Minggu, 17 November 2013

BLACK AMOUR chapter 1



“adele..” gadis yang memiliki warna dark brown pada rambutnya itu menoleh ke belakang, dimana seseorang menyerukan namanya.
Adrian Marcello D’Louise, berparas tampan, tinggi menjulang, rambut merah, kulit putih, dan..tersenyum menawan sedang berjalan mendekat kepada dirinya. Lagi lagi Adele merasakan degub jantung yang memacu keras tatkala melihat pesona rupa Ian. Adele membalas senyumnya.


“hai Ian..”
“mau kemana?” tanyanya ramah setelah sampai tepat disamping Adele.
“ke lab. Beberapa buku ku tertinggal disana”
“boleh aku menemani? Aku sedang senggang”

Tentu saja Adele tidak akan menolak bila terus-terusan bersama dengan Ian. Lelaki yang sudah beberapa minggu ini menjadi teman dekat dikampus. Adele Janey Watson, baru saja pindah dari kota besar menuju kota kecil dan basah yaitu kota Backingham. Dimana matahari tidak bersinar sepenuhnya pada tempat ini. Membuat Backingham sering mengalami musim dingin yang diatas batas normal musim. Adele datang kesini bukan tanpa alasan, ia harus rela meninggalkan studi terbaik dikota besarnya dan melanjutkan sekolah disalah satu kota tertua dan terhening yang sempat santer diberitakan dirumahnya dulu. Hanya karena nenek tercinta sedang sakit dan ia adalah cucu pilihan dari sekian banyak cucu yang diminta sang nenek untuk merawatnya.

Adele bukan gadis pengeluh. Hanya saja ia sedikit merasa cemas dan..mungkin takut. Backingham selalu disebut-sebut sebagai kota yang penuh misteri, rahasia, dan banyak lagi keanehan yang jarang sekali ditemukan warga kota besar seperti Adele.
Tapi semua kekhawatiran dan ketakutan Adele musnah begitu saja sejak Adele bertemu pria ini, Ian.
Ian mendekati dirinya dengan sikap sok kenal, cool, dan seakan melindungi dari beberapa pria penggoda di kampus. Adele ingat, ia melihat Ian pertama kali saat mereka tidak sengaja bertabrakan dilorong. Ketika itu Adele sedang ditelpon ibunya dan tidak melihat sekumpulan cowok-cowok ganteng melintas dan..sahabat setia Adele alias buku-buku sukaannya jatuh ke tanah.

“maaf..” Adele melirik profil mereka. Ada Joey, Richard, Ken atau biasa dipanggil Kyura, dan yang paling depan membuat saraf Adele seakan putus adalah tatapan tajam Ian. Tak ada senyum saat itu membuat ia merasa ngeri. Adele segera memungut buku-bukunya dan ia terkejut sekali, Ian berjongkok mengambil satu buku.

“Backing..ham?” tanyanya dengan suara dingin melihat Adele seperti gadis itu mangsanya. Buku berjudul History of Backingham dipegangnya erat-erat.
“ehhmm..ya..” jawab Adele gugup, ingin segera ia pergi darisitu menjauh dari sekelompok penakluk kampus.
“apa kau..baru disini?”
“ehh..ya..maafkan aku..” saat itulah Adele dapat merasakan bola mata indah Ian yang berwarna merah seperti rambutnya melihat kedalam bola matanya sendiri. Pria itu terkelu seakan terpesona. Walau bukan gadis sexy dan mencolok, Adele adalah salah satu gadis incaran banyak pria dikampus lamanya. Ia cantik, ramah, pintar, sopan, dan mata hazel coklatnya yang menarik siapapun. Termasuk Ian waktu itu.

“Ian..ayo kita pergi..” sahut Joey.
“ohh..maafkan aku, nona”
DEG..seringaian itu membuat Adele cepat-cepat menunduk dan memunguti bukunya. Tidak ingin sampai pria ganteng nan aneh didepannya ini melihat pipinya merona merah.
Ke empatnya segera berjalan  meninggalkan Adele sendirian yang masih gugup. Ia harus cepat-cepat pulang ke rumah sebelum hari hujan karena ia tidak membawa payung untuk melindungi buku-bukunya. Belum lagi memasak untuk neneknya. Adele segera bangkit dan berlari keluar lorong, tanpa sadar bahwa bola mata merah Ian kembali menatapnya dingin sampai tubuh mungil Adele benar-benar menghilang.


“kau tidak ada kelas hari ini?” tanya Adele pada Ian yang berjalan menjulang disamping tubuh mungilnya.
“aku bolos..” jawab Ian lucu.
“kenapa?”
“aku bosan..dan aku juga ingin bertemu denganmu..”

UKKHH.. hampir saja Adele tersedak ludahnya sendiri.
“ada perlu apa kau bertemu denganku?” tanya Adele memalingkan wajah malunya.
“hanya..rindu.. memang tidak boleh?” seenaknya saja lengan kekar itu bertengger pada bahu Adele.
“hemm..tidak seperti biasanya” sekarang Adele menunduk malu karena beberapa gadis lain meliriknya iri, demi tuhan... Ian seperti memamerkan pasangan baru kepada semuanya.
“kemana saja kau seminggu kemarin? Aku mencarimu tapi kau menghilang tanpa jejak. Bahkan darahmu..”

Hah? Darah?
“darah? Ada apa dengan darahku?” kok Adele jadi merinding mendengar ceplosan Ian yang tidak sengaja. Ian sedikit panik tapi segera dapat menutupinya.
“ehhmm..maksudku..batang hidungmu tidak terlihat sama sekali. Darah..itu adalah gurauan penduduk sini. Bila seseorang yang tiba-tiba hilang, mereka selalu berkata bahkan darahnya saja tidak tercium” Ian menatap ke segala arah saat menjawabnya.
“hah? Konyol sekali.. kalian penduduk Backingham memang aneh” olok Adele terkikik.
“kau belum menjawab pertanyaanku, manis..” Ian menarik lengan Adele.
“aku pergi ke rumah orang tuaku. Mereka rindu jadi aku ditahan selama seminggu. Terpaksa aku bolos kuliah..”

Mereka sudah sampai di lab. Adele membuka pintu putih tersebut dan keduanya segera masuk.
“untung saja tidak hilang” kata Adele setelah menemukan buku-bukunya tergeletak dimeja praktek.
Ian mendekat dan melihatnya.
“apa itu?”tunjuk Ian.
“hanya buku cerita. Aku membelinya dikotaku. Yaa untuk mengisi kebosanan”

Ian menatap aneh pada buku Adele.
“Vampire? Buku cerita apa ini?” tanyanya tidak sabar. Adele tersenyum mengingat itu bacaan kesukaannya.
“Cuma cerita komersil. Asmara antara seorang vampir yang jatuh cinta dengan putri adam. Cinta terlarang sih.. tapi sangat romantis” terang Adele menggebu-gebu, ia suka menjelaskan. Tapi raut Ian berubah menjadi keras.
“apa yang kau ketahui tentang vampir,Adele?” ia membuka buku tersebut tanpa membacanya.
“vampir? Yaaa..hanya semacam manusia memiliki gigi taring yang berbeda dari yang lain..lalu ia meminum darah...takut sinar matahari..kehidupannya ditengah malam..”

Adele tidak tahu bahwa tubuh Ian sekarang bergetar.
“dan..mereka hanya ilusi?”
“APA?” Ian menatap Adele tak percaya.
“iyaa...tentu saja vampir hanya dongeng horor. Diabad secanggih ini mana ada manusia minum darah manusia. Jeruk minum jeruk dong...”
Kata-kata ini sontak membuat Ian tertawa terbahak. Lesung kanan dipipinya muncul, ia memegang perutnya karena Adele.
“tapi..cerita ini bagus. Walau mereka tidak bisa bersatu.. hanya saja aku suka. Cinta antara dua dunia yang berbeda. Cinta terlarang, sungguh romantis.. andai saja mereka bisa bersatu..aku menangis loo saat membaca endingnya” tutur Adele. Tawa Ian stop. Ia menatap Adele hangat.

“kau..ingin cinta terlarang itu benar-benar ada?” tanya Ian menyingkap rambut coklat Adele ke telinganya.
“hemm..kalau akhirnya tidak bisa bersatu buat apa? Percuma, malah akan menyakiti kedua pihak. Kau mau membacanya,Ian?” Adele menyodorkan buku itu. Agak ragu Ian menerimanya.
Keduanya diam selama beberapa detik.
“adele..”
“hemm..”
“apa..kau berniat untuk kembali pulang ke rumah orang tuamu?”

Ian menunggu jawaban Adele yang agak bimbang.
“tentu saja..itukan rumahku..tapi nenek tidak ingin pindah kesana. Ini tempatnya beliau lahir. Selagi nenek belum sembuh total, aku masih harus berada disini” jawab Adele sembari menyuguhkan senyum pada Ian.
“kalau kau pergi..lalu aku bagaimana?” bentak Ian bercekak pinggang.
“hauuss...kau kan masih punya banyak teman” Adele terkejut saja melihat Ian pertama kali membentaknya tidak terima.
“aku tidak akan memiliki teman perempuan lagi. Pokoknya kau tidak boleh kembali kesana!!”
“kenapa kau mengaturku? Dan apa..kau selalu dikelilingi banyak gadis dan..mereka semua montok. Kau sangat cepat mengambil hati mereka, jadi toh saat aku pulang tidak berarti apa-apa dalam hidupmu”

Adele beranjak ingin keluar dari situ menghindari dari pertengkaran, tapi tiba-tiba bukunya berdebam jatuh. Ian menarik dan menyandarkan punggung Adele kedinding. Kedua tangannya segera memenjarakan tubuh mungil Adele dan mereka saling menatap dengan wajah hanya beberapa inci. Bahkan Adele dapat menghirup aroma dingin milik Ian yang kini menatapnya tajam tapi juga lembut.

“tentu ada artinya.. aku tidak membutuhkan mereka..aku hanya butuh kau..” kata Ian parau.
“ke..kenapa?”
“karena kau..berbeda..”

Keterkejutan Adele belum habis saat tiba-tiba pria didepannya ini menempelkan bibirnya ke bibir Adele. Ia rasakan bibir itu dingin dan basah. Ian menghisap bibir bawahnya lalu sontak terbuka. Lidah nya yang tak kalah dingin menyeruak dan berputar didalam mulut Adele. Saat lidah mereka bersentuhan, Adele tidak bisa menahan desahan nikmat. Tanpa sadar tangannya naik berpegang pada kerah baju Ian lalu melingkarkan pada lehernya membuat Ian semakin mendekat, semakin melumat, dan menciptakan ruang laboratorium kosong itu menjadi panas.

Kurang lebih lima menit lamanya mereka menyatukan lidah satu sama lain saat Ian menjauh membiarkan Adele menghirup oksigen tapi tanpa melepaskan rengkuhan eratnya dan tatapan sayangnya.
Setelah puas bernafas, Adele memandang Ian penuh tanya.
“Ian..”
“kau sungguh manis, sayang. Tidak salah aku memilihmu..” ia menghisap bibir bawah Adele kembali.



**o0o**


Kyura yang jarang sekali tertawa, kali ini tertawa. Tapi tidak lebar, hanya menarik ujung bibir dan  memperlihatkan gigi putihnya. Ia membolak-balikkan buku cerita yang dibawa Ian sore ini.
“aku tidak menyangka manusia membuat cerita konyol seperti ini” katanya lalu membanting buku tersebut ke meja. Ian menatap ke luar jendela, tangannya bertumpu pada kaca. Hari sudah gelap dan seperti biasa, malam di Backingham nampak basah karena hujan dan mengerikan. Sorot mata Ian benar-benar dapat menusuk siapa saja.

“Kyura..” sahutnya dingin. Kyura mendongak, ia duduk disofa menyilangkan kakinya.
“humm?”
“aku tidak yakin..dengan janjiku..”

Kyura terkejut. “apa yang kau katakan?”
“aku..menyukainya.. dia..” jawab Ian menunduk memejamkan mata. Mengingat wajah seseorang diotaknya.
“Watson?”
“..yaa..”
“kau memang menyukainya bukan? Dan berniat untuk membunuhnya?”

Ian menoleh dengan garang. Seakan dirinya marah, tapi tidak tahu marah pada siapa.
“mungkin itu niatku dulu.. tapi sekarang..” Ian terbata-bataa.
“jangan bilang kau menyukai dalam arti lain. Seperti cerita menggelikan dan menjijikkan ini” kyura menganggkat buku itu kembali. “ seorang vampir..jatuh cinta..pada putri ADAM?”

Kata-kata itu begitu menusuk jantung Ian. Dikatupnya rahangnya, kesepuluh jarinya mengepal.
“dan setelah kau menciumnya, kau merasa hati mu yang membeku seperti es sekarang tengah mencair hangat karena..cinta? jatuh cinta?” ejek Kyura tetap dengan gaya wibawanya disofa.
Ian menatap Kyura melotot dan sedikit malu,”bagaimana kau tahu?”

“hahaha..” Kyura tertawa riang yang ditelinga Ian begitu memuakkan. “aku sangat mengenal dirimu Adrian. Kita bersama sudah lebih dari berpuluh ribu tahun. Kau belagak seperti aku hanya seorang teman biasa” ia mengangkat bahu.

“kau tidak mengerti,Kyu..” Ian menendang rak buku kecil hingga isinya jatuh berantakan.
“aku terpesona..dengan matanya..”

“kau juga mengatakan itu dulu..pada janjimu..” kyura mengingatkan.
“saat aku melihatnya..membuatku sayang..untuk menghilangkan warna indah bola matanya.. ku akui aku tidak bisa ingat akan janjiku..”
“apa yang lain tahu? Jo? Richard?”
“hanya kau..”

Kyura melengos sebal dan mengetuk-ketukkan jari pada lututnya.
“lalu..kau mencintainya?”
“aku tidak tahu apa ini cinta bullshit seperti buku itu. Aku juga tidak berniat berubah seperti ini. Tapi..aku begitu menyukainya..” desah Ian. Matanya menjadi redup. Dipikirannya hanya Adele..Adele..dan Adele.

“dalam cerita ini,” Kyura membuka buku itu lagi. “seorang vampir biasa, jatuh cinta pada seorang putri adam  ketika mereka bertemu dimalam hari tanpa sengaja. Sang gadis yang tidak tahu bahwa si pria adalah manusia setan penghisap darah bangsanya, tetap mencintai sang vampir dengan segenap hati. Yang membuat perbedaan disini adalah.. kau bukan vampir biasa, Ian. Kau putra bangsawan bangsa kita. Kau tidak bertemu dengan Adele..”

“WATSON” bentak Ian marah tidak ingin Kyura berkata seenaknya.
“baiklah..Miss Watson--pada siang hari. Sang putra mahkota tertarik untuk membunuh gadis itu, tapi dalam usaha pendekatannya, ia malah JATUH CINTA?” tekan Kyura bangkit berdiri.

Ian menunduk, terkelu tidak tahu harus berkata apa-apa karena serangan Kyura yang mengingatkan pada kedudukannya saat ini.
“tak ada yang melarang kau membunuhnya. Tapi ada larangan keras, bahwa vampir dilarang jatuh cinta..dengan bangsa manusia. Ingat itu, Pangeran Adrian!”
Tatapan merah antara dua vampir remaja itu beradu kuat. Semua perkataan Kyura benar-benar api dalam tubuh Ian berkobar. Bagaimana ia bisa menyelesaikan semua ini?

“kau mau kemana?” tanya Ian tanpa berbalik menghadap Kyura yang membuka pintu.
“aku haus.. aku akan menyusul Joey yang sedang menyesap darah pembantu dari Norwegia itu. Kau tahu, bola matanya berwarna hijau. Rasanya aku sayang untuk menyesapnya. Tapi..karena haus..mau bagaimana lagi..” penutup dari Kyura plus ejekan yang lagi-lagui mengena di hati Ian.

Kyura adalah sahabat Ian paling dekat. Jarang bicara, tapi kalau sudah berkata-kata sangat menusuk. Ia suka menasehati Ian banyak hal seperti malam ini. Membuat Ian galaunya bukan main. Kyura penjaga rahasia yang baik, tidak pernah tersenyum dan suka dengan darah wanita daripada lelaki.

Ian duduk disofa bekas sahabatnya duduk baru saja. Ditutupnya muka, mencoba menghilangkan sebuah wajah cantik diotaknya. Adele berkelebat terus dalam pikirannya. Ia sentuh bibirnya sendiri. Ciuman siang ini benar-benar manis. Ia tahu darah Adele pasti segar dan rasanya sangat-sangat manis. Tapi pancaran dari bola mata hazel miliknya membuat Ian tidak ingin melaksanakan janjinya sendiri kepada Joey, Richard, dan Kyura. Bahwa, ia akan membunuhnya. Ian akan membunuh Adele...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar