Sabtu, 16 November 2013

INTERVIEW




“uhum..daahh omma” aku menutup gagang telpon dengan pelan lalu menghembuskan nafas. Aku kira dari perusahaan mana. Tidak tahunya omma yang mengabari bahwa dirinya tengah menjadi tenaga kerja pembantu diperkebunan milik kepala desa di desa Jeju, desa kelahiranku.


Aku tahu, sebenarnya omma ingin meminta kiriman uang padaku. Hanya saja beliau pasti paham, putri satu-satunya ini masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai gelar sarjananya. Mana mungkin tega?

Nama ku Goo Hyesun. Gadis desa yang pindah ke ibu kota Korea Selatan untuk kuliah dan mencari pekerjaan. Garis bawahi, sendiri. Sudah 2 bulan lebih bahkan hampir 3 bulan, lamaran yang aku letakkan diberbagai perusahaan besar sampai perusahan kecil belum ada panggilan sama sekali. Apa surat lamaranku jatuh dilubang WC? Kenapa satupun tidak ada yang menanggapi. Sungguh jahat. Padahal aku bergelar sarjana ekonomi di Universitas Sunkyukwan. Kurang apa?

Sejak kepala keluarga dikeluargaku meninggal 3 tahun lalu, akulah sang pencari nafkah utama. Pengalaman kerja ku hanya sebagai waitress sebuah restoran cukup besar. Hanya saja, masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup ini.

“omma bilang apa?”
Aku menoleh, bangkit dan ikut duduk disofa tepat disampingnya. Ia menatapku dengan senyuman hangat.
“ada sesuatu yang terjadi disana? Hummm?”

Dia, Lee Minho. Pacar? Entahlah. Kami diperkenalkan dari salah satu kerabat, pandangan kami yang memancarkan ketertarikan satu sama lain dari pertama jumpa membuat hubunganku dengan minho mengalir seperti angin. Kita tidak pernah membahas cinta, bahkan minho juga tidak pernah mengajakku menjadi kekasih resminya yang dibangga-banggakan layaknya semua orang. Kami hanya tertarik, suka, dan beginilah. Tapi..dalam kebelengguan hidupku, aku senang dia muncul. Setidaknya dia adalah penopang kegelisahanku.

“ahni. Omma bilang dia menjadi tenaga kerja pembantu dikebun milik kepala desa. Aku jadi merasa tidak enak padanya..” kuluruskan kedua kaki ke atas meja.
“mau kupinjami uang?”
“andwee” aku tersentak.
“kenapa? Ibumu mungkin membutuhkan uang” nasehat Minho.
“tidak,Minho. Aku tidak mau berhutang lagi. Sudah cukup...”
“kau bisa membayarnya selama yang kau inginkan. Asal kau masih bersamaku. Dan..” Minho mendekatkan wajah membuat nafas harumnya itu lohhh bisa aku pingsan sekarang juga.
“apa?” tanyaku ragu.
“kau tidak perlu mengembalikan pinjaman dengan uang juga. Tapi dengan cara ini misalnya..”

Tangan kekarnya bermain diujung dadaku dengan nakal dan bibir sexynya mencium belakang telingaku.
“apa sihhh..minho hentikan!” tangannya kutampik. Hampir saja aku terpancing nafsu dibuatnya dan dia hanya tertawa.
“aku kan hanya menyarankan”
“saran yang gila. SARAN CABUL!”

Aku berdiri menuju dapur hendak membuat teh panas.
“lalu.. apa kau sudah menemukan lowongan baru lagi? Dimana korannya?” Minho mencari koran pagi ini.
“ada ditempat tidur”

Minho terkejut, agaknya karena coretan berupa lingkaran merah sudah memenuhi hampir lembar koran berisi job vacancy tersebut.
“apa-apaan ini? Kau bermaksud mengirim surat lamaran ke semuanya?” aku mengangguk.
“sudah jelas bukan”

Ak tidak tahu apa yang dikatakan Minho dalam hatinya. Tapi wajah ibanya padaku itu sangat terlihat. Dia mengasihi aku ternyata, aku senang.
“hyesun..”
“uhhmm?” aku datang membawa dua cangkir teh panas.
“bagaimana..kalau aku mencarikan pekerjaan untukmu diperusahaanku? Mungkin..”
“ahni”
“mwo? Kenapa kau menolak lagi sih?” tanya Minho berang.
“kau kasihan padaku? Jangan khawatir. Aku sudah terbiasa hidup keras seperti ini”
“kau selalu begitu..”
“aku lebih suka dengan usahaku sendiri, sayang. Aku tidak ingin merepotkan siapapun. Kau juga bilang bahwa kantormu sedang sibuk-sibuknya. Aku tidak ingin kau terbebani Cuma gara-gara aku” jawabku manis dan mengecup pipinya.
“cihh..aku tidak merasa terbebani” rutuk Minho kesal melipat tangannya.

Aku tersenyum lembut menatapnya. Sebagai seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan properti-kata dia sih, dia teramat dewasa dan selalu menjadi panutanku. Aku selalu mempunyai rasa menghormati dan menghargai Lee Minho. Tidak bisa dipercaya aku menyukai dan menyayangi orang lain seperti ini.

“benar kau tidak ingin kupinjami uang? Setidaknya untukmu sendiri?” Minho menatap penuh perhatian. Ku biarkan senyumku mengembang dan kusandarkan kepalaku dibahu kokohnya seperti batu.
“gwencana. Aku masih punya sisa tabungan. Jangan cemaskan aku. Huuhh..hari masih siang. Karena kau libur, jangan bicarakan hal-hal menjemukan ini. Kita bersenang-senang saja yaaa” ujarku manja.
“baiklah. Mari kita bersenang-senang” Minho mematikan televisi.
“kenapa dimati..aakkhh”

Bagaimana tidak menjerit, aku digendong seperti ini. Minho segera membuang tubuhku ke ranjang lalu ia membuka kaos putihnya sendiri dan membuangnya.
“heehhh..aku sedang tidak mood bercinta denganmu” aku berbaring miring menghadap dinding mengacuhkan Minho.
“yaahhh...kenapa sih? Bukannya kau yang mengajak ku bersenang-senang” ia ikut bergabung diranjang dan memeluk pinggangku sangat erat.
“tapi bukan begini, bodoh”
“lalu..yang bagaimana?”

Demi tuhan, geli sekali rasanya. Jemarinya itu menyusup ke kaos putihku dan menggrayangi dada ku yang..upsss...kenapa aku tidak memakai BRA?aku lupa.
“tuhkan, sayang. Kau berniat menggodaku sejak tadi pagi. Aku sudah tahu kalau kau belum memakai bramu. Terlihat dari luar tahu” bisik Minho menggoda.
“engghhh..akhu..lup..pa..” erangku nikmat.
“bagaimana kalau yang datang bukan aku? Kalau tukang pos, tukang ledeng, om-om genit yang datang. Kau bisa habis dimakan mereka sebelum aku kemari” wanyaaaa kenapa pakaian ku sudah hilang semua begini? Minho cekatan kalau seperti ini.

“kau..om..om genitnya...bodoh..”
“ahaha..kau benar..” selanjutnya. Aku tidak sanggup membuka mata. Terlalu menikmati surga dunia yang diberikan Minho. Perbuatannya sukses membuatku mengalami multi orgasme yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Nafasku tersengal meletakkan kepala didada bidangnya. Kulihat dia memejamkan mata mencoba mengatur pernafasan. Dia hebat, sungguh hebat. Lututku selalu dibuatnya lemah.
“kau tahu..sayang”
Ia membuka mata.
“aku senang..kau disini..”

Kata-kata ini cukup ambigu. Tapi Minho sangat mengenal diriku. Itu artinya, aku senang Minho ada untuk menyeka kesedihanku walau sementara. Penopang hidup dan teman berbagi ceritaku.
“aku selalu mencoba yang terbaik..untukmu..”
Aku terharu. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan mencium bibirnya dengan bibirku yang bengkak dan berdarah.
“aahhhahah.Mian, kau berdarah. Sini..” ia menghisap darah ini. Mencoba merasakan darahku yang pernah ia katakan sangat manis. Dan ia berharap ia adalah Edward cullen dan aku Bella Swan. Ya ampun gak nyambung lol.

Langit sudah mulai gelap. Tapi aku masih terbaring dengan selimut diranjang. Kulirik Minho disampingku yang tertidur pulas. Astaga, tidur dengan mulut terbuka saja ia tetap tampan. Aku beruntung memiliki dia.
Sabtu ini kami menghabiskan hanya ditempat tidur. Bercinta dan bercinta. Minho bukan main pantang lelahnya. Makanya sekarang dia seperti menjadi sleeping beauty.

Tunggu dulu, memiliki? Mungkin saja..ia sudah mempunyai wanita lain. Atau lebih parah, istri. Hatiku terasa perih membayangkannya. Minho sudah mengenalku. Karena aku selalu berbagi cerita dari kisah buruk maupun bahagia. Tapi Minho? Tidak pernah.
Namanya Lee Minho. Pegawai dari perusahaan properti yang dia tidak ingin memberitahu apa nama perusahaannya. Dia datang ke apartemen kecilku hanya hari jumat sore, sabtu pagi, dan menginap sampai Minggu malam. Lalu ia menghilang dengan alasan bekerja, tanpa ada SMS atau telpon. Ia selalu jalan kaki kalau kemari. Suka membawakanku makanan mewah yang katanya..ia dibelikan bosnya. Lucu.

Lalu.. lalu.. hanya itu? Ya tuhan Goo Hyesun. Kau sama sekali belum mengenal pria yang berkali-kali memanaskan dan mematahkan ranjangmu ini. Bagaimana kalau dia sudah mempunyai..glekk ..istri? apa aku wanita simpanan? Pelepas hasrat nafsu belakanya saja?
Kami memang tidak pernah mengatakan aku cinta kamu. Walau hanya sebatas kata, tidak pernah. Hubungan kami hanya sekedar suka dan pelampiasan gairah sex saja. Tapi sungguh, kenapa aku merasa tidak berdaya sekarang, memandang Minho dengan pikiran kalau-kalau istrinya sedang menunggu dirumah.

Berhenti Hyesun.. jangan memikirkan hal negatif. Aku menggelengkan kepala. Walau aku wanita simpanannya, setidaknya aku bahagia. Pernah mengenal dan bersamanya.

**o0o**

Hari telah berlalu dengan mendung dihatiku. Sama seperti sebelumnya, tidak ada panggilan dari perusahaan manapun. Dan batang hidung Minho juga tidak terlihat seperti biasanya. Hari ini hari selasa. Makanya ia menghilang bak diculik segerombolan mafia penagih hutang. Masih 3 hari lagi bila bertemu dengannya. Padahal aku sudah merindukannya. Lebih tepatnya sih rindu belaiannya. Adegan bercinta kami yang terakhir tidak bisa kulupakan dengan mudah. Minho benar-benar membuatku sampai menggeliat seperti ular dan menjerit-jerit puas.

Membayangkan didapur begini wajahku berubah sangat merah. Habiss...kami melakukannya di..pertama ranjang, lalu sofa, shower, dan..ehhmmm dapur ini. Bercinta didapur, ya ampunnn aneh sekali. Tapi sensasinya berbeda dann...CUKUP CUKUP. Menganggur begini membuatku berpikir jorok di siang bolong. Fokus Hye, fokus. CARI KERJA!

Rasanya duit tabungan akan segera habis hanya untuk membeli koran, dan angkutan umum untuk transportasi menuju perusahaan dan meletakkan surat lamaran yang tidak pernah dihiraukan.Tak ada masukan sama sekali. Minho..aku kangen..aku butuh kau..

“dibutuhkan office girl. Enak saja, aku kan sarjana ekonomi masa iya jadi OG” kucoret lowongan tersebut dengan spidol merah.
“accounting sebuah Bank, pandai berbahasa inggris dan Mandarin dengan baik. Pengalaman kerja min 3 tahun. Aku bekerja sebagai waitress hanya setahun. Heeehhh” coret lagi.
Coret..
Coret..
Capek..
Coret..
Putus asa dan...

“dibutuhkan sekretaris. Min  1 thn pengalaman kerja. Menguasai bahasa inggris dan mandarin dengan baik. Diutamakan mahir manajemen. Usia 22-35 tahun. Korean Global Production. Yap” centang....

**o0o**

BLUKKK...
“ehhh..ada apa ini?” Minho bertanya riang ketika tiba-tiba aku menyambutnya dengan pelukan erat saat ia membuka pintu.
“coba tebak” aku berkata lucu. Senanggg sekali.
“ehmmm..kau menemukan celana dalam berenda yang lucu ditoko?”

BUKK..
“aduhhhh”
“datang-datang sudah memikirkan celana dalam. HUH” aku menimpuknya dengan gagang telpon yang kubawa. Minho hanya tersenyum konyol.
“lantas apa? Sesuatu membuatmu bahagia?” ia menyampirkan lengan kanannya ke bahu ku dan menuntunku duduk disofa.
Aku tersenyum lebar,”sangattt bahagia”
“apa itu?”
“aku...dapat panggilan..” teriakku senang.
“jeongmal?” minho terkejut. Tapi sudut bibirnya membentuk senyuman kecil dan tidak percaya.
“yaa. Aku diinterview senin besok. Ya ampun..bagaimana ini..aku senang sekali..” aku menutup bibirku tak menyangka.
“selamat sayang..kau berhasil..” dia mencium pipiku lamaaa sekali.
“gumawo..” dan mataku pun berkaca-kaca.

“ah iya.. aku harus menyiapkan baju kerja untuk interview besok” aku bangkit dan membuka lemari lebar-lebar. Mengeluarkan semua pakaian formal yang ku punya. Saking sibuknya, aku tidak tahu kalau Minho menatapku dengan mata tajamnya dan tersenyum sangat hangat hingga mata kami bersiberok.
“kenapa?” tanyaku heran. Ia menggeleng.
“ahni..hanya..sudah lama aku tidak melihat kau sesenang dan sesemangat ini. Aku ikut bahagia melihatmu..”
Ya ampun miapaaa? Hatiku meleleh mendengar pernyataan Minho. Aku seperti anak burung yang sekarang sudah bisa terbang sendiri dan Minho adalah induknya yang bahagia melihat anaknya tumbuh dewasa.

Aku mendekat, duduk dipangkuannya dan melumat bibirnya mesra.
“terima kasih sayang. Kau tahu, kau ada disaat aku jatuh. Dan sekarang, setelah berhasil..kau pun juga masih disini. Terima kasih sudah menemaniku sejauh ini. Aku sangat bersyukur..aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau aku sendiri. Mungkin aku sudah putus asa sejak dulu..”

Minho memasang wajah berpikir yang membuatku terkikik.
“tapi ini kan hanya interview. Bagaimana kalau kau gagal?” godanya.
“aku pandai berbahasa inggris,spanyol,mandarin jepang, dan..prancis. aku mahir menghitung keuangan perusahaan, dan aku juga jujur serta rajin dalam bekerja. Bos ku dulu mengatakan seperti itu padaku. Hanya masalah waktu perusahaan besar menyadari bahwa ada wanita briliant dan sexy disini..” kataku sombong.
“mwo? Apa maksudmu sexy? Jangan bilang..kau akan mengenakan rok mini ketat untuk menarik perhatian yang mewawancaraimu” kata Minho geram, matanya melotot membuat aku tertawa.
“ehhmmm mungkin..usulmu ide yang baik”
“sialan kau..”

Hatiku sedang senang. Semangat dan bergairah. Aku merelakan diri dengan tawa bahagia untuk Minho. Mungkin terdengar berlebihan. Tapi entah kenapa, aku mempunyai firasat aku akan diterima dipekerjaan tersebut.
“eehhh tunggu. Kau kan belum mandi?” kutahan dadanya yang menindihku.

Minho melepas dasi dan kemejanya,membuang semua itu kelantai.
“iyaaa aku mandi. Mandi denganmu”
Tanpa menutup pintu kamar mandi, kami berdua melepas hasrat dibawah guyuran air hangat yang membuat tubuh kami sangat sangat panas. Bahkan penyerangan Minho yang liar membuat ia hampir saja terpeleset karena lantai yang licin kalau saja ia tidak memegang tubuhku begitu erat.

**o0o**

“JANGAN PAKAI ROK MINI KETAT!
 JANGAN MEMAKAI BLUS KETAT!
 PAKAI CELANA DAN KEMEJA PANJANG BERWARNA GELAP!
INGAT ITU!!!
~LMH~”

Sok sekali dia. Tapi baiklah. Aku menuruti semua kemauannya. Kumasukkan kertas kecil itu ke dalam tas hitam yang ku bawa. Saat aku bangun subuh tadi, Minho seperti biasa. Menghilang, kali ini berbeda dengan kepergiannya. Meninggalkan pesan dinotes dengan tulisan besar-besar. Jujur aku senang, walau agak kesal. Ia posesif. Bukankah itu tanda ia menyayangiku?
Tanpa sadar, taxi ini sudah berhenti di sebuah gedung megah. Ya tuhan.. benar-benar megah.
Aku diterima-baca di interview- disebuah perusahaan yang sangat berhasil. Dindingnya saja seperti berkilau emas dan perak.

Aku berusaha biasa dan besikap berwibawa walau dalam hati groginya minta ampun. Semangat Hyesun! Semangat!!
“permisi, ada yang bisa saya bantu” tanya wanita berseragam coklat resmi,tersenyum.
“ya. Saya dipanggil untuk memenuhi interview siang ini” jawabku.
“ohh, mari. Saya tunjukkan ruangannya”

Aku dibawa kelantai 8 dan menuju ke sebuah ruangan yang.. sepi?
“maaf, apa aku terlambat agashi?” tanyaku merasakan sedikit ngeri.
Wanita itu hanya tersenyum tipis. Ia menyuruhku duduk sebentar dan ia menghilang dibalik pintu besar didepanku. Selang beberapa menit, ia kembali.
“agashi, silahkan masuk. Anda akan diinterview dengan 4 orang CEO perusahaan kami. Beliau telah menanti anda”
“ohh,dhe. Kamsahamida”

OMG telapak tanganku berkeringat. Semoga aku lulus ujian ini. Sembari berdoa dalam hati, aku berjalan masuk dan..

Aku ingin pingsan bukan karena takut.
Aku ingin pingsan bukan karena gugup dan grogi.
Aku ingin pingsan bukan karena wajah 4 orang power rangers ini terlihat garang.
Tapi aku ingin pingsan karena..salah satu dari ke empat orang ini membuatku mati kutu,mati rasa, mati segala-galanya. Darahku membeku,bibirku terkelu.

Lee Minho dengan seringaiannya yang khas dan mata tajam mempesonanya yang biasa ia tunjukkan padaku, berdiri paling ujung mengenakan setelan jas hitam, dasi yang naik, dan tanda pengenal CEO???

Dia CEO tempatku melamar pekerjaan? Mampuslah aku..

“silahkan duduk,nona” aku tersentak dari lamunan. Si pria botak berkacama mempersilahkan duduk di kursi tengah dihadapan mereka.
“ohh dhe..” kataku gugup.

Aku tahu. dia masih memandangku dengan pandangan mematikannya. Aku tertunduk seakan takut. Tidak menyangka. Ini kebetulan,atau...memang rencananya?
Kalau saja ini bukan diruang interview, aku bakal memeluknya,menciumnya, dan bercinta hebat dengannya, seperti kemarin.
Tapi tidak untuk sekarang. Aku ingin membunuh setiap orang yang bernama Lee Minho terutama..DIA

“baiklah nona..Goo Hyesun. Biarkan kami memperkenalkan diri dulu. Saya Choi Seung Wook, saya akan menginterview anda menggunakan bahasa Korea bersama dengan Tuan Yoon Jang Heun. Lalu Tuan Albert Minosa menggunakan bahasa Inggris. Dan yang terakhir..”

Belum sempat Seung Wook melanjutkan kata-katanya, ehh sudah dipotong pria genit itu.
mon nom est Lee Minho. Je vais interviewer vous utilisez la langue française

Drum teratak dumdum cesss... itu bunyi perutku saat ini. Rasanya aku sudah tidak bisa menyombongkan diriku lagi. Melihat pria ini..pria ini.....


“ceritakan tentang diri anda”

“Nama saya Goo Hyesun. Umur 25 tahun. Saya lulus dengan gelar Sarjana Ekonomi summa cumlaude, pengalama pekerjaan saya satu tahun..”

“Mengapa Anda meninggalkan pekerjaan anda sebelumnya?”

“pekerjaan saya kurang bisa memenuhi kebutuhan hidup saya. Dan saya..”

“Describe a time when you had to work under pressure”

I will never give up. I'll try to beat all the pressures, and ..

puis-je demander à propos de la vie privée? 
Apa ia tidak bisa melihat bola mataku penuh dengan api saat dia melontarkan pertanyaan itu padaku? Kurang ajar sekali.

oui..monsieur” aku menunduk mengepalkan kesepuluh jari erat-erat.
comment vous dépensez votre premier salaire après que vous travaillez ici?” semuanya menunggu.
Aku terdiam mendengarnya. Yang aku pikirkan sekarang hanya omma, bekerja di kebun, berkeringat, mencoba bertahan walau kaki rentanya sejujurnya akan roboh setelah ini.

Je .. veut utiliser l'argent pour prendre ma mère à l'hôpital premier chèque de paie
Minho tersentak.
quoi? pourquoi?

Aku merasakan mataku berkaca-kaca.
pour être honnête, je ne sais pas ce qu'il faut utiliser l'argent pour rien. souvenir de la mère malade. et il continue à travailler fortement à un âge avancé. Je serais très heureux de voir ma mère bien à nouveau. et cet argent lui permettra de rester avec la très jolie, je suppose” aku menatap Minho dan kami saling berpandangan. Minho dengan ekspresi tidak dapat dibaca.

Keterdiaman menyelimuti kami, hingga..
“well, aku rasa wawancara ini cukup sampai disini. Terima kasih untuk keseganan anda nona Goo. Jawaban yang briliant. Kami akan mempertimbangkan anda, dan tunggu panggilan dari perusahaan kami” Choi Seung Wook berdiri memberi seutas senyum.
“kamsahamnida, Tuan”

Saat tanganku berjabatan dengan Minho, remasannya cukup kuat membuatku merasakan panas dalam tubuh ini. Astagaaaa....

excellente réponse, Miss” ujarnya dengan seringainnya lagi.
je vous remercie, monsieur

**o0o**

Setelah sampai dirumah, aku membanting tasku kencang. Rasanya aku ingin marah. Ingin mendamprat wajah tampannya itu dan menghina-hinanya. Apa sih maksudnya?
Pertemuan yang tidak terduga, atau kebetulan saja aku bisa melamar di tempat itu dan kebetulan..kebetulan..tapi dia bilang dia pegawai biasa.. sial..

Terdengar engsel pintu berbunyi. Aku menoleh. Bagus, pria itu kembali kemari. Siapa lagi yang mempunyai kunci apartemen kecil ini selain aku pemiliknya dan dia. Aku ingat, aku memberikannya kunci cadangan supaya ia bisa keluar masuk seenak ususnya. Itu permintaannya.

Benar saja, ia masuk dengan penampilan..tidak sama seperti tadi. Jasnya sudah hilang entah kemana. Aku segera berlari mendekatinya dan berteriak.

“KAU..KAU PEMBOHONG..KAU PENIPU..” kupukul dadanya keras-keras.
“tunggu..biar aku jelaskan Hyesun..berhenti..” ia mencoba memegang kedua tanganku yang sibuk memukulnya.
“sudah jelas semua. Kau menipuku. Kau kasihan padaku bukan? Lalu kau merencanakan semua ini dengan sempurna.. kau pikir aku memang benar-benar tidak bisa mendapatkan pekerjaan lain? Kau menginjak harga diriku, begitu?” kataku seraya meneteskan air mata.
“untuk apa aku menginjak harga diri orang yang kucintai?” raungnya membuatku stop.

Apa yang ia katakan tadi?

“ku tawarkan semua yang kupunya tapi kau selalu menolak. Kau berlaku kau baik-baik saja sementara aslinya, tidak. Dan apa aku hanya berdiam diri saja? Sia-siakah kebersamaan kita kalau ternyata kau memang tidak pernah menganggapku ada? Kau selalu berusaha berdiri sendiri membuat aku merasa jauh bila bersamamu..” katanya pelan. Air mataku tidak berhenti mengalir.

“aku mempercayaimu,Minho. Dalam hubungan kita yang tidak jelas seperti ini..”
“tidak jelas bagaimana? Jadi semua cerita indah kita hanya kau anggap tidak jelas?”
“kau bahkan tidak pernah menceritakan kisah hidupmu sendiri, aku tidak tahu mungkin saja kau memiliki..istri..anak..dan kau juga membohongiku? Mengaku pegawai rendahan, tapi nyatanya. Sang bos besar yang berbicara dengan bahasa prancis?”
“apa kau mau tahu..” tanya Minho putus asa.
“apa?”

“aku hanya melakukan ini..hanya denganmu.. aku bukan pria romantis seperti pria lain, yang selalu mengungkapkan rasa cinta pada gadisnya. Dan bercerita panjang lebar. Aku senang kau..mempercayaiku. membagi semua keluh kesahmu seakan aku ini adalah pasangan hidupmu..”

Aku bersandar pada dinding karena sepertinya tubuh mungilku ini sebentar lagi akan jatuh mendengar semua pernyataan Minho.
“lalu..mengapa kau membohongiku?”
Minho mendekat, mengunci tubuhku diantara kedua lengannya yang berpegang pada dinding. Memenjarakanku.
“aku tidak ingin kau menjadi merasa rendah bila tahu asal-usulku.. aku takut kau akan menjauh dariku..”

Yang bisa aku lakukan hanyalah menangis. Entah menangis sakit hati atau lega. Ia memelukku begitu erat dan rapuh. Aku menangis didadanya. Batu hitam yang mengganjal hatiku seperti hancur sudah. Minho berbohong dengan alasan dia tidak ingin aku pergi meninggalkannya. Sebegitu dalam kahnya cintanya padaku?

“bagaimana bisa kau mengira aku sudah punya istri..” kata Minho serak. Aku terisak tapi tersenyum.
“karena kau memang tidak jelas. Datang dan menghilang. Mungkin saja kau membagi hari-harimu dengan istrimu, lalu denganku..aku seperti wanita simpananmu..” terangku semakin memeluknya.
“kuakui aku memang yang menciptakan situasi seperti ini sehingga kau berspekulasi seperti itu. Maafkan aku, dan percayalah padaku..seperti hari-hari biasa..”

“aku mencintaimu,Lee Minho..”

Semuanya sudah jelas kan. Hubungan samar yang kujalani dengan Lee Minho sudah terbuka kain putihnya. Bahkan ia yang katanya-tidak biasa mengungkapkan cinta, sekarang bisa melakukannya. Dan padaku.. senang sekali..

“lalu kau..akan menjadi sekretaris Lee Minho..”

“apa?”

“sekretaris pribadi Lee Minho.. di kantor..dan dirumah..”  bisiknya parau dan tangannya bermain dibawah celanaku.

“QUOI????”

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar