Created by Aii D.Luffi
Bab 3
“maaf aku terlambat”
nafasnya tersengal ketika sudah sampai diruangan serba putih dan
dipenuhi gaun-gaun indah yang terlihat mahal dan gemerlap. Hanya sebuah acara
sepele, kenapa seorang direktur dari anggota dewan tertinggi diperusahaan besar
London harus terburu-buru? Adakah balasan yang setimpal yang ia dapatkan untuk
ini? Sudah pasti ada. Alfian akan merelakan segala waktunya hanya untuk bertemu
Andrea, si calon istri. Kenapa? Padahal totaly Andrea mengacuhkan pria itu.
bersikap seperti biasa angkuhnya bukan main dan sedingin balok es. Dan kenapa
Alfian mengorbankan waktu rapat direksi hanya untuk bertemu seorang wanita? Dia
tidak pernah begini pada pacar-pacar sebelumnya. Jangan tanya lagi karena
Alfian juga tak pernah bisa menjawab. Yang terpenting kaki panjang yang ia
miliki sudah sampai di tempat Andrea, titik.
“Alfian. Duduklah. Andrea didalam ruang ganti, kau belum melewatkan
untuk gaun pertama” sambut Arina yang tadi tengah memilih gaun dari katalog
yang ia baca dari manajer butik. Alfian duduk menghembuskan nafas lelah karena
berlari dari tempat parkir.
“memangnya harus mencoba berapa gaun? Aku tidak bisa berlama-lama
disini” melirik pada rolex emasnya sambil memutar bola mata sebal. Alfian akan
terjebak dalam kesukaan wanita bersama baju-baju mahal mereka.
“entahlah. Ini tergantung selera calonmu sampai gaun ke berapa. Kalau
terlalu lama, kau bisa meninggalkan kami. Percayakan pada selera Andrea. Dan
kau, juga sudah dipersiapkan beberapa setelan jas. Ingin mencoba sekarang?”
tawar Arina ramah. Sang pelayan meletakkan satu cangkir kopi hitam pekat di
meja untuk Alfian.
“aku ingin melihat Andrea dulu” jawabnya datar dan segera menyeruput
kopi itu.
“andrea,kenapa lama sekali? Alfian sudah disini” teriak ibunya.
“aku keluar” detik berikutnya,semua tercengang. Hanya Andrea saja
bermuka datar—dingin. Ia nampak tak begitu suka dengan apa yang ia kenakan.
“WOW..kau terlihat..” ujar Arina tersendat. Matanya bersinar
memancarkan tatapan kagum berlebihan.
Bagaimana Alfian? Pria itu menjatuhkan sendok kopi ke tanah. Kedua bola
mata tertuju hanya pada Andrea yang berdiri indah di tengah ruang ganti bundar
didepan cermin. Mulai dari bawah, gaun putih putri duyung yang panjang,
merambat ke atas—pinggangnya begitu ramping dihiasi butiran permata membentuk
bunga. Dadanya yang cukup montok sedikit timbul karena korset ketat gaun pada
potongan dada, rambut panjang coklatnya jatuh dibahu putih membuat semua saraf
Alfian berapi.
“indah..” bisiknya serak. Arina menoleh sejenak tersenyum ketika
mendengar bisikan Alfian.
“ya..itu indah”
“aku tidak menyukainya bu” ujar Andrea memutar bola mata. Kedua tangan
bercekak pinggang.
“mengapa? Itu bagus Andrea”
“terlalu simple. Dan tidak begitu mengesankan. Aku ingin yang lebih.
Ini bukan apa-apa” kesombongan Andrea mulai muncul ke permukaan. Wanita itu
mengibas rambut ke belakang agak keras. Rasanya Alfian ingin sekali menggigit
bahu itu.
Kening Andrea mengerut melihat tatapan intens dan terpesona dari calon
suaminya yang duduk membeku seperti patung. Ia menyeringai.
“apa sebegitu cantiknya calon istrimu ini, tuan Dunkan?” kata Andrea
membanggakan diri dibalas sebuah senyuman maut.
“kau selalu cantik dimataku” Arina terkikik. Betapa romantisnya melihat
anaknya begini.
“aku harap kau mengizinkanku untuk mencoba gaun yang lain karena aku
tidak suka dengan yang ini”
“ohh silahkan. Dua ribu gaunpun tak masalah. Tapi aku lebih suka kau
tanpa apa-apa” hiyaaaa Andrea mendelikkan mata. Betapa lancangnya bocah
brengsek itu, berkata tepat dihadapan Arina yang sekarang tersipu. Kenapa dia
harus tersipu? Ingat pernikahan sendiri beberapa minggu lalu?
“aku akan mencoba yang lain” kesal dan menggeram, Andrea menutup tirai
kuat-kuat sampai hampir copot. Alfian tertawa pelan dan menyandarkan punggung
ke sofa.
“aku harap kau maklum dengan sifat Andrea” kata Arina lembut tapi
memperingatkan.
“justru aku suka dengan itu. dia benar-benar menantang” dan keduanya
tertawa hangat.
“cobalah tunggu sejenak, aku akan mendapatkan yang lain” Arina keluar
diikuti oleh manajer toko. Agak bosan juga menanti, Alfian melihat sekeliling
dengan pandangan menilai. Butik gaun kelas atas kesukaan wanita kaya yang
berkuasa, sombong, pengatur, apa bisa dia meluluhkan Andrea? Ini tidak sesulit
yang ia pikirkan tapi juga tidak segampang yang ia bayangkan.
“ibu aku butuh bantuanmu” teriak Andrea dari dalam ruang ganti. Disini
tak ada siapapun, hanya Alfian yang duduk bermuka masam. Lelaki itu bangkit
berdiri dengan terpaksa. Sedikit membuka tirai dan menengok ke dalam. Andrea
memunggungi mengahadap dinding cermin tidak menyadari bahwa Alfian mengintip.
“ibumu keluar. Apa yang bisa kubantu?”
Sontak saja dia terkejut, refleks berbalik masih mendekap tangan
didada. Gaunnya berubah, warna putih sedikit langsat. Masih bergaun putri
duyung dan tanpa potongan dileher. Kali ini Andrea tak memasang topeng
angkuhnya. Alfian masuk dan berjalan mendekat.
“ada apa?”
Bukankah ini kesempatanmu Andrea? Kau mendapatkan pria ini? Maju dan
lanjutkan!! Suara hati Andrea menjerit menyalurkan senyum aneh penuh kemenangan
dibibir manisnya.
“lihat! Bagian ini melorot dan aku tak bisa mengangkatnya sendiri
karena terlalu ketat. Bisakah kau..menolongku?” dan dia membuka kedua
tangannya.
Bola mata Alfian bisa copot dari kerangkanya sekarang juga, hidungnya
kembang kempis, air liur susah ditelan malah ingin keluar dari bibir, dan
sesuatu dibawah terasa gatal dan..mengeras. YA AMPUN ANDREA BENAR-BENAR GILA!!
Sebisa mungkin semua umpatan kasar tidak terucap. Kalau sampai begitu,
Alfian membiarkan Andrea menang untuk berhasil memancing nafsunya. Lalu
membuangnya begitu saja seperti beberapa hari lalu?di limo? Bajingan! Harusnya
Alfian waspada karena wanita yang akan ia nikahi ini bukan wanita sembarangan
dan patuh seperti wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya. Ini Andrea, wanita
keras dan angkuh sedingin es. Bahkan lebih dingin dari balok es.
“kenapa diam saja? Ayolah..” rengeknya manja membuat nafas Alfian
tersengal. Secepat kilat Alfian berbalik dan hendak keluar. Andrea tertegun.
“hei mau kemana?”cicitnya.
“kau bisa minta tolong pelayan” kata Alfian berusaha datar, tapi tetap
saja parau dan tenggorokannya terasa sakit.
“mengapa? Aku ingin kau..”
Ambigu! Apa sih maksudnya? Bayangan jahat Alfian keluar, ia bisa
merobek gaun mahal itu, ia akan melepas celana kerjanya dan menusuk Andrea
sampai wanita bengis itu menjerit tak karuan. Merasakan sakit seperti yang ia
rasakan. Sakit dan pusing. Dengan tabah dan nafas masih memburu, alfian
berbalik kembali. Maju membuat Andrea terkekeh manja. Dasar gadis jalang. Suara
tawa yang dikeluarkan teramat sexy dan mendayu.
Gothca!! Bisik Andrea dalam hati.
Alfian memegang korset yang Andrea kenakan. Menuruti kemauan
mempelainya, termakan akan godaannya, dan pikirannya berantakan. Ketika kedua
ibu jari itu bisa menyentuh kulit dadanya yang hampir terekspose karena gaun
itu melorot, sengatan listrik berjuta-juta watt merusak segala sistem saraf
Alfian. ia tak bisa berpikir lagi, benteng pertahanan runtuh. Dan Andrea dapat
merasakan lalu ia menyeringai licik perlahan. Setelah dirasa cukup, punggung
telanjang Andrea menabrak dinding.
Tangan kekar menempel ditengkuk Andrea mengangkat kepala mungil yang ia
miliki dan terangkat, lalu mereka berciuma. Alfian mengajak duel lidah bagai
dua orang samurai menghunus pedang masing-masing. Mata keduanya tertutup,
saling menyesap, bibir dengan bibir, lidah dengan lidah, air liur Alfian terasa
panas dan air liur Andrea teramat manis. Alfian berniat untuk mengambil semua
itu. Andrea mendongak dan Alfian semakin menunduk—tangan kanannya bertengger di
kulit dadanya yang sangat lembut sebisa mungkin memanfaatkan waktu untuk
bermain. Ia bisa meledak, ia akan bercinta disitu tak peduli dimana.
Kedua lengan Andrea mengelus dadanya lembut yang tertutup jas dan kemeja
kerja, berputar-putar, erangan nikmat muncul saling bersahutan dimulut mereka
yang basah, lalu yang terjadi? Sekuat tenaga Andrea mendorong dada kokoh
Alifian hingga pantatnya mendarat cukup keras dilantai. Sakit. Ciuman terlepas,
padahal nafsu sudah meliputi ruangan sempit ini. Alfian menatap Andrea dengan
tampang pecundang, tidak mengerti dan memohon untuk meneruskan. Tapi Andrea
lagi-lagi menyeringai angkuh.
“terima kasih..aku sudah cantik sekarang. Tapi aku masih kurang merasa
cocok. Aku ganti dulu dengan yang lain ya, sayang” memasang senyum mengejek dan
melenggang pergi.
BAJINGAN! RACUNGAN!OTAK UDANG! Lagi-lagi kau kalah Alfian. playboy
bereputasi tinggi sepertimu bisa kalah dengan perawan sombong seperti dia?
Harusnya kau juga bisa bersifat angkuh tapi kenapa birahi dan libido yang
tinggi mengalahkan semuanya? Wanita ganas, lihat saja nanti. Wanita itu akan
kuhabisi dengan cara jahat. Batin Alfian berteriak marah. Mukanya memerah
seperti kepiting rebus. Hawa disini
berubah pengap membuat bulir keringatnya muncul turun. Alfian menarik dasi yang
terasa mencekik leher, dan membuka dua kancing kemeja karena ia frustasi.
Mencoba mengumpulkan pikiran rasionalnya lagi tapi tak bisa dipungkiri giginya
bergemelatuk kuat.
“Andrea akan mati ditanganku..”
**o0o**
Nama Alfian James Dunkan yang hanya terkenal dalam majalah bisnis
bersama ayahnya kini mendadak tenar di berbagai biang gosip. Infotainment, talk
show, majalah wanita, bahkan perbincangan ibu-ibu dari sudut ke sudut. Dia menumpang
dari seorang model sukses bernama Andrea MaryKate Blunt. Si model dinikahi anak
pengusaha besar. Keduanya dijodohkan karena sama-sama memiliki level tinggi.
Andrea mencampakkan setiap pria hanya untuk mendapatkan pengusahawan besar nan
tampan. Itulah yang mereka katakan membuat Arina pusing.
Putrinya memang sudah dikenal sebagai model sombong, tidak ramah, dan
beberapa sensasi selalu ia buat. Berbagai kritikan tajam dan menghina mengalir
diberbagai sosial media,intinya satu. Andrea menginginkan orang yang sederajat
dengan kekuasaannya. Membuat image Andrea sudah benar-benar jelek dimata
publik. Padahal semua itu salah. Arina ingin sekali meraung ke semua penduduk
kalau dirinyalah yang menjodohkan Andrea, bukan karena Andrea seperti yang
dikatakan pada berita.
Arina sedih, sedih sekali. Melihat Andrea dihujam kata-kata menghina
dan kotor, hatinya teriris. Apa ia salah menjodohkan Andrea dengan Alfian.
“jangan menyalahkan dirimu sendiri,sayang. Ini suatu kebaikan. Alfian
bisa menjaga Andrea dan Andrea juga menyetujui. Kau tak berhak menyalahkan diri
sendiri” ujar Mark menenangkan mencium sayang kening istrinya.
“aku akan bertemu dengan anakku sebelum melepas lajangnya”
Arina membuka pintu kecil putih dimana tempat putrinya bersembunyi.
Saat masuk, ia melihat guratan sedih pada wajah Andrea. Gadis itu menatap
kebawah jendela, beberapa mobil tamu berdatangan masuk ke gedung ini.Ya tuhan,
sejak peninggalan suami pertamanya, Arina melihat lagi kesedihan itu. ada apa?
apa karena publik? Ia sakit hati?
“Andrea” lamunan Andrea buyar. Ia tersenyum kecil melihat ibunya
menghampiri.
“kau nampak luar biasa. Lebih cantik dari hari-hari lain” Arina duduk
penuh air mata di pelupuknya. Menggenggam jemari gadis kecilnya yang sudah
beranjak dewasa, sebentar lagi, Andrea bukanlah milik Arina.
“terima kasih, bu” suara Andrea memelan. Ia memandangi diri sendiri,
gaun cantik ke dua puluh satu saat fitting sampai malam. Wajahnya penuh riasan
manis—menawan, rambutnya bergelombang sederhana dan tirani perak turun temurun
terpasang indah dirambutnya beserta tudung putih. Tiga bulan terasa cepat
berjalan. Inilah saatnya Andrea akan menuju ke pelaminan.
“Andrea kau nampak sedih? Apa karena media? Ibu meminta maaf sudah
membuatmu dihina orang lain..” ujar ibunya sedih. Andrea menatap bingung lalu
menggeleng.
“tidak,bu. Aku tidak peduli dengan mereka. Sedikitpun. Jangan merasa
bersalah..”
“aku yang membuatmu menikah. Aku ingin membuatmu bahagia bersama
pilihan yang menurut kami tepat” ya,Arina dan Mark. Pikir Andrea sebal.
“mereka menghakimi sembarangan. Mereka tidak tahu cerita dibalik
omongan besar itu. jujur aku merasa tersinggung, mereka mengatakan hal-hal
kotor tentang anakku. Membuat ibu sakit..”
Andrea segera memeluk ibunya erat yang hampir menangis
“bu, jangan pedulikan mereka. Lihatlah aku bu. Aku terbiasa untuk mengacuhkan
mereka semua. Kalau mereka mau menghinaku, terserah. Aku tak mengurusi hal-hal
kecil seperti itu. percayalah. Lagipula, walau publik semakin membenciku, aku
tetap bersinar. Aku model yang paling dicari. Jadi buat apa aku terpengaruh”
cibir Andrea bangga menyombongkan diri. Arina tersenyum kecut.
“ya, anakku yang kuat dan nomor satu. Aku percaya padamu” dikecupnya
pipi merona Andrea dengan penuh rasa cinta. Lalu keduanya tertawa hangat. Hanya
saja ekspresi muram Andrea masih dapat terbaca siapapun.
“tapi kenapa kau sedih, sayang?” tanya Arina cemas membelai bahu
telanjang Andrea. Gadis itu menunduk dan menggeleng.
“tak apa. hanya..memikirkan seseorang..” andrea mencengkram buket
bunganya dan Arina tidak menyadari.
“siapa?” Andrea menatap ibunya penuh dengan tatapan tolong-jangan-bahas-itu.
senyuman pasrah ia keluarkan.
“aku harap..ayah disini..melihatku menikah..”
Meleleh sudah air mata Arina, ia tidak tega menatap putrinya seperti
itu. Joseph, kau meninggalkan dia terlalu cepat, batinnya lirih. Dikecupnya
kedua belah pipi putri semata wayangnya tersebut, dipeluknya sangat erat
menyalurkan hasrat cinta mendalam antara ibu dan anak.
“ayahmu melihamu,nak. Disurga. Aku juga ingin bersanding bersamanya dan
menyaksikanmu mengucap janji suci. Percayalah, dia bahagia. Jangan sedih, ibu
mohon”
Andrea mengangguk pasrah, semua ingatan mengenai Joseph selalu membuat
topeng sombongnya hilang. Kenangan itu menimbulkan kesedihan mendalam,dan ia
tidak ingin itu berlarut-larut. Tidak ingin seseorang mengasiani dirinya.
Karena yang berhak mengasiani adalah Andrea, bukan yang lain.
“kau keluar 30 menit lagi Miss..Blunt” seorang gadis berambut merah
menghentikan kata-kata muncul dari balik pintu. Agaknya gaun hijau rumitnya
tersangkut sesuatu dan Arina tertawa. Menghilangkan suasana sedih yang mencekam
diantara mereka.
“ohh..nyonya Blunt maaf. Aku tak tahu kau didalam”
“hanya mengucapkan salam perpisahan pada anakku. Masuklah,Sarah. Andrea
kau tak apakan ibu tinggal?” andrea mengangguk meyakinkan sang ibu. sedangkan
Sarah berdiri diam tak enak didekat pintu.
“ini pernikahanmu. Tetap ceria, lupakan semua kesedihan. Ayah ada
dihatimu, selalu”
“ya bu. Aku mencintaimu”
“aku mencintaimu” keduanya berpelukan sekali lagi lebih erat dan
hangat.
“baiklah aku rasa aku akan pergi. Sampai jumpa diluar putri” Arina
mengecup kening Andrea dan segera pergi sebelumnya mempersilahkan Sarah masuk.
Andrea dan Sarah saling bertatapan. Ekspresi datar yang lama-kelamaan
berubah senyum lebar, terutama Sarah.
“ya ampun, Andy. Beberapa menit lagi kau akan menikah” gadis semungil
tubuhnya itu menjerit dan Andrea hanya bisa tersenyum lemah.
“aku sendiri bahkan tak percaya”
“lihatlah dirimu. Kau nampak sangat sangat cantik. Aku bahkan terpikat
olehmu. Ya, sahabatku Andrea akan segera meninggalkanku sendiri” cibiran sedih
keluar dari bibir Sarah. Andrea bangkit berdiri walau susah payah dengan
gaunnya dan memeluk Sarah.
“ini bukan pernikahan asli Sarah. Percayalah, aku selalu ada untukmu.
Karena aku tidak sepenuhnya menikah. Aku masih bebas. Ini hanya sebuah acara
membosankan” kata Andrea santai dan mengibaskan tangan.
“ya aku tahu. seorang Alfian Dunkan juga tak akan pernah kupercayai
untuk menikahi seorang wanita. Bahkan menikahimu saja hanya sebuah pemenuhan
gairah sex. Nanti ceritakan padaku ya bagaimana rasanya..errr pasti dia sangat
panas, Andy”
Andrea mendengus sebal. Ia mendelik dan melemparkan buket bunga ke
sofa.
“jangan bahas tentang dia. Sekarang bagaimana denganmu, kau datang
sendiri?” nada bicara Andrea berubah serius. Tapi pertanyaannya sudah dapat
jawaban ketika raut muram Sarah muncul. Matanya menekuk kecewa.
“maafkan aku, Andy. Dia mengurung diri dikamar sejak semalam. Dia tak
mau mendengarkanku”
Sarah tahu sahabatnya sedih, dengan caranya sendiri. Tubuh Andrea
terhempas disofa. Ingin rasanya ia merobek gaun ini dan kabur. Tapi ada sesuatu
yang membuat Andrea tinggal. Kenapa dan apa? andrea tak dapat menjawab. Apa itu
semua Alfian? kenapa ia harus bertahan demi playboy sengik seperti lelaki itu?
hanya rasa suka sesaat,ia disini.
“bisa aku mengubunginya?” Andrea berkata penuh tatapan meminta. Sarah
mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Ditekan tuts sebuah nomor yang ia hapal
diluar kepala. Nada sambung kelima, ponsel diseberang terangkat.
“sudah kubilang aku tidak mau..”
“ini aku..”
Andrea tahu, dia tercengang disana. Terdiam selama beberapa menit,
menghabiskan waktu yang sudah semakin dekat. Andrea tak bisa berlama-lama. Ia
harus mengatakan sesuatu.
“maaf”
“untuk apa?” orang itu berkata sambil tertawa hambar namun hatinya
terasa ditusuk belati.
“dari awal hubungan kita tidak bisa berjalan”
“Willy..kumohon datanglah kesini. Aku ingin memelukmu” Sarah mengusap
punggung Andrea karena gadis itu tampak tak kuat.
“untuk terakhir kali?”
“..tentu saja tidak..” lirih Andrea.
“lalu menyaksikanmu menikah sambil berkata, selamat menempuh hidup baru
Andrea”
“aku bisa menjelaskan semuanya!” kata Andrea sengit, ia memegang ponsel
kuat-kuat seakan takut jatuh dan pecah.
“semuanya sudah jelas, Andrea. Jadi pergilah dan..berbahagialah..”
“WILLY!!”
Tuuutttttt.
Andrea membanting ponsel itu dan menutup wajahnya. Sarah memeluk Andrea
yang tubuh rentanya menegang.
“dia terpukul, Andrea. Kau harus bisa memahaminya. Percayalah, dia
masih bisa hidup”
“aku ingin berkata kalau aku tidak sepenuhnya menikah dan ia akan
berubah senang lalu meminta maaf padaku karena sudah berani mengejekku” desis
Andrea marah, nafasnya tersengal.
“aku tahu. tapi tidak sekarang. Kembaranku sangat sensitiv, bukankah
kau juga mengetahuinya. Sekarang berubah,lupakan Willy dan hadapi ini. Pasang
senyum mautmu” mau tidak mau Andrea harus melangkah. Pernikahan sudah diujung
ia tak bisa menghindari. Bayangan Alfian sejenak hilang dan ia tak mau terlalu
memikirkan pria itu. semakin membuat gairah tak jelas meletup-letup.
Seorang wanita asing muncul dari balik pintu dan wajahnya begitu tegas.
“Miss Blunt bisa keluar sekarang”
Tiga puluh menit sudah habis ternyata. Andrea menatap Sarah dengan
tatapan aneh.
“jangan gugup, kau bisa. Ingat dirimu yang terbaik, Andy”
Ya, ingat akan kewibawaan yang kau punya Andrea. Hanya selesaikan ini
dan semuanya akan berakhir. Berakhir?
Lalu..keperawanannya akan direnggut begitu saja oleh Alfian? apa ia
mau? Apa ia bersedia? Andrea diam membeku memikirkan itu. tapi ada satu jawaban
yang berdasar dari lubuk hati.
“ya..aku bersedia..”
Tanpa Andrea sadari bahwa dirinya akan masuk ke dalam lubang hitam tak
berujung yang kelam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar