya iya..aku mengerti,bung!” sahut Thomas geli mendengar tekanan
Alfian saat menyebutkan ‘ISTRIKU’. Ditambah dengan wajah super protektif risih
saat mata Thomas menjelajahi lekuk tubuh Andrea yang indah seolah-olah ini
mangsa baru yang harus ia dapatkan.
“hai,Thomas. Senang bertemu denganmu” kata Andrea sopan melepaskan
pegangan Alfian—yang terkejut—lalu mengulurkan pada Thomas untuk berjabat
tangan. Dengan senang hati Thomas menerima.
“panggil saja aku Tommy. Senang bertemu denganmu juga,cantik.
Whoahh..seandainya aku bertemu denganmu duluan sebelum Alfian..” Alfian dibuat
melebar lubang hidungnya dan mendelik saat Tommy bajingan itu mengecup buku
jari Andrea seperti zaman kerajaan bila bertemu wanita mempesona.Andrea tidak
tersipu,tapi ia terkikik senang dipuja banyak pria.
“sudah cukup,kau membuang waktu,bodoh!” peringat Alfian,menarik tangan
Andrea yang telah dikecup Tommy. kemudian meletakannya dipinggangnya lalu
lengan yang satu lagi,sama.Dan sekarang posisi Andrea memeluk Alfian. Andrea
kebingungan,mendongak pada Alfian tapi toh suaminya itu tidak menatapnya balik.
Malah menatap tidak suka pada Tommy yang tertawa konyol. Ia dapat merasa,tangan
kekarnya mendekap disekeliling tubuhnya sendiri,dan ketika itulah Andrea dapat
merasakan desiran hangat didalam hati. Merasa disayangi,dilindungi. Tanpa
sadar,ia mendekat. Semakin membenamkan diri pada tubuh berotot Alfian yang
harum—dengan diam.
Tommy masih tergelak dengan sikap lucu Alfian. Sobatnya itu meraup
tubuh Andrea yang cantik erat-erat dan melindungi dari sentuhan kecil atau
tiupan sedikit saja dari Tommy. Seperti seorang anak kecil mempertahankan
mainannya dan melotot berkata ‘HEI,INI MOBIL-MOBILANKU! JANGAN SENTUH!!’
“oke,oke. Maafkan aku” Tommy menyeka air mata geli dari sudut matanya.
berhenti tertawa dan berdeham mengganti mimik muka serius.
“oiya,kau akan kembali kemari kan?”
“tentu saja. Ada apa memangnya?” tanya Alfian datar dan mengusap
punggung Andrea menenangkan.
“aku ingin berbicara mengenai saham yang itu.. ehhm..ini
semakin..membesar kerugi..”
“Tommy!” Alfian menahan Tommy untuk tidak berbicara lebih jauh. Ada
sedikit gejolak yang membuat tubuh Alfian terguncang hingga Andrea ikut
terlonjak kaget. Alfian sedikit melirik pada Andrea dan kembali mengeratkan
pelukannya,seolah berkata tidak apa-apa.
“maaf,Tommy.aku dan istriku harus buru-buru. Kita bicarakan ini nanti.
Jam 3,datang keruanganku”
“baiklah.kutunggu..dan nyonya cantik,semoga bisa berjumpa denganmu
lagi. Apa kau mau nomor telponku?” goda Tommy melengok pada wajah Andrea yang
hampir tenggelam dilengan Alfian.
“memori ponselnya sudah penuh. Kerja sana!” sentak Alfian merendahkan
lalu menyeret Andrea pergi meninggalkan Tommy yang lagi-lagi harus tertawa.
Tindakan macam apa yang dilakukan oleh Alfian? Membuat perasaan Andrea
meleleh menjadi lelehan rasa manis yang tak tertahankan. Tidak disangka,Alfian
bisa seposesif ini. Apa dia selalu begitu saat bersama mantannya? Entahlah,tapi
yang jelas Andrea tidak peduli dan ia senang.
“temanmu tadi itu lucu” canda Andrea masih melingkarkan lengan di
pinggang sang suami. Alfian memutar bola mata,bosan.
“tidak sama sekali. Ayo pergi,disini banyak orang berbahaya”
Dan Andrea tertawa geli menikmati muka keras Alfian yang jarang-jarang
diperlihatkan tersebut.
**o0o**
Selama diperusahaan milik Taylor’s empire,alias dirian Joseph Taylor
yang sejak remaja sudah membangkitkan perusahaan ini menjadi raksasa,Alfian
dibuat terperangah dengan segala macam isinya. Tak disangka,dalam usahanya
sendiri,almarhum Joseph dapat membuat perusahaannya paling unggul di London,dan
memasuki jajakan top ten diperhitungan negeri adi kuasa,Amerika.
Ini sama sekali jauh dari bayangan Alfian. Dan bagaimana ia mengingat
perusahaannya sendiri.
Ciptaan buyutnya terdahulu,lalu turun temurun dan sampailah ditangannya
kini yang sedang goyah.
Tentang kinerja mereka,sumber daya mereka,penghitungan dan kecepatan
dalam menangani kasus,pabrik yang bekerja tidak pernah kenal lelah,menakjubkan
Alfian. Kalau Charles melihat ini dengan matanya sendiri,mungkin dia akan
pingsan—merasa kalah. Baru ia sadari,Andrea patut menjadi sombong. Ia
sempurna,anak dari sang Raja penguasa.Dibandingkan dengan Alfian?heh hanya
sejentik jari.
“belum pernah aku menyaksikan sesuatu yang sesempurna dan seberhasil
ini” gumam Alfian pelan tapi masih dapat didengar Andrea. Ia menyeringai kecil.
“well,ayah dan ibu sudah menjalankan perusahaan begitu baik. Hasil
keringat mereka berdua” jawabnya bangga. Alfian memalingkan muka.
Inilah satu kelemahan besar pada gelimangan emas dari seluruh hidup
keluarga Taylor. Joseph mewariskan pada Andrea semua kekayaannya,tapi yang
diwariskan malah memerintahkan orang lain untuk menjalankan,dan ia hanya bisa
mengawasi dan memetik buahnya saja. Andrea sama sekali tidak terlibat akan
perusahaan. Ia tidak pernah terlihat bekerja dikantor. Hanya seorang model
kawakan atas yang memotret dirinya sendiri dengan pakaian setengah telanjang.
Ya ampun,mengingat itu Alfian jadi jengkel.
Beberapa orang pegawai menunduk hormat pada keduanya ketika mereka
berjalan mengawasi pekerjaan karyawan. Memperlihatkan pada Alfian seberapa
penting dan besarnya kedudukan Andrea saat ini. Dia sangat dihormati.
“Laporan berupa soft copy selalu dikirim padaku,dan setuju atau tidak
setujunya pembangunan baru penanaman saham,semua tetap jatuh ditanganku.
Yaa..terkadang sih,aku menyerahkannya pada ibuku juga”
“kau tak tertarik dengan semua ini?” tanya Alfian tercengang. Andrea
membalasnya—mengangkat bahu santai.
“ya. Tidak terlalu suka dengan urusan bisnis,manajemen,dan segalanya
yang seperti itu”
Dan Alfian mendapat satu informasi kuat.
“apa kita sudah selesai? bukankah kau harus kembali ke kantor?” tanya
Andrea melihat arlojinya. Hampir pukul 2.30 sore.
“Tunggu sebentar lagi. Aku menikmati waktu berdua kita. Aku bosan harus
berhadapan dengan segunung dokumen itu” Dan keheningan menyelimuti mereka.
Dimana Andrea yang mengerutkan kening heran,tiba-tiba tersentak saat
Alfian merengkuh tubuh mungilnya begitu erat. Alfian menyeretnya kedalam
ruangan kecil diujung dengan cahaya remang yang pas untuk bercumbu atau..err
bercinta—mungkin.
Andrea tersenyum geli,ya..keduanya memang menikmati kebersamaan mereka.
Entah atas dasar apa. Ia membalas pelukan Alfian dan pria itu mengecup setiap
jengkal kulit Andrea yang halus mirip satin sutra.
“Kau harum seperti biasa..”
“kau mencoba merayu,Mr Dunkan? apa kau mau menelanjangiku disini?”
kekeh Andrea diatas bahunya,berjinjit.
“apa kau mau?hmmm..” Alfian menutup mata menghirup banyak banyak
kewangian tubuh Andrea dan tangannya menggerayangi apapun yang ia
peluk,meremas,dan memijat. Apalah..
Andrea menjauh,mendorong bahu Alfian yang membalasnya dengan tatapan
‘jangan dilepas,dong!’ dan memandangnya redup. Diusapnya dada itu,merapikan
dasi suaminya dan tersenyum hangat.
“aku tidak membawa pil ku,Alfi” ohh cuman itu. Alfian lega.
“kenapa?”
“tentu saja aku tidak akan mengira kalau kita mau bercinta dikantor”
hardik Andrea kecut.
“ini fantastis,sayang. Kau klimaks dikantor,tempat yang unik untuk seks
bukan? dan kau bisa meminum pil mu nanti,sepulang kerja” Ia hendak mencium
bibirnya tapi tertahan. Andrea menggeleng.
“aku tidak..mau” ada nada ketakutan disitu. Alfian salah,ia sangat
memaksa Andrea dan membuat wanitanya ketakutan. Dia tahu,Andrea takut hamil.
Dan takut..kalau dirinya tak akan pernah mengurusi hidup Andrea saat ia
kebobolan seperti itu.Alfian memang bajingan yang beruntung dan tidak
bertanggung jawab.
Sekuat tenaga,Alfian mengendalikan kontrol panas-hasrat seksual yang
ada dalam dirinya. Mencoba menurunkan nafasnya menjadi lebih teratur. Kenapa
sih Andrea selalu dapat membuat kejantanannya mengeras?Hebat betul dia!
“baiklah,mungkin kita bisa menghabiskan waktu dengan minum kopi.
Bagaimana?”
Wanita ini tersenyum lembut,mengangguk mantap. Tapi Alfian masih
membutuhkan sesuatu.
“sebelumnya..bolehkah aku menciummu? hanya mencium?” tanya Alfian
lemah. Ya,dia lemah,dia butuh tenaga. Sesuatu yang membuatnya bisa menghadapi
dunia keras dan penuh ketidak adilan semata.
Dan apa yang ia dapat,Andrea merenung hanya 3 detik,kemudian
jawabannya..tersenyum. Langsung saja bibir Alfian melahap dengan pasti kedalam
bibir Andrea. Ciuman itu basah,lengket,dan panas. Udara,cahaya,kondisi
sepi,yang begitu cocok akan perbuatan tidak senonoh mereka. Ya tuhan,Alfian
mengumpat dalam hati kalau bibir Andrea yang paling manis didunia. Mengalahkan
sembarang macam permen maupun gulali. Ia bisa menyesap itu begitu lama hingga
melupakan dunia luar.
Andrea mengerang senang. Segala kelelahan hari ini menghilang. Merasa
kalau Alfian teramat menyukai ciuman dahsyatnya,mengorek setiap isinya seperti
mencari harta karun. Kepala,hidung,mulut,lidah bergelut satu sama lain. Alfian
menyesap bibir bawah Andrea,sementara Andrea menyesap bibir padat bagian atas
suaminya. Dan setelah kesekian menit menghubungan koneksi,ciuman pun terlepas,
dan nafas yang tersengal.
Alfian jelas memandang Andrea mengantuk. Memohon ingin sekali bisa
bercinta disini,sekarang. Tapi tidak! Andrea menolak tegas.
“kita harus berhenti atau akan terjadi sesuatu yang fatal” ujarnya
dingin. Alfian mengerti,ia mengangguk pasrah dan memberikan satu kecupan terakhir
sebagai rasa terima kasih.
“all yours”
Andrea kembali tersenyum dan merekah.
“kau masih punya banyak malam untuk tidur disatu ranjang denganku,Mr
Dunkan”
“Yeah. Aku tidak sabar untuk menunggu malam”
Lalu mereka pergi,melenggang dengan perasaan hangat.
**o0o**
Untuk yang kedua kalinya,Sarah harus berlapang dada menemani sahabat
kentalnya itu—Andrea---tuk menemui kakaknya. Kali ini wanita itu akan turut
andil dalam membantu usaha Andrea untuk memperbaiki hubungannya dengan William.
Perasaannya tidak enak.
“jadi kau akan berhubungan dengan dua pria dalam satu waktu? astaga
Andrea..kau anggap kakakku ini apa?” tanyanya tidak suka. Andrea
merengut,bingung tak tahu harus menjawab apa.
“Hanya karena kau dan Alfian menikah diatas kertas,lalu kau bisa
seenaknya menjalin hubungan asmara dengan Willy,kau pikir dia akan setuju
dengan ide gilamu?”
“Tidak! Aku seperti ini karena ingin membuka hati pada William” jawab
Andrea mulai frustasi.
“untuk apa? untuk pelarian? kalau Alfian meninggalkanmu demi wanita
lain,lalu kau datang pada Willy? kau egois kau tahu!”
“kau tidak akan mengerti, Sarah”
“bagaimana aku tidak mengerti?!” bentak Sarah jengkel.
“aku menyayangi kakakmu. Aku tidak ingin hubungan kita berdua rusak.
Dan apa kau ingat,aku dan Alfian..tak memiliki komitmen apapun. Rumah tangga
itu palsu. Dia bisa bersama wanita manapun,dan aku..” Andrea menahan nafas.
“..aku ingin..bersama William karena hanya dia satu-satunya orang yang
aku percaya..melindungiku,menjagaku..aku bisa..untuk belajar..mencintainya..”
Benarkah itu? Sudah lebih dari belasan tahun Sarah berteman dengan
Andrea. Dia pasti tahu tabiat jelek nan buruk yang dimiliki kawan kecilnya.
Tapi satu yang pasti,memang hanya William lah lelaki kebanggaan Andrea. Walau
kisah cinta mereka hanya sebatas sebelah tangan. Sarah tidak mau melihat
kakaknya bersedih terus-terusan. Dia sudah memperingatkan untuk bangkit tapi
percuma saja. William bukan tipe pria mudah jatuh cinta. Cuma Andrea,yang
selalu ada dipikirannya.
“mungkin..suatu saat nanti..aku akan berpisah dengan Alfian..pernikahan
berdasarkan bisnis adalah yang terburuk. Kau tahu..” kata Andrea kecut.
Memikirkan dengan matang jauh-jauh hari. Memang benar bukan? Suatu hari
nanti,entah kapan,dirinya dan Alfian akan berpisah. Toh mereka menikah hanya
sekedar bisnis orang tua..lalu partner seksual..
Sarah menggeleng kepala merasa kalah.
“terserah kau saja. Aku tidak akan ikut campur hubunganmu dengan Andrea
dan William..”
Barulah kata-katanya terhenti. Disitu,berdiri pria tinggi nan
mempesona. Rambut kemerahan,berkulit putih,berkeringat,hanya memakai singlet
putih beserta celana training biru. William sudah memutari komplek rumah berapa
kali,agar terhindar dari bayang-bayang Andrea. Tapi malah..disinilah Andrea.
Menatapnya penuh harap,minta
dikasihani. Ia membalas tajam lalu beralih pada adiknya.
“kenapa sih kau selalu membawa dia kemari?!” tanya William keras
menyentakkan Andrea. Kedatangannya memang tidak diharapkan.
“aku tidak pernah menjamunya! Dia yang memaksa masuk! Jangan salahkan
aku kalau urusan kalian segitu peliknya!” balas Sarah membentak. Ia bersandar
pada dinding,menyilang kedua tangan dan mengawasi William. Andrea membuat
pandangan benci pada Sarah sejenak,lalu kembali pada satu pasang mata didepannya—melembut.
“kumohon dengarkan aku”
“katakan kalau itu membuatmu lekas pergi dari sini” Andrea merasa ciut.
Baru kali ini William marah besar padanya.
“aku..minta maaf..tentang segalanya”
“dimaafkan!”
“tolong..pahami aku,Willy..”
“oke” jawab William dingin. Andrea mencengkram gaunnya kuat-kuat.
Dimanakah topeng angkuh itu? Menghilang..
“..aku..akan mencoba..untuk membuka hati padamu..” kata Andrea
ragu-ragu,dan memandangnya tersenyum kecil.
William tercengang setengah mati. Membuka hati? Untuk apa? Untuk
mencintainya?
“kau pikir aku apa,Andrea? pelarianmu?” nada suara William terdengar
kecewa,getir,ohh betapa sadarnya Andrea kalau William dengan Sarah terlalu
mirip dari segi fisik dan pikiran. Andrea menggeleng lelah. Bibirnya
membuka,kemudian terkatup lagi.
“sebegitu tidak berharganya kah diriku dimatamu..?!” Andrea menarik
nafas tajam saat tubuh berotot William pergi meninggalkannya dengan sebuah
memori wajah tersedih dari seorang William.
“KAU BERHARGA! KAU SANGAT BERHARGA BUATKU! Hanya kau orang yang bisa
kupercaya untuk melindungiku..karena aku tahu kau menyayangi aku,Willy. Dan aku
juga menyayangimu..Untuk apa persahabatan kita selama puluhan tahun kalau
keberadaanmu tidak berharga untukku? Pernikahan ini semua diluar rencana yang
tidak pernah aku kira..aku sepenuhnya tidak mengabdikan diriku pada rumah
tanggaku,karena aku tahu..aku..dan Al..” jangan sebutkan nama itu atau William
akan tersinggung,ingat Andrea pada diri sendiri.
“..lelaki itu..akan berpisah. Kita menomor satukan ego masing-masing.
Sama-sama keras kepala,dan kami juga tak punya komitmen
apa-apa..selain..pernikahan di atas hukum..” Semua lontaran Andrea membuat
jantung William berdegub cepat. Dia menghentikan langkah tepat disamping Sarah
yang meliriknya dengan pandangan mencemoh.
“sebelum terlambat..aku ingin..belajar..mencintaimu..William..aku..”
Dia sudah tak bisa berkata-kata lagi. Bola mata Sarah hampir keluar
dari rangka,bersamaan dengan bibir manis Andrea yang disumpal oleh bibir
William. Pria itu menciumnya ganas. Membuka secara keras mulut Andrea yang
tertegun,tak tahu harus berbuat apa. Inikah yang Andrea butuhkan? Cinta dari
seseorang yang sempurna yang ia butuhkan? Harusnya Andrea bahagia bukan? Tapi
mengapa tidak ada suatu sengatan magis tuk membuat denyut nadinya bekerja jauh
lebih cepat? Tidak ada gairah apapun,tidak ada perasaan apapun,tak ada getaran
asing yang memabukkan seperti ketika ia bersama Alfian. Suatu terlintas,karena
hanya Alfian lah yang dapat membuat Andrea jatuh.
Tapi jangan..Bukankah Andrea sudah buat keputusan. Ia mencoba,membalas
ciuman itu dengan ragu-ragu. William tak peduli,ia terus melumat dan melumat
apa yang ada disana. Membuat Sarah bergidik ngeri. Kemarahan seorang William
memang berbahaya. Pria itu sangat sensitive dari yang Sarah duga.
Andrea sama sekali tak mengeluarkan suara apapun,mendesah dengan ciuman
seliar ini saja tidak. Tubuhnya Cuma membeku,serba salah. Dibiarkannya William
menyesap lidahnya dan pria itu pun mengakhiri ciumannya sendiri. Terengah-engah
bersama,William meraih wajah cantik Andrea dengan kedua tangan,menatapnya sendu.
“jangan pernah..mengingatkan masalah pernikahanmu lagi didepanku..”
Bisik William pasti.
Andrea bukan terhipnotis. Dia hanya merasa terpojok. Ini pilihan yang
sudah ia ambil,menyetujui sepenuhnya. Membalas tatapan itu dengan anggukan
pelan. William tersenyum lega,memeluk Andrea erat,menyalurkan rasa cinta yang
pernah ia pendam selama beberapa puluh tahun. Dada Andrea sesak. Ia menyayangi
William kan? Ia akan sepenuh hati tuk belajar mencintainya. Itu harus. Hanya
William lah pengganti Joseph untuk menjaganya. Dia akan sepenuhnya percaya pada
William.
Sarah bergidik,mengerutkan kening membentuk kerumitan aneh karena belum
bisa memahami kedua orang dihadapannya.
“aku turut senang..” ujarnya jijik. William terkekeh,untuk pertama kali
semenjak kerenungannya. Sedangkan Andrea tersenyum hambar.
“kau harus segera mencari pacar agar kita bisa melakukan double date”
astaga senyum tak tertahankan William seolah tak ada batasnya.
“aku..tidak..MAU” lalu Sarah menyelonong pergi. Andrea tergelak menatap
kekesalan sahabatnya.
**o0o**
“bisakah kita seharian seperti ini. Besok,lusa juga..” kata
William,senang terpancar dari wajah gantengnya. Kekasih barunya,Andrea,tertawa
angkuh,mengejek usulan William yang sangat tidak sepadan.
“jangan kau lupakan kalau kita masih memiliki kehidupan
sendiri-sendiri,pangeran. Kau terlihat ceria dan itu terkadang membuatku
menyebalkan”
Mereka berjalan disebuah taman sepi. Hanya ada Andrea dan
William—bergandengan tangan mesra. William tertawa akan perkataan Andrea yang
sama sekali menurut orang lain mungkin tidak lucu. Hatinya membengkak. Cintanya
akan terbalas perlahan-lahan. Dia yakin pada Andrea,karena William
tahu,bagaimana ketika Andrea mengatakan kalau wanita ini mempercayai untuk
melindunginya seumur hidup. Pengganti dari seorang ayah.
Sementara Andrea,dia melihat kemesraan mereka ini bukan seperti dikira
kebanyakan orang. Memang mereka terlihat tengah berpacaran. Tapi tidak tahukah
William kalau Andrea hanya menganggap ini sebagai jalan-jalan biasa antara
sahabat seperti yang mereka lakukan dulu ketika zaman sekolah,bersepeda,membuat
istana pasir, semacam itu. Andrea tidak mengungkapkannya karena ia tidak sadar.
Wanita itu hanya menikmati kehangatan suasana yang kembali tercipta. Merasa
aman pada William karena pria itulah yang Andrea butuhkan.
Bayangan akan seorang pria berambut hitam gelap,kulit coklat sawo,dan
pandangan tajam menusuk yang selalu membuat nafsu singa betina Andrea
keluar—muncul. Alfian.. Dia tak akan tahu hubungan gelap ini. Toh walaupun
tahu,Alfian mungkin akan mengacuhkannya. Buat apa merepotkan diri dengan urusan
orang lain. Alfian mempunyai kehidupan liar tersendiri. Andrea bahkan bisa
menebak berpuluh wanita menggoda tengah dengannya sekarang. Terkaan yang salah.
William berhenti,mencengkram lembut bahu wanitanya,dan menatap bola
mata Andrea dengan rasa kasih sayang ekstra. Membuat Andrea tertegun.
“kau akan bersamaku seterusnya kan?” pertanyaan yang dalam dan penuh
harap. Andrea menyeringai.
“ya..aku akan mencoba,William-ku” rayunya manis. Pria ini terkekeh,memeluk
Andrea tuk kesekian kali.
“terima kasih..aku mencintaimu..”
Dan dia terdiam,membalas pelukan kasih sayang sebagai perbedaan yang
ada dalam hatinya. Dia juga mencintai William,tapi dengan cara yang berbeda.
Lalu ciuman indah-lembut merajuk hambar dibibir Andrea.
Keduanya lengah. Andrea melupakan citra,jati diri tinggi yang ia punya.
Tidak ingat kalau beberapa paparazi kejam dan bengis tersebut menguntit mereka
sejak pagi kencan buta mendadak itu. Andrea tengah berpelukan dengan
simpanannya? Jadi benar pernikahan besar nan rahasia antara model cantik itu
bersama seorang pengusaha kaya hanyalah sebatas perjodohan semata? Ini skandal
menarik! Lagi-lagi Andrea membuat skandal heboh,menguntungkan para kuli tinta
mendapatkan jutaan poundsterling beserta karung emas.
Bukankah orang lebih tertarik dengan skandal? Wartawan diujung
sana,mengklik kamera hitam canggih yang ia miliki,tersenyum lebar. Puas dengan
apa yang ia dapat. Beberapa kali. Bahkan ada dua gambar yang paling membuncah
dunia entertainment London. Andrea Blunt berciuman bersama kekasih misterius.
Dalam hitungan jari,semua menyebar. Bak virus mematikan yang dapat
menggemparkan London tuk kesekian kalinya.
**o0o**
“BANGSAT!!!”
PRANGGG.. Gelas itu pecah menjadi kepingan kaca tajam. Kalau sampai
tertusuk kulit manusia,bisa menoreh luka dalam dan darah tak berdosa tersembur.
Pria itu,mengamuk seperti serigala. Matanya memerah, rambutnya acak-acakan.
Kantornya pun menjadi sasaran amuk satu-satunya. Alfian menarik dasi yang ia
pakai dengan kasar. Nafasnya tersengal berat.
Sepuluh menit yang lalu,sekretarisnya baru saja mendapatkan satu lusin
telpon dari perusahaan penerbitan berbeda-beda. Menanyakan skandal mengenai
Andrea Blunt dan tentu saja mau tidak mau Alfian terlibat karena dimata masyarakat,Alfian
lah suaminya. Dilihatnya sumber dari dunia maya,foto itu berhamburan seperti
baju loak.Murahan,menjijikkan. Membuat raungan kejam Alfian muncul.
Dia baru tahu hari ini. Seingatnya,gejolak hubungan Andrea tengah
baik-baik saja dan sedang dalam masa bulan madu kedua—mungkin. Masih penuh gairah,entah
itu pagi,sore,malam,subuh.Alfian tak pernah puas dan Andrea tak pernah lelah
memohon. Tak ada pertengkaran,dan sekarang apa yang Alfian dapati?
Istrinya berselingkuh! Melihat foto ketika Andrea mencium seorang pria
tak dikenal,darah Alfian mendidih bagai magma bumi siap meledak.
Sekretarisnya diluar gemetar,saat terdengar sebuah suara pecahan barang
secara beruntun. Agaknya mengenai balik pintu. Semua tak ada yang berani
menahan kemarahan sang bos.
“BAJINGAN! Dasar wanita jalang..” geram Alfian berkali-kali. Ketika
seluruh saraf melemah,tubuh Alfian jatuh terbaring kesofa. Kepalanya pusing
bukan main.
Mengapa Andrea berbuat seperti itu padanya? Tak pernah mengatakan
sesuatu apapun yang salah,lalu tiba-tiba menyeleweng. Hebat benar dia. Memang
siapa Andrea? berani melawan pejantan tangguh seperti Alfian.
Tapi bukan itu. Ada perasaan nyeri yang paling mengenai hati Alfian.
Terasa cukup sakit. Apa ia cemburu? Pada wanita gila itu? Bercanda kan. Alfian
terkekeh layaknya psikopat.
Menggeretakkan gigi-giginya,setengah mati Alfian menahan amarah.
Mengapa sehancur ini dia?
Apa Alfian merasa rendah karena sesuatu yang baru saja ia miliki harus
diambil orang lain? Ya agaknya seperti itu.
Malam ini,Alfian merasa adalah malam paling kelam dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar