Sabtu, 16 November 2013

LOVE FROM THE HELL (bab 6)



Created by Aii D.Luffi or Aii Cicuit

Bab 6

“selamat datang dirumahku” sambut Alfian bangga.

Andrea mengikuti seretan Alfian pada pergelangan tangannya masuk ke dalam ruangan yang memiliki pintu utama besar—berwarna putih terukir ukiran emas. Dia sempat melihat sebuah singkatan sekilas pada kenop pintu emasnya berkilau dengan pandangan bingung.
“AJD?” Alfian tersenyum hangat.
“Alfian James Dunkan”

“apa ini benar-benar rumah pribadimu?”
“ya,saat aku masih bekerja di London. dan sekarang berpenghuni kembali” Alfian berkata seolah-olah begitu merindukan rumah prancisnya tersebut.

“selamat datang kembali Mr Dunkan,dan Miss Dunkan” seorang wanita tua sekitar 40 tahun menyapa keduanya begitu sopan dan tersenyum ramah. Rambut keriting yang dipotong pendek,memakai baju putih berkerah dan berlengan panjang. Rok hitam se mata kakinya cukup bersih. Disampingnya berdiri seorang pria sekitar 50 tahun,hanya dibalut kaos coklat tampak usang,celana training biru belel dan menggenggam topi jerami tua—juga ikut menyapa sambil tersenyum.

“Andrea,kuperkenalkan..Ini Rose Jason,kepala pelayan rumah tangga disini,dan ini suaminya,Abraham. Beliau tukang kebun. Mereka suami istri. Yang selalu merawat rumahku dengan baik. Hai Aby,hai Rose. Senang bertemu kalian lagi” Alfian memperlihatkan sederet gigi putihnya. Mr dan Miss Jones mengangguk hormat.
“halo,senang berkenalan dengan kalian. Aku Andrea” biasanya,wanita ini tidak pernah mau berkenalan dengan seorang pelayan. Bahkan selalu mengacuhkan. Tapi kali ini berbeda,ia harus menjaga sikap pada babu suaminya agar image baik tetap terjaga,dan alasan yang terakhir karena Andrea terbawa suasana bahagia Alfian.

“Ya,Miss Dunkan. kami juga senang bertemu anda. Miss sangat cantik melebihi apa yang saya bayangkan” puji Miss Jones membuat Andrea tersenyum santai.
“ayo,kutunjukkan bagian dalam rumahku”
.
.
.

Andrea dibuat terperangah akan kemewahan yang ada dirumah ini,beberapa perabot hiasan rumah tangga itu sebagian besar terbuat dari emas,perunggu,yang agaknya Alfian kumpulkan dari negeri lain. Tidak disangka playboy macam dia bisa mengkoleksi benda-benda mahal seperti ini.

Dua permadani panjang berkulit warna singa putih—terletak diruang keluarga yang cukup luas untuk berlari anak-anak. Ada sebuah televisi plasma,perapian cantik khas Prancis,Piano hitam, dan jendela kaca tingginya mencapai atap—memperlihatkan suasana damai dan tenang dikebun belakang rumah. Andrea mendekat menyibak gorden tipis samar dan menatap ke arah pemandangan. Kebun Alfian tertata apik dan rapi,bunga anyelir,mawar,tulip hidup disana. Ditengah-tengah mekarnya bunga,ada sebuah danau kecil membentuk lingkaran. Sungguh indah.

Alfian berdiri disamping Andrea.
“aku tak percaya kau memiliki rumah keren seperti ini” canda Andrea terkekeh.
“memangnya apa yang kau pikirkan?”
“aku membayangkan,rumahmu besar dan terisi oleh benda-benda tidak penting. Sofa usang,penuh makanan basi,botol beer bekas,dan..dikamarmu pasti ada poster Paris Hilton telanjang,atau Pamela Anderson? taruhan akan itu” Alfian melotot saat Andrea tertawa.

“aku terima taruhanmu. Jika kau menang,aku akan menuruti semua kemauanmu. Dan jika kau kalah..” Alfian berbisik tepat ditelinga kanan istrinya menggoda.
“kau yang harus menuruti kemauanku,manis” Andrea terkesiap membelalakkan mata.Mengerti apa yang dimaksud pria ini.
“Ayo kita buktikan bagaimana suasana kamarku”

Alfian lagi-lagi menyeret lengan Andrea dan kali ini menuju lantai dua dimana kamar sang Raja berada. Tangga berkarpet kain flanel merah itu memiliki rute memutar yang cukup rumit. Pegangannya dihiasi emas—Alfian menyukai emas rasanya.
“tuan,kopernya..” sahut Mr Jones tiba-tiba.
“nanti setelah aku selesai,bawa itu ke ruanganku,Aby!” Alfian menjawab sambil mulai menapaki beberapa anak tangga—diikuti Andrea.

Menatap disekeliling,mengapa ada begitu banyak ruang keluarga yang tak terpakai.
“apa gunanya mempunyai banyak ruangan berkumpul untuk rumah satu orang bujangan seperti kau?”
 “kepuasan batin,sayang” jawab Alfian santai. Andrea manggut-manggut. Apakah Alfian mempunyai rumah sebesar ini dan tinggal seorang diri agar bertujuan mengadakan pesta pribadi yang besar? Atau tempat dimana Alfian menyalurkan hasratnya pada kalangan wanita murahan? Mungkin bisa dikatakan seperti itu.

Alfian membuka pintu yang Andrea yakini itu adalah kamar Alfian. Memiliki dua daun pintu besar menjulang berwarna coklat pekat. Alfian benar-benar dirasa cocok dengan Andrea. Sama-sama penyuka selera tinggi dan berkelas.Pria tersebut menjeblakan pintu lebar-lebar dan disinilah Andrea.

Sebuah permadani—lagi—yang berkulit singa loreng berwarna oranye terletak ditengah-tengah kamar,bersamaan dengan meja bundar hitam,lalu jendela kaca lebar. Andrea menengok ruangan disebelah kanan,baru tampak bed master  berkelambu mahal,kayunya kokoh,sprei merah sutra sexy diselipi warna hitam. Dindingnya berwallpaper ungu dan hitam gelap. Ada sebuah ruangan satu petak luas sebagai ruang wardrobe Alfian. Kumpulan jas,kemeja,dasi,sepatu,jam tangan terletak rapi dan dia hanya tinggal mengambil lalu memakainya.

“dimana nanti aku akan meletakkan pakaianku?kau tahu..rasa-rasanya semua gaunku juga perlu ruangan seperti ini..” ujar Andrea santai tapi menyudutkan Alfian seolah memaksa—ia menutup kamar itu. Alfian mengangkat bahunya datar.
“kita bisa berbagi. Aku akan suka menemukan baju-bajumu,alat make up dan lainnya ditempat penyimpanan pakaianku. Itu mengingatkanku,bahwa kau disini,dan hanya bersama Alfian!” peringatnya sembarangan.

Andrea membasahi bibir merah berlipstiknya,bau aroma cendana yang kuat. Dan maskulin,khas Alfian yang ia sukai. Hangat dan menenangkan. Menatap sekeliling,lalu berhenti pada sisi kanan tempat tidur dan memandang keluar jendela yang terhubung dengan taman belakang.
“apa disini tidak ada kolam renang seluas kebun rumah?”
Alfian tertawa mendengar ocehan polos Andrea,ia mendekat. Melingkarkan lengannya dipinggang atas istrinya hampir menyentuh payudaranya,membuat Andrea terkesiap.
“kolam renang dilantai tiga. Kau yakin akan menyukai berenang sembari melihat kebawah. Ada juga gym,aku tahu kau suka olahraga mengingat tubuh ini sexy..” bisik Alfian parau,menelusuri setiap lekuk tubuh Andrea penuh godaan iblis.

Andrea menahan erangannya saat tangan itu berhenti pada sisi dadanya yang kencang. Mengusap lembut dan pelan-pelan membangkitkan gairah.
“lihat?tak ada poster telanjang disini. Kau kalah..hal yang kumau adalah memasang foto telanjang seorang wanita sebanyak mungkin disini,dikamarku,dan wanita itu hanya satu..kau..” ujar Alfian meniup nafasnya pada telinga gadisnya.
“lalu setelah itu..aku akan memasukkan diriku pada tempat yang kusuka..didalam dirimu..”

Andrea tercengang.
“kita..baru saja melakukannya dimobil. Lihat,pakaianku miring,lipstikku sudah berantakan. Kau ingin melakukannya lagi?” Andrea bertanya agak risih. Pria ini sungguh...berlibido besar. Atau dia kelainan?
“ya..sekarang” jawab Alfian riang membuat Andrea mendengus.
“nanti,aku lapar” nada Andrea berubah dongkol.
“aku juga lapar..dan satu-satunya makanan yang ingin kumakan adalah..tubuhmu”
“ALFIAN!!”

Andrea menjerit kaget ketika tubuhnya digendong penuh paksa dan terbaring diranjang yang super empuk dan lembut. Spreinya amat dingin dan Andrea meyakinkan diri sendiri bahwa ia akan nyenyak dalam ranjang tersebut,mengingatkan tempat tidurnya dirumah. Sekuat tenaga Andrea menyingkir tapi terlambat,Alfian sudah merangkak dan menindihnya. Tersenyum nakal dengan mata api bernafsu. Tatapannya jatuh pada bibir,lalu dada Andrea.
Bibirnya turun bertemu bibir manis Andrea,melumatnya sejenak lalu bermain dilekuk leher yang sangat putih sampai Andrea terkikik geli.
“alfian hentikan!” katanya mendorong dada bidang tersebut tapi sia-sia,hanya membuat pria ini semakin bergelora ketika disentuh. Ia menggigit leher Andrea seakan itu adalah daging steak(?)

“aku punya satu taruhan lagi,pasti tempat ini kotor..maksudku..banyak wanita tidur disini..hah aku yakin itu..” canda Andrea memalingkan mukanya kesamping. Seketika Alfian berhenti,ia terdiam cukup lama—nampak berpikir. Tawa geli Andrea menghilang, ia menatap pada bola mata elang tersebut yang berubah sayu.
“tidak ada..”
“tidak ada?”
“..hanya ada satu..”
Satu? apakah itu dirinya?
“siapa?” Andrea terkikik lagi dengan percaya diri. Alfian mengulum senyumnya penuh arti.
“seorang teman..dan itu..terjadi cukup lama..”

Sebuah sengatan kecil tercipta menyetrum nadi Andrea dan jalannya berubah tak karuan. Jadi ranjang ini sudah dimiliki oleh wanita lain? Dan dia bukan yang pertama? Andrea membisu,menutup bibirnya menjadi sebuah garis keras dan tampak sedikit..kecewa. Mengapa,mengapa dia kecewa? Itu hidup Alfian yang biasa,dan Andrea harus membiasakan diri. Bukankah ia sudah cukup banyak tahu mengenai reputasi suami bejatnya tersebut pulang pergi bersama wanita jalang. Ingat Andrea,kau hanya partnernya saja yang kebetulan dinikahi! Andrea mengingatkan dirinya sendiri dengan getir.

Cekikikan Alfian membuat Andrea beropini bahwa Alfian tampak menyukai berhubungan dengan wanita yang ia sebutkan itu. Apakah dia seseorang yang spesial? Ohh sungguh Andrea ingin sekali mencari tahu asal-usulnya,lalu membandingkan dirinya sendiri apakah dia jauh lebih baik? tentu saja,Buktinya Alfian menyuruhnya keras untuk menggunakan pil. Wanita lain,tidak!! Hanya satu pegangan tersebut yang membuat Andrea kuat,setidaknya.

Alfian mulai mencium bibirnya lagi tapi urung saat Andrea mendorongnya keras-keras. Mukanya berganti dingin.
“aku lapar”kata Andrea angkuh. Alfian mengerucutkan bibir padatnya.
“kita bisa nanti..”
“aku benar-benar lapar,Alfian. bisakah kita berhenti sejenak dan makan malam sungguhan? perjalanan jauh dan kau sudah membuatku kehilangan tenaga tiga kali dimobil. Aku tidak mau melayanimu kalau kau bahkan tak membiarkanku makan” bentak Andrea kesal. Bukan karena makanan,tapi karena ‘teman-wanita’ itu.
Alfian terkejut,”oke..kita bisa turun. Rose sudah memasak makan malam..” papar Alfian ragu-ragu menatap muka Andrea yang mengeras. Ada apa dengan wanita itu? Moodnya berubah-ubah,sama sekali Alfian tidak paham akan yang namanya kaum wanita.

Apalagi saat Andrea bangkit pergi meninggalkannya,tanpa menawarkan diri bertanya dimana ruang makannya? atau ayo kita turun,tidak. Andrea tetap acuh. Dan Alfian menyusul terakhir,ketika dirasa Andrea benar-benar meninggalkannya.

**o0o**

Sarah bercekak pinggang,gadis berambut merah bergelombang tersebut nampak bingung menatap Andrea yang duduk dimeja riasnya. Mematut diri,wajahnya lemas. Seperti kekurangan vitamin.
Sekembalinya bulan madu,hanya satu niatan Andrea. Ia ingin bertemu William. Ia ingin menjelaskan bahwa pernikahannya hanya palsu belaka. Ia tidak ingin William marah padanya. Pria yang ia sudah anggap kakak kandung sendiri,dimana hanya William tempat berbagi Andrea.

Saudara kembar William—Sarah—tengah menyembunyikan Andrea dikamarnya. Ketika kakaknya itu kembali,Sarah akan mempertemukan Andrea secara paksa karena memang pria sensitive itu sedang tidak mau bertemu Andrea. Karena kabar pernikahan mendadak. Ia marah.

“kau yakin ingin bertemu? Willy mudah tersulut emosi sekarang,bisa saja kau dibentak-bentak olehnya” ujar Sarah prihatin. Ia tahu kakak kembarnya tersebut teramat menyayangi Andrea. Melindungi Andrea,karena inilah wasiat Joseph—ayah Andrea. William bekerja sebagai pengacara yang kebetulan mengurus wasiat terakhir Joseph. Almarhum tahu,hanya William lah yang bisa menjaga putri tercintanya itu. Dan juga beberapa warisan yang dijatuhkan pada Andrea,William lah yang menangani. Ia seorang pengacara yang hebat diusianya.

Tapi sebagai adik,Sarah tahu,bahwa ada maksud lain William begitu protektif pada Andrea. Kakaknya itu mencintai Andrea,sejak kecil. Tapi dia bukan tipe pria yang bisa mengutarakan perasaan dengan mudah. William hanya takut,hubungan baik sejak kecil dengan Andrea akan merenggang bila ia menyatakan cintanya. Karena ia tahu,Andrea bukan tipe yang tertarik untuk diajak berkomitmen. Sehingga ketika Andrea memacari beberapa playboy,William memang cemburu—tapi ia tidak marah. Karena dia percaya,Andrea bukan wanita gampangan,dan benar saja—Andrea hanya bermain dengan lalat-lalat itu lalu membuangnya kejalanan.

Untuk kali ini ia tak bisa,Andrea menikah. Apa dia sudah menemukan pilihan bahwa ia harus berkomitmen? Dan lebih parah lagi,pilihan itu bukanlah pada William. William yang meyakini kalau Andrea mencintainya,tapi ternyata hanya sebatas kakak—tidak lebih. Padahal William belum sempat mengatakan cintanya,tapi terlambat,wanita itu mendadak menikah. William marah,pada Andrea,dan juga pada dirinya sendiri. Sarah yang iba,mencoba menjelaskan tapi kakaknya itu tidak mau mendengarkan.

“aku harus menjelaskan ini pada Willy,Sarah. Aku tidak mau dia terus ngambek padaku hanya gara-gara Alfian” cetus Andrea sebal harus mengingat pria itu lagi. Terakhir,hubungannya dengan Alfian semalam menjadi dingin. Akibat..ya tidak usah diingat lagi! Ia menghindar untuk sentuhan lelaki hidung belang-belang mirip zebra cross tersebut.

“sebenarnya aku tidak mengerti,mengapa Willy sebegitu marahnya padaku?”
Sarah menghela nafas berat. “karena ini mendadak,Andy. Tidak hanya Willy,aku dan pers pun kaget. Kau bukan tipikal wanita bercita-cita menikah,dan punya anak bukan? kau bahkan membenci anak-anak” cemberut Sarah. “Willy menyayangimu,kau tahu..umm..sikap tidak rela seperti ayah kehilangan anaknya ketika ia mengantarkan ke altar. Seperti itulah..”
Jelas Sarah berbohong,biar urusan cinta William pada Andrea,pria itu yang akan mengurusnya sendiri. Lagipula ia tahu,Andrea hanya tertawa kalau mengatakan William mencintainya.

“tapi pernikahanku palsu,Sarah” kata Andrea bersungut,menyisir rambut cantiknya dengan jari. Ia melihat pakaiannya sendiri. Terusan merah marun berlengan pendek,mempunyai kancing didepan dada,lalu sabuk kecil hitam. Andrea menyeringai puas.
“hanya kau dan Alfian saja yang tahu. Apa ibumu tahu kalau pernikahan kalian palsu?”
“tidak,dialah yang bersemangat aku harus menikah dengan pria maniak sex tersebut” dengus Andrea memutar kedua bola mata.

Terdengar pintu garasi dibuka keras. Andrea menegakkan punggungnya,gugup.
“dia datang. kau siap?” tanya Sarah bosan. Andrea berdiri.
“apa kau ingin ikut?”
“tidak. aku tidak mau mencampuri urusan kalian yang tidak kupahami. aku dikamar ketika kau membutuhkanku..”


William datang memasang wajah lelah sehabis bekerja. Jalannya cepat,segera ingin merebahkan diri pada kasur. Tapi terhenti,dimana Andrea tiba-tiba muncul entah dari mana,berdiri dipintu masuk menghalangi tubuhnya. Ia syok,matanya melebar dan kemarahan beserta rasa cemburu hadir merambat pada saraf William.
“hei..” sapa Andrea tenang,menyeringai lembut. Inilah sosok Andrea yang William kenal,Andrea yang William pahami,Andrea yang William cintai. Ia ingin sekali memeluk Andrea,merasakan hidungnya terkubur dirambut wanginya,dan mereka akan tertawa lalu berjalan bersama seperti hari-hari biasa. Tapi tidak untuk saat ini. Semuanya sudah berubah.

William berpaling,Sarah menyatukan alis meminta maaf lalu pergi. Tentu saja Andrea bisa mengakses masuk kemari berkat Sarah. William berbalik memilih jalan memutar kebelakang,tapi Andrea yang sontak kaget melompat menahan lengannya.
“aku mau bicara”
“tak ada lagi yang perlu dibicarakan,Andrea” kata William dingin.
“kau marah padaku?mengapa?jelaskan padaku karena aku sungguh tak tahu apa salahku,Willy!”

William berhenti berjalan.Tidak tahukan Andrea bahwa ia marah karena cemburu.
Andrea mendekat,menghampiri mata William yang menunduk. Bingung apa yang harus ia ucapkan.
“aku akan buat pengakuan. pernikahan ini palsu,Willy. Hanya sebuah peristiwa diatas kertas,tapi kami sungguh-sungguh tidak menjalankan pernikahan semestinya. Aku dan Alfian tak lebih dari sekedar...” kata-kata Andrea tercekat ketika mata tajam itu akhirnya mengawasinya begitu waspada. Sekedar apa? Sekedar sex? Teman untuk menemani tidur? Pelepas gairah?

Andrea bingung sendiri,mana bisa ia mengatakan secara blak-blakan kalau dia dan Alfian hanya partner kebutuhan sensual? Bagaimanapun, Andrea tidak mau menyakiti hati William. Pria tersebut sudah dianggap sebagai seorang ayah pengganti.
“apa Andrea? sekedar apa?” tanya William dengan suara getir. Andrea menggelengkan kepala frustasi,ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
“apa kau tidur dengannya?”

Sebuah belati yang mempunyai ujung berduri tajam seolah menembus kedalam rusuk dan hati William dan seketika mengucurkan darah yang sakitnya bukan main tatkala wanita yang ia cintai diam dan menandakan bahwa ia mengiyakan pertanyaannya. Mata Andrea berubah sendu,takut bagaimana reaksi akan William. Ayolah,bukankah William tahu dia seorang wanita yang picik.

“Willy,kumohon..”
Hembusan nafas yang tak terdengar seperti nafas,keluar dari bibir William. Ia berjalan kembali ke dalam ruangan,sepenuhnya mengabaikan Andrea. William..desis Andrea dari dalam hati. Seperti ia mendengar jeritan Andrea,William pun berbalik 180 derajat menghadap Andrea yang menggigit bibir merahnya. Ya tuhan,walaupun wanita ini sudah menghancurkan hatinya,dia tetap cantik. Sangat cantik setelah...bulan madu. Sialan! seharusnya William menutup kupingnya saat Sarah mengoceh tentang itu pada ibunya keras-keras.
Dipandanganya sekali lagi Andrea,bibirnya terasa pilu untuk mengatakan hal ini.

“aku selalu mencintaimu..”
Andrea tercengang. Ia tak bisa percaya ini. William mencintainya?
Dan pria itu menunduk sejenak berusaha mencari pegangan lalu melanjutkan.
“apa aku ini pria jahat,Andrea? hingga perasaanku yang besar dan tulus padamu Cuma menjadi angan-angan semata. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik bagimu. Menjadi teman disaat kau lelah,menjadi keledai bodoh yang diam ketika kau berkencan dengan pria congkak lain..”
Sudah cukup! Andrea tak tahan mendengarnya. Mendengar pernyataan William karena ia takut perasaan pria ini semakin jauh.

“Dan aku selalu yakin,bahwa suatu hari nanti..kau akan membalas semua kebaikanku dengan imbalan yang sepantasnya kudapat. Tapi..aku rasa..aku salah..kau memang Andrea,yang tak pernah menganggapku ada..” William melemah. Berkata seperti ini membayangkan Andrea harus menggeliat gila dibawah pria lain. Fantasi yang menghantam keras otaknya. Ia cemburu,sangat cemburu. Dan lelah.

“Willy..aku..aku minta maaf..” ujar Andrea melangkah mendekat.
“tidak!jangan! jauhi aku! Aku sudah cukup tak berdaya mendengar pernikahanmu yang kau katakan palsu itu,Andrea..”
“itu memang benar,Willy..aku tidak terikat suatu hubungan jelas dengannya. Dan aku..”
“apa? kau akan mencari pria lain untuk kau kencani? pria lain..tapi bukan aku yang kau maksudkan..” Bentak William marah dan putus asa. Andrea tersadar,William benar. Karena selama ini Andrea bukan menginginkan William sebagaimana William menginginkan Andrea.

“kau sudah seperti ayahku,Willy..”
“dan aku tidak..sejak kau dalam gendongan ibumu,aku sudah mencintaimu..”
Andrea tak bisa bernafas,”selama itukah?”
William diam. Ia tersenyum pedih pada Andrea,berusaha menghentikan pembicaraan memilukan ini.
“bersenang-senanglah,Andrea. Jangan pedulikan aku..”

Lalu pria itu pergi menuju kegelapan,meninggalkan Andrea yang berdiri mengeras,sedih,kecewa dan marah.

“maaf ya..”
Andrea mendongak dari keterpurukannya. Sarah muncul dari balik dinding. Berwajah muram,merasakan kesedihan antara perasaan kakak kembarnya,dan Andrea.
“kenapa kau tak pernah mengatakan apapun tentang dia,Sarah?” tanya Andrea tidak terima. Sarah menggeleng.
“dia yang memintaku. Dia tak ingin ada jarak nantinya jika kau tahu ia mencintaimu. Tapi ia yakin,kalau suatu hari nanti,kau akan memilihnya. Makanya dia menunggu,karena hanya Willy,pria satu-satunya kau sayang selain ayahmu,iya kan..”
“kalau begitu,dia bodoh! BODOH karena sejak awal tidak pernah mengutarakan perasaannya padaku. Bilang pada kakakmu kalau dia itu idiot,tolol! Padahal aku bisa berusaha untuk membuka hatiku padanya..jika saja dia tidak membisu selama ini..”

Sarah terkesiap,menatap tak menyangka pada sahabat kecilnya yang telah berlari pergi. Membanting pintu teramat keras tanpa menoleh kebelakang. Bagaimana bisa William menyuruh tidak mempedulikannya? Sejahat apapun Andrea,ia peduli. Ia sangat peduli pada William. Karena Sarah benar,William adalah orang kedua yang ia sayang setelah Joseph.

**o0o**

Pertengkaran dingin yang tidak bisa dipecahkan oleh akal sehat untuk sementara waktu,harus diterima pahit oleh Andrea. Tempatnya ia berbagi,mengadu,mengeluh,atau sekedar bersandar sudah tak ada. William semakin menjauh dari dirinya. Apa yang harus Andrea lakukan? memberi William waktu? Intropeksi diri sendiri? Ya tuhan,William mencintainya.. Andrea tak pernah berfikir sejauh itu,sama sekali..tidak pernah.

William adalah sosok seorang kakak yang Andrea tak pernah miliki. Sejak kecil,Andrea si gadis sombong hanya berteman dengan si kembar Sarah dan juga William. Mereka bersekolah bersama,bersenang-senang bersama,dan banyak lagi waktu berdekatan dengan William. Ia begitu melindungi Andrea,bahkan terkadang sangat posesif.

Andrea kembali memutar kejadian lampau yang pernah terjadi dalam film kehidupannya. Suatu hari,ia mendengar kabar kalau Joseph mengutus William untuk membuat wasiat darinya. Joseph tahu,hanya William yang bisa menjaga Andrea jikalau dia telah pergi. Menjadikan William sosok ayah pengganti,dan Andrea benar-benar melakukan itu. Tapi tak pernah membayangkan kalau ada alasan lain William mau menerima perintah Joseph. Karena dia mencintai Andrea.

Desahan Andrea terdengar lelah,ia sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan William. Tidak! ia harus! Dan ada satu tekatan lain..Mungkinkah Andrea mencoba untuk membuka hatinya pada William? Itu tentu saja sangat mudah,mengingat kebersamaan mereka sejak kecil,kedekatan mereka,hanya butuh waktu sebentar untuk mencintai William. Membalas perasaan pria sempurna itu. Ya,Andrea berpikir rasional...William adalah seseorang yang sangat ia butuhkan!

“kenapa?”
Dan lamunan..buyar. Dilihatnya pria itu. Mengenakan kemeja putih yang digulung sampai siku,celana pantalon hitam pekat, bertelanjang kaki, masih berbau harum bahkan setelah ia menghabiskan banyak waktu bekerja. Astaga..Alfian begitu tampan dan memabukkan. Andrea tak bisa mengalihkan matanya pada bibir padat yang sudah menandai seluruh tubuhnya dengan itu.
Alfian duduk disebelah Andrea disofa kulit singa loreng—dikamarnya—begitu dekat. Kulit lengan mereka pun bersentuhan dan membuat Andrea dapat menggigil.Sofa kulit ini begitu menggoda,ia memiliki bayangan kotor untuk bercinta panas diatasnya..dan tentu saja dibawah Alfian. Atau sebaliknya? Ia merasakan getaran geli dari balik celana dalamnya.

Alfian. Dia sexy,tak kalah sempurna dari William. Dan..Andrea tak bisa menghapus pikiran bahwa Alfian adalah pria yang ia INGINKAN! Hanya saja,Andrea tidak sepenuhnya mengenal pria ini. Tentu saja seluruh tubuhnya sudah. Tapi untuk history,Andrea Cuma menulis di agenda merah bahwa Alfian seorang playboy bereputasi tinggi,pangeran dari segala ranjang wanita. Tak masalah,dan itu semua memiliki perbedaan jauh dari William.

Suami palsunya itu mengernyit bingung,melihat tatapan intens Andrea yang sangat menusuk. Tidak biasanya. Andrea memandang sembari berpikir keras. Perasaan Andrea bimbang. Apa yang akan dia pilih? Yang ia BUTUHKAN..atau..INGINKAN?

“kulihat kau suka merenung beberapa hari ini. Ada yang salah denganmu?” tanya Alfian heran,tapi tetap saja tak ada respon. Malah pandangan itu semakin dalam. Alfian menyeringai senang.
“Andrea?”
Barulah wanita itu tersadar,seperti jiwanya baru saja masuk ke dalam raga.
“engg..ya?” tanyanya linglung dan datar. Alfian mengulum senyum,meraih tangan kirinya dan mengecup setiap jengkal jari Andrea. Langsung memberikan sengatan kecil merambat masuk.
“jelas ada sesuatu yang mengganggumu. Katakanlah..” rayu Alfian meremas pegangan tangan.

Andrea merengut,melepas sentuhan Alfian dan kembali mengecat kuku kakinya dengan kutex merah mencolok.
“tidak..tidak ada apa-apa..” jawabnya acuh. Perlahan ia mengoles cat kuku dengan hati-hati,setelah selesai ia pindah ke kuku yang lain. Alfian menjadi enggan untuk bertanya lagi. Tidak seharusnya ia merasa harus memberondong dengan sejuta tanya penasaran akan apa yang terjadi pada Andrea. Tapi tak bisa dibohongi,kalau Alfian mau tahu,kepo!

“bagaimana harimu?” tanya Andrea berbasa-basi mengisi kekosongan diantara mereka. Yah,walaupun hubungan kedua insan kepala batu ini hanya bualan belaka,setidaknya mereka tetap menjaga kedekatan dengan perbincangan ringan seperti ini. Siapa tahu..
Alfian memiringkan duduknya,menyandarkan kepala pada tangan kanan yang termangu disandaran sofa.Menyukai menatap Andrea ketika ia menekuk satu kaki ke atas,berkonsentrasi dengan kuku nya. Pria itu tersenyum.

“sibuk. Melelahkan. Sepulang bulan madu,setumpuk pekerjaan datang mengeroyokku. Dan kau..apa yang kau kerjakan?”
Andrea meletakkan dagunya pada lutut.
“ya,menyiapkan beberapa agenda untuk pemotretan selanjutnya”
“jenis pemotretan apa yang kau terima? foto telanjang?”
Andrea terkekeh,dan membuat Alfian menegangkan otot-ototnya.
“jujur,aku belum pernah melakukannya. Tapi untuk foto hampir telanjang..cukup sering” lalu ia tersenyum manis dibibir Alfian.
                                                                  
Pria itu melotot,merasa terganggu. Jadi ia sekarang tengah membayangkan Andrea berpose genit setengah bugil? GILA,bisa mati berdiri Alfian kalau begini! Memikirkan semua pria brengsek menjadi sempit pada celana dalamnya hanya karena melihat Andrea??! tidak..Alfian tak bisa terima itu.

“pakaian macam apa yang biasa digunakan?”
Andrea mengangkat bahu cuek,puas menatap kukunya.”lingerie,bikini,atau kadang-kadang hanya selembar sutra..” dan Alfian bergidik ngeri
“apa kau suka dengan pekerjaan kotormu itu?” tanya Alfian marah dan Andrea langsung kaget.
“apa? yaa..ini hanya sebuah masalah profesionalitas..” jawab Andrea salah tingkah.
“profesionalitas apanya?! apa kau tidak membayangkan semua lelaki bisa basah hanya menatap gambar murahanmu itu!!” Alfian menyentak dan Andrea terlonjak diduduknya.
“Alfian,ini seni!”balas Andrea tak kalah ngotot. Jujur,ia tidak paham akan sikap Alfian yang dari manis berubah aneh,marah-marah bak banteng kepanasan.

Menyadari kalau ia terlalu berlebihan,nafas tinggi Alfian menurun. Perlahan dan melembut. Ia menatap Andrea yang syok akan teriakannya.
“tapi aku tak suka,Andy. bisakah kau berhenti untuk itu? kau masih bisa bekerja dengan pemotretan,tapi tolong jangan yang satu ini..berpakaian minim..” kata Alfian memelas.
APA?Memang siapa dia melarang-melarang pekerjaan Andrea? Dan Andrea cemberut seratus persen. Mengabaikan permohonan Alfian yang layaknya kucing minta diberi susu.

“besok ibuku memerintahkanku untuk menemanimu berkeliling perusahaan kami. Aku tak tahu mengapa harus aku,padahal ibu ada disana.Begitu juga dengan Mark. Mereka bisa memberikan informasi yang lebih spesifik tentang perusahaan. Dan aku..terpaksa..”
“jangan mengalihkan pembicaraan,Andrea!”hardik Alfian tegas namun masih dengan kadar kelembutan tinggi. Andrea mendengus.
“setelah aku mengurus suatu kerjaan di agensi,aku akan menjemputmu. Jam berapa kau bisa?” tanya Andrea benar-benar membuat Alfian mendesah lelah,dasar wanita angkuh! Ia menjawab sambil menggelengkan kepala.
“saat makan siang”
“oke!”

Keheningan sejenak mengalir di keduanya. Alfian masih saja merasa tidak enak akan gagasan mengenai pekerjaan istrinya. Ia ingin menghentikan semua itu,tapi tentu saja sulit. Mengingat Andrea yang tak kalah gigihnya dengan dia. Sepenuhnya yakin Alfian akan jatuh kalah. Maka dari itu,kali ini Alfian berniat membujuknya baik-baik.
“aku ingin berbicara lagi masalah pekerjaanmu”
“berhenti membahas itu,Mr Dunkan! aku sepenuhnya tidak akan menyetujui pendapat konyolmu. Aku sudah bekerja hampir 5 tahun,dan semuanya baik-baik saja. Sampai kau datang menceramahi layaknya ibu-ibu cerewet” omel Andrea kesal.
“tapi Andrea..disini aku sudah menjadi suamimu. Aku bertaruh,kalau Arina juga tidak menyukai kau harus membuat gambar hampir telanjang lagi setelah menikah. Dimuka umum,kau sudah menjadi istri orang” papar Alfian lembut. Mendekatkan wajahnya hanya beberapa inci dan hembusan nafas hangatnya menerpa wajah cantik Andrea yang kaku.

Andrea diam tanda tidak suka. Alfian dapat membaca itu.
“aku tak bisa bohong..itu terdengar mengerikan ditelingaku,sayang..”
Andrea memicingkan mata saat berhadapan dengan Alfian begitu dekat.
“hei,bagaimana denganmu? bukankah kau sudah pernah melihat,mencicipi sejuta wanita? tak berbusana berkali-kali dimatamu. Apa kau tidak merasa ngeri akan hal itu?” tawa Andrea mengejek. Alfian tetap diam,menunggu tawa sumbang itu berhenti dan menatap Andrea tajam namun sendu.
“tidak..”

Kini Andrea yang tercenung.
“me..mengapa?”
Alfian menggeser duduknya sangat sangat dekat dan berbisik halus didepan bibir manis Andrea. keduanya sangat menempel,tapi belum berciuman. Mata tajamnya muncul mengobarkan api.
“karena kau..berbeda..”

Sebelum Andrea dapat merespon,Dia menciumnya,penuh gelora,sentuhan bibir dengan bibir,bertukar saliva yang sangat basah. Andrea mengerang didalam bibir Alfian. Tubuhnya menggigil akan sengatan yang bisa mengancurkan pertahanannya sendiri. Tapi ia butuh,Andrea ingin. Ia hanya bisa pasrah ketika Alfian melucuti pakaiannya,membuangnya disembarang tempat,dan menggendongnya dalam posisi parah—sangat liar bukan main. Kaki indah Andrea melingkar disekitar pinggang suaminya,menekan kepala itu sampai kebelahan dadanya begitu dalam. Disitulah Alfian dapat menghirup aroma rasberry yang unik dan segar. Ia meraup keharuman itu banyak-banyak sambil melangkah menuju ranjang dengan Andrea dalam gendongan.

“sialan,Andrea! kau membuatku terangsang sekarang” geram Alfian menjilat payudaranya yang membengkak.  Alfian bisa bermain dengan itu selama yang ia inginkan. Andrea mendesah panjang,melemparkan kepalanya sendiri ke belakang dan meremas rambut lebat Alfian.
Hingga keduanya terayun jatuh ke dalam lubang kenikmatan tiada tara,mengeksplorasikan apa yang keduanya bisa. Menunjukkan jalan dimana salah satunya ingin disentuh dan merasakan keintiman yang sangat luar biasa hebat.

Andrea menutup mata. Menikmati apa yang ia INGINKAN. Cumbuan panas dan terasa lezat sampai ia mengerang tak karuan. Perang lidah mereka berlanjut pada ranjang cinta. Dalam balik kelambu,muncul siluet erotis yang bergerak kesana kemari. Dan bisa saja ranjang itu terbakar karena gairah yang keduanya ciptakan.


TBC..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar