Sabtu, 16 November 2013

LOVE FROM THE HELL (bab 3)



Created by Aii D.Luffi

Bab 3



“maaf aku terlambat”
nafasnya tersengal ketika sudah sampai diruangan serba putih dan dipenuhi gaun-gaun indah yang terlihat mahal dan gemerlap. Hanya sebuah acara sepele, kenapa seorang direktur dari anggota dewan tertinggi diperusahaan besar London harus terburu-buru? Adakah balasan yang setimpal yang ia dapatkan untuk ini? Sudah pasti ada. Alfian akan merelakan segala waktunya hanya untuk bertemu Andrea, si calon istri. Kenapa? Padahal totaly Andrea mengacuhkan pria itu. bersikap seperti biasa angkuhnya bukan main dan sedingin balok es. Dan kenapa Alfian mengorbankan waktu rapat direksi hanya untuk bertemu seorang wanita? Dia tidak pernah begini pada pacar-pacar sebelumnya. Jangan tanya lagi karena Alfian juga tak pernah bisa menjawab. Yang terpenting kaki panjang yang ia miliki sudah sampai di tempat Andrea, titik.


“Alfian. Duduklah. Andrea didalam ruang ganti, kau belum melewatkan untuk gaun pertama” sambut Arina yang tadi tengah memilih gaun dari katalog yang ia baca dari manajer butik. Alfian duduk menghembuskan nafas lelah karena berlari dari tempat parkir.
“memangnya harus mencoba berapa gaun? Aku tidak bisa berlama-lama disini” melirik pada rolex emasnya sambil memutar bola mata sebal. Alfian akan terjebak dalam kesukaan wanita bersama baju-baju mahal mereka.

“entahlah. Ini tergantung selera calonmu sampai gaun ke berapa. Kalau terlalu lama, kau bisa meninggalkan kami. Percayakan pada selera Andrea. Dan kau, juga sudah dipersiapkan beberapa setelan jas. Ingin mencoba sekarang?” tawar Arina ramah. Sang pelayan meletakkan satu cangkir kopi hitam pekat di meja untuk Alfian.
“aku ingin melihat Andrea dulu” jawabnya datar dan segera menyeruput kopi itu.

“andrea,kenapa lama sekali? Alfian sudah disini” teriak ibunya.
“aku keluar” detik berikutnya,semua tercengang. Hanya Andrea saja bermuka datar—dingin. Ia nampak tak begitu suka dengan apa yang ia kenakan.
“WOW..kau terlihat..” ujar Arina tersendat. Matanya bersinar memancarkan tatapan kagum berlebihan.
Bagaimana Alfian? Pria itu menjatuhkan sendok kopi ke tanah. Kedua bola mata tertuju hanya pada Andrea yang berdiri indah di tengah ruang ganti bundar didepan cermin. Mulai dari bawah, gaun putih putri duyung yang panjang, merambat ke atas—pinggangnya begitu ramping dihiasi butiran permata membentuk bunga. Dadanya yang cukup montok sedikit timbul karena korset ketat gaun pada potongan dada, rambut panjang coklatnya jatuh dibahu putih membuat semua saraf Alfian berapi.

“indah..” bisiknya serak. Arina menoleh sejenak tersenyum ketika mendengar bisikan Alfian.
“ya..itu indah”
“aku tidak menyukainya bu” ujar Andrea memutar bola mata. Kedua tangan bercekak pinggang.
“mengapa? Itu bagus Andrea”
“terlalu simple. Dan tidak begitu mengesankan. Aku ingin yang lebih. Ini bukan apa-apa” kesombongan Andrea mulai muncul ke permukaan. Wanita itu mengibas rambut ke belakang agak keras. Rasanya Alfian ingin sekali menggigit bahu itu.

Kening Andrea mengerut melihat tatapan intens dan terpesona dari calon suaminya yang duduk membeku seperti patung. Ia menyeringai.
“apa sebegitu cantiknya calon istrimu ini, tuan Dunkan?” kata Andrea membanggakan diri dibalas sebuah senyuman maut.
“kau selalu cantik dimataku” Arina terkikik. Betapa romantisnya melihat anaknya begini.
“aku harap kau mengizinkanku untuk mencoba gaun yang lain karena aku tidak suka dengan yang ini”

“ohh silahkan. Dua ribu gaunpun tak masalah. Tapi aku lebih suka kau tanpa apa-apa” hiyaaaa Andrea mendelikkan mata. Betapa lancangnya bocah brengsek itu, berkata tepat dihadapan Arina yang sekarang tersipu. Kenapa dia harus tersipu? Ingat pernikahan sendiri beberapa minggu lalu?

“aku akan mencoba yang lain” kesal dan menggeram, Andrea menutup tirai kuat-kuat sampai hampir copot. Alfian tertawa pelan dan menyandarkan punggung ke sofa.
“aku harap kau maklum dengan sifat Andrea” kata Arina lembut tapi memperingatkan.
“justru aku suka dengan itu. dia benar-benar menantang” dan keduanya tertawa hangat.

“cobalah tunggu sejenak, aku akan mendapatkan yang lain” Arina keluar diikuti oleh manajer toko. Agak bosan juga menanti, Alfian melihat sekeliling dengan pandangan menilai. Butik gaun kelas atas kesukaan wanita kaya yang berkuasa, sombong, pengatur, apa bisa dia meluluhkan Andrea? Ini tidak sesulit yang ia pikirkan tapi juga tidak segampang yang ia bayangkan.

“ibu aku butuh bantuanmu” teriak Andrea dari dalam ruang ganti. Disini tak ada siapapun, hanya Alfian yang duduk bermuka masam. Lelaki itu bangkit berdiri dengan terpaksa. Sedikit membuka tirai dan menengok ke dalam. Andrea memunggungi mengahadap dinding cermin tidak menyadari bahwa Alfian mengintip.
“ibumu keluar. Apa yang bisa kubantu?”

Sontak saja dia terkejut, refleks berbalik masih mendekap tangan didada. Gaunnya berubah, warna putih sedikit langsat. Masih bergaun putri duyung dan tanpa potongan dileher. Kali ini Andrea tak memasang topeng angkuhnya. Alfian masuk dan berjalan mendekat.
“ada apa?”
Bukankah ini kesempatanmu Andrea? Kau mendapatkan pria ini? Maju dan lanjutkan!! Suara hati Andrea menjerit menyalurkan senyum aneh penuh kemenangan dibibir manisnya.
“lihat! Bagian ini melorot dan aku tak bisa mengangkatnya sendiri karena terlalu ketat. Bisakah kau..menolongku?” dan dia membuka kedua tangannya.

Bola mata Alfian bisa copot dari kerangkanya sekarang juga, hidungnya kembang kempis, air liur susah ditelan malah ingin keluar dari bibir, dan sesuatu dibawah terasa gatal dan..mengeras. YA AMPUN ANDREA BENAR-BENAR GILA!!

Sebisa mungkin semua umpatan kasar tidak terucap. Kalau sampai begitu, Alfian membiarkan Andrea menang untuk berhasil memancing nafsunya. Lalu membuangnya begitu saja seperti beberapa hari lalu?di limo? Bajingan! Harusnya Alfian waspada karena wanita yang akan ia nikahi ini bukan wanita sembarangan dan patuh seperti wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya. Ini Andrea, wanita keras dan angkuh sedingin es. Bahkan lebih dingin dari balok es.

“kenapa diam saja? Ayolah..” rengeknya manja membuat nafas Alfian tersengal. Secepat kilat Alfian berbalik dan hendak keluar. Andrea tertegun.
“hei mau kemana?”cicitnya.
“kau bisa minta tolong pelayan” kata Alfian berusaha datar, tapi tetap saja parau dan tenggorokannya terasa sakit.
“mengapa? Aku ingin kau..”

Ambigu! Apa sih maksudnya? Bayangan jahat Alfian keluar, ia bisa merobek gaun mahal itu, ia akan melepas celana kerjanya dan menusuk Andrea sampai wanita bengis itu menjerit tak karuan. Merasakan sakit seperti yang ia rasakan. Sakit dan pusing. Dengan tabah dan nafas masih memburu, alfian berbalik kembali. Maju membuat Andrea terkekeh manja. Dasar gadis jalang. Suara tawa yang dikeluarkan teramat sexy dan mendayu.
Gothca!! Bisik Andrea dalam hati.

Alfian memegang korset yang Andrea kenakan. Menuruti kemauan mempelainya, termakan akan godaannya, dan pikirannya berantakan. Ketika kedua ibu jari itu bisa menyentuh kulit dadanya yang hampir terekspose karena gaun itu melorot, sengatan listrik berjuta-juta watt merusak segala sistem saraf Alfian. ia tak bisa berpikir lagi, benteng pertahanan runtuh. Dan Andrea dapat merasakan lalu ia menyeringai licik perlahan. Setelah dirasa cukup, punggung telanjang Andrea menabrak dinding.

Tangan kekar menempel ditengkuk Andrea mengangkat kepala mungil yang ia miliki dan terangkat, lalu mereka berciuma. Alfian mengajak duel lidah bagai dua orang samurai menghunus pedang masing-masing. Mata keduanya tertutup, saling menyesap, bibir dengan bibir, lidah dengan lidah, air liur Alfian terasa panas dan air liur Andrea teramat manis. Alfian berniat untuk mengambil semua itu. Andrea mendongak dan Alfian semakin menunduk—tangan kanannya bertengger di kulit dadanya yang sangat lembut sebisa mungkin memanfaatkan waktu untuk bermain. Ia bisa meledak, ia akan bercinta disitu tak peduli dimana.

Kedua lengan Andrea mengelus dadanya lembut yang tertutup jas dan kemeja kerja, berputar-putar, erangan nikmat muncul saling bersahutan dimulut mereka yang basah, lalu yang terjadi? Sekuat tenaga Andrea mendorong dada kokoh Alifian hingga pantatnya mendarat cukup keras dilantai. Sakit. Ciuman terlepas, padahal nafsu sudah meliputi ruangan sempit ini. Alfian menatap Andrea dengan tampang pecundang, tidak mengerti dan memohon untuk meneruskan. Tapi Andrea lagi-lagi menyeringai angkuh.

“terima kasih..aku sudah cantik sekarang. Tapi aku masih kurang merasa cocok. Aku ganti dulu dengan yang lain ya, sayang” memasang senyum mengejek dan melenggang pergi.

BAJINGAN! RACUNGAN!OTAK UDANG! Lagi-lagi kau kalah Alfian. playboy bereputasi tinggi sepertimu bisa kalah dengan perawan sombong seperti dia? Harusnya kau juga bisa bersifat angkuh tapi kenapa birahi dan libido yang tinggi mengalahkan semuanya? Wanita ganas, lihat saja nanti. Wanita itu akan kuhabisi dengan cara jahat. Batin Alfian berteriak marah. Mukanya memerah seperti kepiting rebus.  Hawa disini berubah pengap membuat bulir keringatnya muncul turun. Alfian menarik dasi yang terasa mencekik leher, dan membuka dua kancing kemeja karena ia frustasi. Mencoba mengumpulkan pikiran rasionalnya lagi tapi tak bisa dipungkiri giginya bergemelatuk kuat.

“Andrea akan mati ditanganku..”

**o0o**

Nama Alfian James Dunkan yang hanya terkenal dalam majalah bisnis bersama ayahnya kini mendadak tenar di berbagai biang gosip. Infotainment, talk show, majalah wanita, bahkan perbincangan ibu-ibu dari sudut ke sudut. Dia menumpang dari seorang model sukses bernama Andrea MaryKate Blunt. Si model dinikahi anak pengusaha besar. Keduanya dijodohkan karena sama-sama memiliki level tinggi. Andrea mencampakkan setiap pria hanya untuk mendapatkan pengusahawan besar nan tampan. Itulah yang mereka katakan membuat Arina pusing.

Putrinya memang sudah dikenal sebagai model sombong, tidak ramah, dan beberapa sensasi selalu ia buat. Berbagai kritikan tajam dan menghina mengalir diberbagai sosial media,intinya satu. Andrea menginginkan orang yang sederajat dengan kekuasaannya. Membuat image Andrea sudah benar-benar jelek dimata publik. Padahal semua itu salah. Arina ingin sekali meraung ke semua penduduk kalau dirinyalah yang menjodohkan Andrea, bukan karena Andrea seperti yang dikatakan pada berita.

Arina sedih, sedih sekali. Melihat Andrea dihujam kata-kata menghina dan kotor, hatinya teriris. Apa ia salah menjodohkan Andrea dengan Alfian.
“jangan menyalahkan dirimu sendiri,sayang. Ini suatu kebaikan. Alfian bisa menjaga Andrea dan Andrea juga menyetujui. Kau tak berhak menyalahkan diri sendiri” ujar Mark menenangkan mencium sayang kening istrinya.
“aku akan bertemu dengan anakku sebelum melepas lajangnya”

Arina membuka pintu kecil putih dimana tempat putrinya bersembunyi. Saat masuk, ia melihat guratan sedih pada wajah Andrea. Gadis itu menatap kebawah jendela, beberapa mobil tamu berdatangan masuk ke gedung ini.Ya tuhan, sejak peninggalan suami pertamanya, Arina melihat lagi kesedihan itu. ada apa? apa karena publik? Ia sakit hati?

“Andrea” lamunan Andrea buyar. Ia tersenyum kecil melihat ibunya menghampiri.
“kau nampak luar biasa. Lebih cantik dari hari-hari lain” Arina duduk penuh air mata di pelupuknya. Menggenggam jemari gadis kecilnya yang sudah beranjak dewasa, sebentar lagi, Andrea bukanlah milik Arina.
“terima kasih, bu” suara Andrea memelan. Ia memandangi diri sendiri, gaun cantik ke dua puluh satu saat fitting sampai malam. Wajahnya penuh riasan manis—menawan, rambutnya bergelombang sederhana dan tirani perak turun temurun terpasang indah dirambutnya beserta tudung putih. Tiga bulan terasa cepat berjalan. Inilah saatnya Andrea akan menuju ke pelaminan.

“Andrea kau nampak sedih? Apa karena media? Ibu meminta maaf sudah membuatmu dihina orang lain..” ujar ibunya sedih. Andrea menatap bingung lalu menggeleng.
“tidak,bu. Aku tidak peduli dengan mereka. Sedikitpun. Jangan merasa bersalah..”
“aku yang membuatmu menikah. Aku ingin membuatmu bahagia bersama pilihan yang menurut kami tepat” ya,Arina dan Mark. Pikir Andrea sebal.
“mereka menghakimi sembarangan. Mereka tidak tahu cerita dibalik omongan besar itu. jujur aku merasa tersinggung, mereka mengatakan hal-hal kotor tentang anakku. Membuat ibu sakit..”
Andrea segera memeluk ibunya erat yang hampir menangis
“bu, jangan pedulikan mereka. Lihatlah aku bu. Aku terbiasa untuk mengacuhkan mereka semua. Kalau mereka mau menghinaku, terserah. Aku tak mengurusi hal-hal kecil seperti itu. percayalah. Lagipula, walau publik semakin membenciku, aku tetap bersinar. Aku model yang paling dicari. Jadi buat apa aku terpengaruh” cibir Andrea bangga menyombongkan diri. Arina tersenyum kecut.

“ya, anakku yang kuat dan nomor satu. Aku percaya padamu” dikecupnya pipi merona Andrea dengan penuh rasa cinta. Lalu keduanya tertawa hangat. Hanya saja ekspresi muram Andrea masih dapat terbaca siapapun.

“tapi kenapa kau sedih, sayang?” tanya Arina cemas membelai bahu telanjang Andrea. Gadis itu menunduk dan menggeleng.
“tak apa. hanya..memikirkan seseorang..” andrea mencengkram buket bunganya dan Arina tidak menyadari.
“siapa?” Andrea menatap ibunya penuh dengan tatapan tolong-jangan-bahas-itu. senyuman pasrah ia keluarkan.
“aku harap..ayah disini..melihatku menikah..”

Meleleh sudah air mata Arina, ia tidak tega menatap putrinya seperti itu. Joseph, kau meninggalkan dia terlalu cepat, batinnya lirih. Dikecupnya kedua belah pipi putri semata wayangnya tersebut, dipeluknya sangat erat menyalurkan hasrat cinta mendalam antara ibu dan anak.
“ayahmu melihamu,nak. Disurga. Aku juga ingin bersanding bersamanya dan menyaksikanmu mengucap janji suci. Percayalah, dia bahagia. Jangan sedih, ibu mohon”

Andrea mengangguk pasrah, semua ingatan mengenai Joseph selalu membuat topeng sombongnya hilang. Kenangan itu menimbulkan kesedihan mendalam,dan ia tidak ingin itu berlarut-larut. Tidak ingin seseorang mengasiani dirinya. Karena yang berhak mengasiani adalah Andrea, bukan yang lain.

“kau keluar 30 menit lagi Miss..Blunt” seorang gadis berambut merah menghentikan kata-kata muncul dari balik pintu. Agaknya gaun hijau rumitnya tersangkut sesuatu dan Arina tertawa. Menghilangkan suasana sedih yang mencekam diantara mereka.
“ohh..nyonya Blunt maaf. Aku tak tahu kau didalam”
“hanya mengucapkan salam perpisahan pada anakku. Masuklah,Sarah. Andrea kau tak apakan ibu tinggal?” andrea mengangguk meyakinkan sang ibu. sedangkan Sarah berdiri diam tak enak didekat pintu.

“ini pernikahanmu. Tetap ceria, lupakan semua kesedihan. Ayah ada dihatimu, selalu”
“ya bu. Aku mencintaimu”
“aku mencintaimu” keduanya berpelukan sekali lagi lebih erat dan hangat.
“baiklah aku rasa aku akan pergi. Sampai jumpa diluar putri” Arina mengecup kening Andrea dan segera pergi sebelumnya mempersilahkan Sarah masuk.

Andrea dan Sarah saling bertatapan. Ekspresi datar yang lama-kelamaan berubah senyum lebar, terutama Sarah.
“ya ampun, Andy. Beberapa menit lagi kau akan menikah” gadis semungil tubuhnya itu menjerit dan Andrea hanya bisa tersenyum lemah.
“aku sendiri bahkan tak percaya”
“lihatlah dirimu. Kau nampak sangat sangat cantik. Aku bahkan terpikat olehmu. Ya, sahabatku Andrea akan segera meninggalkanku sendiri” cibiran sedih keluar dari bibir Sarah. Andrea bangkit berdiri walau susah payah dengan gaunnya dan memeluk Sarah.
“ini bukan pernikahan asli Sarah. Percayalah, aku selalu ada untukmu. Karena aku tidak sepenuhnya menikah. Aku masih bebas. Ini hanya sebuah acara membosankan” kata Andrea santai dan mengibaskan tangan.

“ya aku tahu. seorang Alfian Dunkan juga tak akan pernah kupercayai untuk menikahi seorang wanita. Bahkan menikahimu saja hanya sebuah pemenuhan gairah sex. Nanti ceritakan padaku ya bagaimana rasanya..errr pasti dia sangat panas, Andy”
Andrea mendengus sebal. Ia mendelik dan melemparkan buket bunga ke sofa.
“jangan bahas tentang dia. Sekarang bagaimana denganmu, kau datang sendiri?” nada bicara Andrea berubah serius. Tapi pertanyaannya sudah dapat jawaban ketika raut muram Sarah muncul. Matanya menekuk kecewa.

“maafkan aku, Andy. Dia mengurung diri dikamar sejak semalam. Dia tak mau mendengarkanku”
Sarah tahu sahabatnya sedih, dengan caranya sendiri. Tubuh Andrea terhempas disofa. Ingin rasanya ia merobek gaun ini dan kabur. Tapi ada sesuatu yang membuat Andrea tinggal. Kenapa dan apa? andrea tak dapat menjawab. Apa itu semua Alfian? kenapa ia harus bertahan demi playboy sengik seperti lelaki itu? hanya rasa suka sesaat,ia disini.

“bisa aku mengubunginya?” Andrea berkata penuh tatapan meminta. Sarah mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Ditekan tuts sebuah nomor yang ia hapal diluar kepala. Nada sambung kelima, ponsel diseberang terangkat.
“sudah kubilang aku tidak mau..”

“ini aku..”

Andrea tahu, dia tercengang disana. Terdiam selama beberapa menit, menghabiskan waktu yang sudah semakin dekat. Andrea tak bisa berlama-lama. Ia harus mengatakan sesuatu.
“maaf”
“untuk apa?” orang itu berkata sambil tertawa hambar namun hatinya terasa ditusuk belati.
“dari awal hubungan kita tidak bisa berjalan”
“Willy..kumohon datanglah kesini. Aku ingin memelukmu” Sarah mengusap punggung Andrea karena gadis itu tampak tak kuat.
“untuk terakhir kali?”
“..tentu saja tidak..” lirih Andrea.
“lalu menyaksikanmu menikah sambil berkata, selamat menempuh hidup baru Andrea”
“aku bisa menjelaskan semuanya!” kata Andrea sengit, ia memegang ponsel kuat-kuat seakan takut jatuh dan pecah.

“semuanya sudah jelas, Andrea. Jadi pergilah dan..berbahagialah..”
“WILLY!!”
Tuuutttttt.

Andrea membanting ponsel itu dan menutup wajahnya. Sarah memeluk Andrea yang tubuh rentanya menegang.
“dia terpukul, Andrea. Kau harus bisa memahaminya. Percayalah, dia masih bisa hidup”
“aku ingin berkata kalau aku tidak sepenuhnya menikah dan ia akan berubah senang lalu meminta maaf padaku karena sudah berani mengejekku” desis Andrea marah, nafasnya tersengal.
“aku tahu. tapi tidak sekarang. Kembaranku sangat sensitiv, bukankah kau juga mengetahuinya. Sekarang berubah,lupakan Willy dan hadapi ini. Pasang senyum mautmu” mau tidak mau Andrea harus melangkah. Pernikahan sudah diujung ia tak bisa menghindari. Bayangan Alfian sejenak hilang dan ia tak mau terlalu memikirkan pria itu. semakin membuat gairah tak jelas meletup-letup.

Seorang wanita asing muncul dari balik pintu dan wajahnya begitu tegas.
“Miss Blunt bisa keluar sekarang”
Tiga puluh menit sudah habis ternyata. Andrea menatap Sarah dengan tatapan aneh.
“jangan gugup, kau bisa. Ingat dirimu yang terbaik, Andy”

Ya, ingat akan kewibawaan yang kau punya Andrea. Hanya selesaikan ini dan semuanya akan berakhir. Berakhir?

Lalu..keperawanannya akan direnggut begitu saja oleh Alfian? apa ia mau? Apa ia bersedia? Andrea diam membeku memikirkan itu. tapi ada satu jawaban yang berdasar dari lubuk hati.

“ya..aku bersedia..”

Tanpa Andrea sadari bahwa dirinya akan masuk ke dalam lubang hitam tak berujung yang kelam.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar