“adele..” gadis
yang memiliki warna dark brown pada rambutnya itu menoleh ke belakang, dimana
seseorang menyerukan namanya.
Adrian Marcello
D’Louise, berparas tampan, tinggi menjulang, rambut merah, kulit putih,
dan..tersenyum menawan sedang berjalan mendekat kepada dirinya. Lagi lagi Adele
merasakan degub jantung yang memacu keras tatkala melihat pesona rupa Ian.
Adele membalas senyumnya.
“hai Ian..”
“mau kemana?”
tanyanya ramah setelah sampai tepat disamping Adele.
“ke lab. Beberapa
buku ku tertinggal disana”
“boleh aku
menemani? Aku sedang senggang”
Tentu saja Adele
tidak akan menolak bila terus-terusan bersama dengan Ian. Lelaki yang sudah
beberapa minggu ini menjadi teman dekat dikampus. Adele Janey Watson, baru saja
pindah dari kota besar menuju kota kecil dan basah yaitu kota Backingham.
Dimana matahari tidak bersinar sepenuhnya pada tempat ini. Membuat Backingham
sering mengalami musim dingin yang diatas batas normal musim. Adele datang
kesini bukan tanpa alasan, ia harus rela meninggalkan studi terbaik dikota
besarnya dan melanjutkan sekolah disalah satu kota tertua dan terhening yang
sempat santer diberitakan dirumahnya dulu. Hanya karena nenek tercinta sedang
sakit dan ia adalah cucu pilihan dari sekian banyak cucu yang diminta sang
nenek untuk merawatnya.
Adele bukan gadis
pengeluh. Hanya saja ia sedikit merasa cemas dan..mungkin takut. Backingham
selalu disebut-sebut sebagai kota yang penuh misteri, rahasia, dan banyak lagi
keanehan yang jarang sekali ditemukan warga kota besar seperti Adele.
Tapi semua
kekhawatiran dan ketakutan Adele musnah begitu saja sejak Adele bertemu pria
ini, Ian.
Ian mendekati
dirinya dengan sikap sok kenal, cool, dan seakan melindungi dari beberapa pria
penggoda di kampus. Adele ingat, ia melihat Ian pertama kali saat mereka tidak
sengaja bertabrakan dilorong. Ketika itu Adele sedang ditelpon ibunya dan tidak
melihat sekumpulan cowok-cowok ganteng melintas dan..sahabat setia Adele alias
buku-buku sukaannya jatuh ke tanah.
“maaf..” Adele
melirik profil mereka. Ada Joey, Richard, Ken atau biasa dipanggil Kyura, dan
yang paling depan membuat saraf Adele seakan putus adalah tatapan tajam Ian.
Tak ada senyum saat itu membuat ia merasa ngeri. Adele segera memungut
buku-bukunya dan ia terkejut sekali, Ian berjongkok mengambil satu buku.
“Backing..ham?”
tanyanya dengan suara dingin melihat Adele seperti gadis itu mangsanya. Buku
berjudul History of Backingham dipegangnya erat-erat.
“ehhmm..ya..” jawab
Adele gugup, ingin segera ia pergi darisitu menjauh dari sekelompok penakluk
kampus.
“apa kau..baru
disini?”
“ehh..ya..maafkan
aku..” saat itulah Adele dapat merasakan bola mata indah Ian yang berwarna
merah seperti rambutnya melihat kedalam bola matanya sendiri. Pria itu terkelu
seakan terpesona. Walau bukan gadis sexy dan mencolok, Adele adalah salah satu
gadis incaran banyak pria dikampus lamanya. Ia cantik, ramah, pintar, sopan,
dan mata hazel coklatnya yang menarik siapapun. Termasuk Ian waktu itu.
“Ian..ayo kita
pergi..” sahut Joey.
“ohh..maafkan aku,
nona”
DEG..seringaian itu
membuat Adele cepat-cepat menunduk dan memunguti bukunya. Tidak ingin sampai
pria ganteng nan aneh didepannya ini melihat pipinya merona merah.
Ke empatnya segera
berjalan meninggalkan Adele sendirian
yang masih gugup. Ia harus cepat-cepat pulang ke rumah sebelum hari hujan
karena ia tidak membawa payung untuk melindungi buku-bukunya. Belum lagi
memasak untuk neneknya. Adele segera bangkit dan berlari keluar lorong, tanpa
sadar bahwa bola mata merah Ian kembali menatapnya dingin sampai tubuh mungil
Adele benar-benar menghilang.
“kau tidak ada
kelas hari ini?” tanya Adele pada Ian yang berjalan menjulang disamping tubuh
mungilnya.
“aku bolos..” jawab
Ian lucu.
“kenapa?”
“aku bosan..dan aku
juga ingin bertemu denganmu..”
UKKHH.. hampir saja
Adele tersedak ludahnya sendiri.
“ada perlu apa kau
bertemu denganku?” tanya Adele memalingkan wajah malunya.
“hanya..rindu.. memang
tidak boleh?” seenaknya saja lengan kekar itu bertengger pada bahu Adele.
“hemm..tidak
seperti biasanya” sekarang Adele menunduk malu karena beberapa gadis lain
meliriknya iri, demi tuhan... Ian seperti memamerkan pasangan baru kepada
semuanya.
“kemana saja kau
seminggu kemarin? Aku mencarimu tapi kau menghilang tanpa jejak. Bahkan
darahmu..”
Hah? Darah?
“darah? Ada apa
dengan darahku?” kok Adele jadi merinding mendengar ceplosan Ian yang tidak
sengaja. Ian sedikit panik tapi segera dapat menutupinya.
“ehhmm..maksudku..batang
hidungmu tidak terlihat sama sekali. Darah..itu adalah gurauan penduduk sini.
Bila seseorang yang tiba-tiba hilang, mereka selalu berkata bahkan darahnya
saja tidak tercium” Ian menatap ke segala arah saat menjawabnya.
“hah? Konyol
sekali.. kalian penduduk Backingham memang aneh” olok Adele terkikik.
“kau belum menjawab
pertanyaanku, manis..” Ian menarik lengan Adele.
“aku pergi ke rumah
orang tuaku. Mereka rindu jadi aku ditahan selama seminggu. Terpaksa aku bolos
kuliah..”
Mereka sudah sampai
di lab. Adele membuka pintu putih tersebut dan keduanya segera masuk.
“untung saja tidak
hilang” kata Adele setelah menemukan buku-bukunya tergeletak dimeja praktek.
Ian mendekat dan
melihatnya.
“apa itu?”tunjuk
Ian.
“hanya buku cerita.
Aku membelinya dikotaku. Yaa untuk mengisi kebosanan”
Ian menatap aneh
pada buku Adele.
“Vampire? Buku
cerita apa ini?” tanyanya tidak sabar. Adele tersenyum mengingat itu bacaan
kesukaannya.
“Cuma cerita
komersil. Asmara antara seorang vampir yang jatuh cinta dengan putri adam.
Cinta terlarang sih.. tapi sangat romantis” terang Adele menggebu-gebu, ia suka
menjelaskan. Tapi raut Ian berubah menjadi keras.
“apa yang kau
ketahui tentang vampir,Adele?” ia membuka buku tersebut tanpa membacanya.
“vampir? Yaaa..hanya
semacam manusia memiliki gigi taring yang berbeda dari yang lain..lalu ia
meminum darah...takut sinar matahari..kehidupannya ditengah malam..”
Adele tidak tahu
bahwa tubuh Ian sekarang bergetar.
“dan..mereka hanya
ilusi?”
“APA?” Ian menatap
Adele tak percaya.
“iyaa...tentu saja
vampir hanya dongeng horor. Diabad secanggih ini mana ada manusia minum darah manusia.
Jeruk minum jeruk dong...”
Kata-kata ini
sontak membuat Ian tertawa terbahak. Lesung kanan dipipinya muncul, ia memegang
perutnya karena Adele.
“tapi..cerita ini
bagus. Walau mereka tidak bisa bersatu.. hanya saja aku suka. Cinta antara dua
dunia yang berbeda. Cinta terlarang, sungguh romantis.. andai saja mereka bisa
bersatu..aku menangis loo saat membaca endingnya” tutur Adele. Tawa Ian stop.
Ia menatap Adele hangat.
“kau..ingin cinta
terlarang itu benar-benar ada?” tanya Ian menyingkap rambut coklat Adele ke
telinganya.
“hemm..kalau
akhirnya tidak bisa bersatu buat apa? Percuma, malah akan menyakiti kedua
pihak. Kau mau membacanya,Ian?” Adele menyodorkan buku itu. Agak ragu Ian
menerimanya.
Keduanya diam
selama beberapa detik.
“adele..”
“hemm..”
“apa..kau berniat
untuk kembali pulang ke rumah orang tuamu?”
Ian menunggu
jawaban Adele yang agak bimbang.
“tentu saja..itukan
rumahku..tapi nenek tidak ingin pindah kesana. Ini tempatnya beliau lahir.
Selagi nenek belum sembuh total, aku masih harus berada disini” jawab Adele
sembari menyuguhkan senyum pada Ian.
“kalau kau
pergi..lalu aku bagaimana?” bentak Ian bercekak pinggang.
“hauuss...kau kan
masih punya banyak teman” Adele terkejut saja melihat Ian pertama kali
membentaknya tidak terima.
“aku tidak akan
memiliki teman perempuan lagi. Pokoknya kau tidak boleh kembali kesana!!”
“kenapa kau
mengaturku? Dan apa..kau selalu dikelilingi banyak gadis dan..mereka semua
montok. Kau sangat cepat mengambil hati mereka, jadi toh saat aku pulang tidak
berarti apa-apa dalam hidupmu”
Adele beranjak
ingin keluar dari situ menghindari dari pertengkaran, tapi tiba-tiba bukunya
berdebam jatuh. Ian menarik dan menyandarkan punggung Adele kedinding. Kedua
tangannya segera memenjarakan tubuh mungil Adele dan mereka saling menatap
dengan wajah hanya beberapa inci. Bahkan Adele dapat menghirup aroma dingin
milik Ian yang kini menatapnya tajam tapi juga lembut.
“tentu ada
artinya.. aku tidak membutuhkan mereka..aku hanya butuh kau..” kata Ian parau.
“ke..kenapa?”
“karena
kau..berbeda..”
Keterkejutan Adele
belum habis saat tiba-tiba pria didepannya ini menempelkan bibirnya ke bibir
Adele. Ia rasakan bibir itu dingin dan basah. Ian menghisap bibir bawahnya lalu
sontak terbuka. Lidah nya yang tak kalah dingin menyeruak dan berputar didalam
mulut Adele. Saat lidah mereka bersentuhan, Adele tidak bisa menahan desahan
nikmat. Tanpa sadar tangannya naik berpegang pada kerah baju Ian lalu
melingkarkan pada lehernya membuat Ian semakin mendekat, semakin melumat, dan
menciptakan ruang laboratorium kosong itu menjadi panas.
Kurang lebih lima
menit lamanya mereka menyatukan lidah satu sama lain saat Ian menjauh
membiarkan Adele menghirup oksigen tapi tanpa melepaskan rengkuhan eratnya dan
tatapan sayangnya.
Setelah puas bernafas,
Adele memandang Ian penuh tanya.
“Ian..”
“kau sungguh manis,
sayang. Tidak salah aku memilihmu..” ia menghisap bibir bawah Adele kembali.
**o0o**
Kyura yang jarang
sekali tertawa, kali ini tertawa. Tapi tidak lebar, hanya menarik ujung bibir
dan memperlihatkan gigi putihnya. Ia
membolak-balikkan buku cerita yang dibawa Ian sore ini.
“aku tidak
menyangka manusia membuat cerita konyol seperti ini” katanya lalu membanting
buku tersebut ke meja. Ian menatap ke luar jendela, tangannya bertumpu pada kaca.
Hari sudah gelap dan seperti biasa, malam di Backingham nampak basah karena
hujan dan mengerikan. Sorot mata Ian benar-benar dapat menusuk siapa saja.
“Kyura..” sahutnya
dingin. Kyura mendongak, ia duduk disofa menyilangkan kakinya.
“humm?”
“aku tidak
yakin..dengan janjiku..”
Kyura terkejut.
“apa yang kau katakan?”
“aku..menyukainya..
dia..” jawab Ian menunduk memejamkan mata. Mengingat wajah seseorang diotaknya.
“Watson?”
“..yaa..”
“kau memang
menyukainya bukan? Dan berniat untuk membunuhnya?”
Ian menoleh dengan
garang. Seakan dirinya marah, tapi tidak tahu marah pada siapa.
“mungkin itu niatku
dulu.. tapi sekarang..” Ian terbata-bataa.
“jangan bilang kau
menyukai dalam arti lain. Seperti cerita menggelikan dan menjijikkan ini” kyura
menganggkat buku itu kembali. “ seorang vampir..jatuh cinta..pada putri ADAM?”
Kata-kata itu
begitu menusuk jantung Ian. Dikatupnya rahangnya, kesepuluh jarinya mengepal.
“dan setelah kau
menciumnya, kau merasa hati mu yang membeku seperti es sekarang tengah mencair hangat
karena..cinta? jatuh cinta?” ejek Kyura tetap dengan gaya wibawanya disofa.
Ian menatap Kyura
melotot dan sedikit malu,”bagaimana kau tahu?”
“hahaha..” Kyura
tertawa riang yang ditelinga Ian begitu memuakkan. “aku sangat mengenal dirimu
Adrian. Kita bersama sudah lebih dari berpuluh ribu tahun. Kau belagak seperti
aku hanya seorang teman biasa” ia mengangkat bahu.
“kau tidak
mengerti,Kyu..” Ian menendang rak buku kecil hingga isinya jatuh berantakan.
“aku
terpesona..dengan matanya..”
“kau juga mengatakan
itu dulu..pada janjimu..” kyura mengingatkan.
“saat aku
melihatnya..membuatku sayang..untuk menghilangkan warna indah bola matanya.. ku
akui aku tidak bisa ingat akan janjiku..”
“apa yang lain
tahu? Jo? Richard?”
“hanya kau..”
Kyura melengos
sebal dan mengetuk-ketukkan jari pada lututnya.
“lalu..kau
mencintainya?”
“aku tidak tahu apa
ini cinta bullshit seperti buku itu. Aku juga tidak berniat berubah seperti
ini. Tapi..aku begitu menyukainya..” desah Ian. Matanya menjadi redup.
Dipikirannya hanya Adele..Adele..dan Adele.
“dalam cerita ini,”
Kyura membuka buku itu lagi. “seorang vampir biasa, jatuh cinta pada seorang
putri adam ketika mereka bertemu dimalam
hari tanpa sengaja. Sang gadis yang tidak tahu bahwa si pria adalah manusia setan
penghisap darah bangsanya, tetap mencintai sang vampir dengan segenap hati.
Yang membuat perbedaan disini adalah.. kau bukan vampir biasa, Ian. Kau putra
bangsawan bangsa kita. Kau tidak bertemu dengan Adele..”
“WATSON” bentak Ian
marah tidak ingin Kyura berkata seenaknya.
“baiklah..Miss
Watson--pada siang hari. Sang putra mahkota tertarik untuk membunuh gadis itu,
tapi dalam usaha pendekatannya, ia malah JATUH CINTA?” tekan Kyura bangkit
berdiri.
Ian menunduk,
terkelu tidak tahu harus berkata apa-apa karena serangan Kyura yang
mengingatkan pada kedudukannya saat ini.
“tak ada yang
melarang kau membunuhnya. Tapi ada larangan keras, bahwa vampir dilarang jatuh
cinta..dengan bangsa manusia. Ingat itu, Pangeran Adrian!”
Tatapan merah
antara dua vampir remaja itu beradu kuat. Semua perkataan Kyura benar-benar api
dalam tubuh Ian berkobar. Bagaimana ia bisa menyelesaikan semua ini?
“kau mau kemana?”
tanya Ian tanpa berbalik menghadap Kyura yang membuka pintu.
“aku haus.. aku
akan menyusul Joey yang sedang menyesap darah pembantu dari Norwegia itu. Kau
tahu, bola matanya berwarna hijau. Rasanya aku sayang untuk menyesapnya.
Tapi..karena haus..mau bagaimana lagi..” penutup dari Kyura plus ejekan yang
lagi-lagui mengena di hati Ian.
Kyura adalah
sahabat Ian paling dekat. Jarang bicara, tapi kalau sudah berkata-kata sangat
menusuk. Ia suka menasehati Ian banyak hal seperti malam ini. Membuat Ian
galaunya bukan main. Kyura penjaga rahasia yang baik, tidak pernah tersenyum
dan suka dengan darah wanita daripada lelaki.
Ian duduk disofa
bekas sahabatnya duduk baru saja. Ditutupnya muka, mencoba menghilangkan sebuah
wajah cantik diotaknya. Adele berkelebat terus dalam pikirannya. Ia sentuh
bibirnya sendiri. Ciuman siang ini benar-benar manis. Ia tahu darah Adele pasti
segar dan rasanya sangat-sangat manis. Tapi pancaran dari bola mata hazel
miliknya membuat Ian tidak ingin melaksanakan janjinya sendiri kepada Joey,
Richard, dan Kyura. Bahwa, ia akan membunuhnya. Ian akan membunuh Adele...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar