Sabtu, 16 November 2013

LOVE FROM THE HELL (bab 4)



Created by Aii D.Luffi


Bab 4


“rasanya baru kemarin dia bilang, tidak akan menemukan seseorang yang spesial”
“lalu tiba-tiba sebuah undangan datang di meja kerjaku. Kau tahu bagaimana reaksiku?”
“apa?”
“pingsan dan mimisan” terbahak.
“kau seperti melihat wanita telanjang. Mengapa harus mimisan?”
“karena nama wanita itu, Andrea Blunt. Wow aku sempat menggodanya tahun lalu, tapi dia malah terang-terangan berkata bahwa resletingku terbuka dan celana dalamku sangatlah jelek dimatanya”


Ben tergelak memegang perutnya menyaksikan Romy dengan tampang jengkel-geli mengingat adegan yang dulu-dulu. Keterdiaman Alfian terganggu. Menatap dua sahabatnya risih, apalagi sudah jelas bahwa Ben dan Romy sedang membicarakan dirinya.
“sejak kapan kalian suka bergosip macam ibu-ibu?” tanya Alfian jijik.
“sejak kau akan menikah hahaha” mata Alfian melotot besar. Tapi tetap diam karena beberapa tamu mencuri-curi pandang ditempatnya berdiri. Didepan altar, menunggu sang mempelai.

“bagaimana bisa kau mengambil hati wanita es itu,bro? Aku benar-benar angkat tangan dengannya” Romy mengangkat bahunya pasrah. Seperti disiram air panas, Alfian menoleh dengan tampang linglung. Menikah? Andrea? Sekarang?

“hei, aku..menikah hari ini bukan?” tanyanya tak percaya membuat Romy dan Ben saling pandang bingung. Lama-kelamaan senyum Alfian melebar dan dia tertawa senang. Kedua sahabat Alfian mengerutkan kening—tak mengerti sama sekali ucapan Alfian. jadi selama ini dia kemana saja?
“aku baru sadar dan..astaga..aku sudah disini, akan menikah?” katanya kocak menatap pakaiannya sendiri. Jas, kemeja, dan celana putih bersih. Sekuntum mawar merah terpasang rapi disaku jas bagian dada.
“lalu kau kira ini apa? siap-siap tanding lari? Atau kau akan fashion show begitu?” tanya Ben mengerutkan bibirnya. Alfian terkikik geli mengenai pembicaraan mereka.

Ia ingat hari ini adalah hari pembalasannya pada Andrea. Berbagai rencana jahat dan iseng sudah dipersiapkan oleh Alfian tanpa sadar merekam dimemorinya. Dia berdiri sambil masih terkekeh layak orang bodoh. Bayangan mesum yang ia punya memenuhi semua sudut otak kotornya, Andrea..Andrea..Andrea..begitulah.

“ALFI!!” pria itu terperanjat dan tawanya hilang diganti mimik muka serius.
“ya?” tanyanya linglung. Ben yang persis di sebelahnya mengumpat.
“pernikahanmu segera dimulai. Andrea akan menuju ke altar” benar saja. Semua tamu telah duduk dibangku panjang khusus, bahkan sang pendeta yang usianya terlihat masih muda dan berkacamata sudah berdiri di dekat mimbar.
“aku tahu..”

Alfian yang konyol sudah bertransformasi menjadi pria serius seperti jabatannya sebagai direktur. Tangannya bertautan di depan menanti sang calon mempelai. Nafasnya tertahan, disaat itulah dia tiba. Bersama Mark, Andrea menautkan lengan pada lengan ayah tiri—walau terlihat ia tidak suka itu. musik menyala, diiringi instrumen From This Moment, gaunnya berjumbai ke bawah dengan anggun, putih seperti bidadari. Tanpa disadari ujung bibir Alfian membentuk kuluman senyum terpesona. Andrea benar-benar cantik, tak ada topeng, pipi wanita itu merona pink, rambutnya menjuntai ke bahu dan diantara belahan dada yang menonjol, membawa buket bunga mawar merah seperti bibirnya. Ia menunduk, entah apa yang dipikirkan tapi Andrea yang saat ini menikah bukan si sombong putri yang biasa Alfian temui. Ini berbeda.

Semua tamu kagum akan paras alami Andrea. Pengantin tercantik menurut mereka. Dan semuanya juga bisa melihat bahwa Alfian memancarkan sinar mencintai akan itu. keduanya berhenti tepat didepan Alfian. kepala Andrea terangkat dan memandang Mark dengan masam. Tapi tidak untuk Mark, ia tersenyum lebar hendak mencium putrinya..
“tak usah!” Mark berhenti mendengar desisan kelam Andrea. Ayah itu tersenyum kecut lalu berpaling pada Alfian.
“kuserahkan dia padamu”

Dan Alfian mengangguk bijak. Sekaranglah mereka dipertemukan kembali setelah proses 3 bulan yang melelahkan. Saling menatap dalam menembus bola mata masing-masing. Alfian menggandeng lengan Andrea untuk menuju ke altar, tanpa disangka..wanita itu tersenyum. Bukan..bukan senyum tulus. Senyum seperti berkata A-KHIR-NYA! Sedikit geli juga ada dibibir manis itu. alfian membalas dengan tawa kecil semakin mempererat gandengan dan berhadapan dengan pendeta muda.

“Alfian James Dunkan, bersediakah anda menjadi suami dari Andrea MaryKate Blunt,sakit-sehat bersama, bahagia-sedih bersama, dan hidup bersama selama-lamanya?” hening menyelimuti ruangan, sebelum Alfian menjawab ia memegang bahu polos Andrea,membuat tubuh mereka berhadapan dan saling menatap begitu dalam.
“ya,aku bersedia” para tamu tidak bernafas.

“dan Andrea MaryKate Blunt,bersediakah anda menjadi istri Alfian James Dunkan, sakit-sehat bersama, bahagia-sedih bersama, dan hidup bersama selama-lamanya?” Andrea merasakan cengkraman dibahunya. Ia tersenyum samar dan langsung menghilang.
“ya..aku bersedia”

Seketika tepuk tangan riuh bergema, para tamu berdiri memberi ucapan selamat menempuh hidup baru. Kini keduanya sudah resmi menjadi sepasang suami-istri. Alfian memasang sebuah cincin berlian putih yang cantik pada jari tengah Andrea, begitu pula sebaliknya. Andrea memasang cincin perak polos di jari tengah Alfian—suaminya. Lalu keduanya tersenyum kembali. Arina berdiri menangis bahagia memeluk suaminya dan melambaikan tangan pada Andrea.

“cium..cium..cium..” sebuah gagasan yang bagus dari para tamu, Alfian menyeringai nakal. Ia mau menuruti teriakan mereka. Dipandangnya Andrea yang melotot geli karena raungan teman-temannya menyuruh Andrea untuk berciuman.

Sedetik kemudian, Alfian memegang dagu Andrea. Tangan kiri bertengger pada pinggang—erat dan tangan kanan semakin mendekatkan wajah Andrea ke bibirnya. Mata Alfian berapi dan Andrea melihat itu sedikit tertawa yang menurut Alfian sangat sexy.
Tanpa banyak bicara, Alfian segera melahap bibir itu menghabiskan bibir Andrea lalu melumatnya penuh kelembutan karena keduanya berada di depan puluhan orang. Setidaknya untuk ciuman prancis yang panas bisa ia lakukan nanti.

Andrea terbawa, ciuman dahsyat Alfian yang sudah resmi menjadi suaminya—suami palsu—menyulurkan lidah panas dan kasar masuk ke dalam bibir Andrea selama hampir empat menit. Para tamu tertawa, Ben dan Romy yang berdiri disamping Charles geli sendiri dan merasakan bahwa sahabatnya itu sudah dimabuk asmara karena sosok Andrea.

Memegang bibir padatnya sendiri, Alfian menyeringai penuh maksud dan dibalas Andrea dengan mengangkat dagu tinggi-tinggi menantang bersamaan kuluman senyum maut.
“kita lanjutkan ini nanti”

**o0o**

Seharian sudah mereka merayakan acara pernikahan yang sederhana tapi tetap terkesan mewah bagi kaum biasa. Alfian dan Andrea menampilkan akting sebagai suami-istri yang penuh cinta, berdampingan, saling mengecup, atau hanya memeluk satu sama lain. Semakin malam bukannya semakin lelah tapi Alfian semakin senang. Ia tidak sabar menunggu momen dimana ia dan Andrea akan pergi dari tempat ini dan hanya berdua. Waktu untuk pembalasan. Dari tadi ia tersenyum sendiri seperti orang bodoh memikirkan hal-hal kotor. Sang istri menangkap basah dirinya lalu menyikut lengan Alfian dan lamunan pecah.

“kenapa kau tertawa sendiri?” tanya Andrea heran.
“bukan urusanmu” sekali lagi ia mengecup bibir manis Andrea. Wanita itu terkesiap, bagaimanapun Alfian selalu membangkitkan gairah yang lama-lama membesar seperti sebuah balon yang ditiup. Hanya Alfian, bahkan Willy tidak pernah membuatnya seperti ini. Tubuh Andrea menegang mengingat William.

“astaga Andrea. Rasamu manis sekali. Aku tak akan pernah bosan menciummu terus dan ingin segera memasukimu” erang Alfian menggoda. Tapi kejahilan Alfian diacuhkan oleh Andrea. Wajahnya kembali dingin dan mengeras. Ditatapnya sekeliling mencoba mencari seseorang yang ia harapkan datang, tapi nihil. Hanya Sarah, tersenyum lemah dari jauh—tahu akan maksud Andrea.

“ada apa?”
Andrea memalingkan muka ketika Alfian menatapnya sendu dan mengelus pipinya dengan punggung tangannya. Andrea menggeleng enggan.
“tidak, tak ada apa-apa”
“baguslah. Saatnya perpisahan.”

Arina memeluk lama putri tercinta dan sedikit terisak. Andrea memasang wajah masam, lagi-lagi sang ibu terlalu berlebihan.
“ibu aku pergi hanya 3 minggu. Aku tidak pernah pergi selamanya..” Arina tersenyum malu dibalik isakan.
“ibu tahu. ibu hanya terharu sayang. Kau jaga dirimu baik-baik ya. Bersenang-senanglah dibulan madu kalian. Telpon ibu ketika kau sampai”
“aku tahu..” Andrea menubruk badan mungil dan renta Arina. Kenapa Andrea merasakan kalau tubuh ibunya semakin kurus? Apa Mark menyiksa Arina? Jangan sampai.
“aku mencintaimu, bu. Ibu juga jaga kesehatan..” dikecupnya pipi Arina penuh kasih sayang. Arina menyusut air mata.
“aku juga mencintaimu”

Andrea melirik Alfian. suaminya itu masih ditengah perpisahan dengan Charles dan Mark. Kenapa pria itu suka sekali dengan Alfian? apa dia berniat untuk menikahi Alfian juga? Batin Andrea sinis.

Setelah berjabat tangan, Charles menatap Alfian sedikit kaku. Tatapan kelam dan gelap. Hampa. Tapi sedikit tersirat harapan kecil. Charles menarik ujung bibir.
“jaga dirimu my boy”
“ya Ayah” Alfian mengangguk sekilas lalu berpaling pada Mark. Pria baya tersebut menyeringai sangat jelas dan..bahagia. ia memeluk Alfian begitu erat seperti dia adalah putra tersayang dan menjabat tangan Alfian riang.
“selamat Alfian. dan..bahagiakan putriku sampai dia..benar-benar puas..” Mark berbisik sembari menunjuk Andrea dengan sudut matanya.

Dia mengerutkan kening, perlahan menghampiri sang suami. Alfian menghembuskan nafas dan mengangguk pasrah. Wajahnya begitu dingin, ia merasa seperti seorang pecundang. Untuk sementara, Alfian berusaha untuk menghilangkan bermacam-macam aturan yang terjebak di memori ingatannya. Lupakan itu.


Para tamu mulai melambaikan tangan pada pasangan ini dan mobil melaju pergi. Sorak-sorai menghilang begitu saja dan hanya keheningan tercipta. Andrea memalingkan muka dari pemandangan di luar dan menatap Alfian yang melingkarkan lengan dibahunya acuh. Duduknya sangat dekat dan kaki mereka pun menempel. Andrea sudah mengganti gaun dengan busana santai berwarna biru langit. Ia menyeringai kecil lalu memegang dagu Alfian untuk menatapnya. Pria itu terkesiap, sedetik berikutnya bibir mereka menyatu basah saling mengorek bagian dalam tanpa henti.

Sang sopir memerah dan berhenti untuk mengintip melalui spion. Andrea merasakan senyuman tengil Alfian merambat dibibirnya lalu keduanya terlepas.
“apa kau berniat mendorongku lagi?”
“tidak. Justru aku berniat untuk menarikmu..” desah Andrea.

Pria itu tersenyum samar. Saling menatap dalam dan kembali berpelukan erat. Dia menggeliat sedikit,tidak disangka Alfian memegang pahanya secara posesif agar Andrea tidak bergerak. Ia menyandarkan kepala dibahu kokoh itu—merasa lelah dengan berbagai macam keadaan yang mendadak datang. Untuk sementara, mereka akan hidup di dunia fantasi.

Bulan madu..dimulai..

**o0o**


“kita disini”

Andrea menghentikan tawanya karena sedikit terperangah. Baru saja Alfian menggelitiki tubuh sexy itu tanpa sadar keduanya sudah berada disebuah rumah. Rumah yang istimewa dan cukup fastastis. Sebelum itu, Andrea tidak tahu dan tidak mau tahu kejutan apa yang dibuat oleh Arina dan Alfian untuk bulan madu. Dan sekarang, dia disini. Di Seychelles, benua Afrika—terletak berjuta-juta mil dari rumahnya sendiri. Sebuah resort termewah yang pernah ada di pulau Sey villas, merasakan jetlag karena terbang berjam-jam ketika Andrea melihat pasir putih dan bau laut di waktu malam membuat perasaannya tenang, dihirupnya aroma laut menyejukkan. Ini spektakuler. Seakan ia mengambang diatas laut.

“kau suka?” tanya Alfian berbisik. Andrea baru tahu kalau tempat tidur mereka berhadapan langsung pada jendela kaca bergeser dan memperlihatkan pasir putih dan laut yang damai. Diangkatnya kedua bahu acuh tak acuh.
“aku sudah biasa seperti ini. Tapi aku berbohong kalau bilang tempat ini sangat tidak menakjubkan” Alfian terkekeh hambar dan mendekat.
“kau dan kesombonganmu kembali. Ayolah,ini bulan madu kita Andrea. Tak bisakah sebentar saja kau tertawa lepas mengagumi semua yang sudah kupersiapkan hanya untuk istri palsuku, dan menunjukkan rasa terima kasih yang begitu mendalam? Aku menanti” Alfian melingkarkan lengan di pinggang ramping istrinya yang tersenyum mengejek.
“ya ampun. Aku suka itu. ‘istri palsu’. Terima kasih banyak suami palsuku. Kau sungguh murah hati”

Terdiam, bola mata mereka memancarkan gairah yang menusuk. Alfian sejenak membiarkan suasana panas yang menggerogoti keduanya. Berpikir apa yang kali ini wanita sombong dan bengis itu lakukan? Alfian tersedak akan nafasnya sendiri, sebuah usapan hangat meluncur didadanya yang berbalut kemeja putih bergaris. Lembut, intim, dan..panas. Andrea seakan memancing birahi besar dalam diri Alfian. lama—nafas Alfian mulai terengah.

Andrea tersenyum mengetahui itu, perlahan tanpa suara jemari lentik dengan cekatan membuka satu persatu kancing kemeja. Dua kancing lolos, terlihat kulit dada Alfian yang berwarna coklat matang. Melanjutkan kembali kancing yang lain. Hanya butuh satu detik terbuka semua dan dada bidang berototnya membuat Andrea kini yang terengah. Ia menahan gejolak api didalam tubuhnya sendiri. Tapi Andrea tak bisa. Melihat itu saja sudah membuat Andrea lumpuh, bayangan pantai dan laut hanyut entah kemana.

Saat membuka kedua matanya yang sempat terpejam karena berusaha menenangkan diri, Andrea baru sadar kalau kini lengan kekar Alfian sudah menggerayangi tubuhnya yang mungil dan berlekuk indah. Ia mengangkat muka bermaksud melihat tatapan Alfian, dan benar saja. Mata hitam itu menyala dengan hasrat seksual. Ketika tangan kekar besar itu menyusup dalam celah gaun menuju pantatnya, Andrea berjinjit dan mendesah.

“Alfian..”
“ssstt..” dihentikan desahan dengan sebuah ciuman ganas. Tetap saja, Andrea mengerang di tenggorokan dan membiarkan Alfian memijit pantatnya. Dia benar-benar merasa nikmat. Ditariknya kemeja Alfian dan membuangnya kesamping. Kulit Andrea menempel dan meraba bagian dada pria ini dengan sentuhan lembut yang teramat panas. Dari leher, bahu kokoh, dada atas, kemudian perutnya yang berbentuk. Kali ini Alfian mengerang tersendat.

“apa sekarang kau akan mendorongku lagi Miss Dunkan?” tanya Alfian parau masih bermain pada belahan pantat Andrea. Wanita itu mengeong seperti kucing manja meminta makanan. Tubuhnya menggigil penuh kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan.
“menurutmu?”? ya Tuhan, telunjuk Alfian menyusuri organ intimnya dengan lihai. Sejeniuskah pria ini untuk menyiksa seorang wanita dengan siksaan surgawi?
“aku yang akan mendorongmu..” lalu bibir padat itu segera menuju pada leher jenjang Andrea. Mengecup menggigit, memberikan suatu hadiah berupa bekas merah tanda khas bermesraan.
Berkali-kali.

“aku..suka itu..” desah Andrea memalingkan muka ke arah lain. Tubuhnya lemas seketika, merasakan celana dalamnya basah, ia hanya bisa memeluk punggung telanjang Alfian, tanpa mengusapnya karena ia tidak kuat. Sarafnya seperti mati.
Dan bibir itu teralih pada tenggorokan, jemari Alfian keluar dan mengait celana dalam yang ia belum tahu apa warnanya.
“turunkan celana dalammu” perintah Alfian adalah dengungan indah yang pernah Andrea dengar. Suaranya serak menunjukkan ia suka bermain dengan dirinya. Andrea bangga kembali akan hal itu.

Sedikit menggoyangkan kaki untuk melorotkan kain tipis lembut ke tanah, Alfian mengintip ke bawah. Wow, itu merah muda dan berenda. Lelaki suka yang berenda. Ia tersenyum nakal dan kembali menyesap tenggorokan sampai kepala Andrea terlempar ke belakang dan mendesah panjang. Alfian memegangi tengkuk mulus itu kuat-kuat dan tangan satunya menyingkap gaun Andrea  lama-lama semakin ke atas.

“ya ampun, sayang. Kau benar-benar basah..” ujar Alfian menyentuh bagian bawah istrinya. Andrea merengek manja, melihat Alfian, dia sedang menghisap jarinya yang terkena cairan cinta miliknya—menyeringai ganas didekatnya. Nafasnya tercekat, tubuhnya membara. Alfian terlihat sangat menikmati rasa dari dalam raganya.
“rasa ini melebihi rasa manis yang pernah kubayangkan sebelumnya. aku tahu kau..berbeda” tanpa babibu, Alfian melepas gaun itu lolos dari bahu Andrea yang ngos-ngosan dan membuangnya.

Mundur dua langkah, matanya hanya terpaut pada sosok Andrea. Wanita itu berdiri, kedua tangan terangkat sehabis melepas gaun yang sekarang hanya memakai bra merah muda—seperti celana dalamnya—tapi tidak berhasil menutupi dadanya yang montok seakan-akan tumpah. Bagian bawahnya terbuka, pahanya kecil mulus, dan mempunyai organ intim yang sangat merangsang siapapun,tak terkecuali Alfian saat ini.

Bibir Andrea bengkak dan terbuka menghirup nafas tersendat seperti habis maraton sejauh 1 kilometer. Matanya kini memandang sayu pada suaminya—penuh arti dan memohon. Andrea memohon, suatu hal yang langka. Alfian melesat cepat memasuki lidahnya pada mulut Andrea, menempelkan ereksi dibalik celana jeans biru tepat pada bagian basah Andrea. Terasa timbul dan menggelitik. Mundur—maju—mundur dan maju kembali,Andrea hanya bisa mengerang dan mengerang.

Seperti pasangan mabuk, Alfian menggiring Andrea cepat menuju ranjang hendak menjatuhkan tubuh Andrea. Tapi ia salah dan kalah besar. Matanya mendelik tatkala tubuh besarnya terlempar dulu ke ranjang empuk bertaburkan bunga merah—entah apa—yang dikhususkan untuk pasangan bulan madu. Alfian bangun tapi tak bisa. Andrea sudah duduk dibagian sekitar perut dan ereksinya yang semakin kuat. Ia tersenyum sexy mengusap sebentar dada bidang Alfian membuat nafasnya terengah—bingung.

“biarkan aku yang melepaskan celanamu” sebegitu liarkah wanita ini? Wow Andrea benar-benar terlihat panas dimata Alfian. tidak, ia selalu menggairahkan. Andrea masih tertawa sembari melepas sabuk, lalu celana jeans dan kini boxer beserta celana dalam Alfian. mata Andrea melebar ketika kejantanan Alfian sudah terpampang jelas dimatanya. Baru kali ini ia menatap langsung dan merasa memerah dibagian muka.

“sudah selesai bukan? Kini aku yang memimpin kembali”
Karena Andrea diam mirip patung melihat ereksi itu,menjadi terkejut karena Alfian memutar tubuh mereka dan sekarang dirinya berada di bawah. Tertidur pada ranjang. Alfian sangat-sangat senang. Tatapan membara menelusuri tubuh Andrea, ia begitu terpana menyukai itu. andrea melenguh kencang, bibir Alfian mengecup kulit pahanya, menggeser ke atas dan berhenti pada lipatan kewanitaannya. Kepalanya seakan tenggelam, tiba-tiba suatu sengatan petir menyetrum saraf Andrea.

“ahhh...Alfian..”
“ya sayang”
“enngghh..lebih dalam” ia bukanlah orang buta,tuli, atau bodoh. Andrea cukup tahu berhubungan badan dengan seseorang. Istilah-istilah panas mereka, atau tahapan menuju puncak. Bukan hal yang tabu. Tapi jujur dia tidak pernah melakukan ini. Tidak tahu bagaimana nikmatnya dikecup dibagian intim, membuat tubuh seakan kejang, ingin dimasuki..ohh dia ingin Alfian segera memasuki tubuhnya. Senikmat inikah bercinta? Andrea menggeleng-gelengkan kepala pasrah di bantal. Rambut cantiknya sudah berantakan. Menggigit bibir menahan rasa seksual yang diberikan Alfian padanya.

“Alfi..”
“hemmm..” Alfian masih menjilati. Sesekali bermain bersama ujung jari.
“aku..akan keluar..”
“bagus. Keluarlah sayang. Aku yang akan membersihkannya” detik kemudian Andrea melengkungkan punggung dan mendekatkan pinggul pada rambut lebat Alfian. melolong kencang seperti serigala. Alfian tertawa dibawah dan melanjutkan pekerjaan tercintanya. Ia lemas, puncak pertama. Itu membuat Andrea tersenyum penuh arti.

“berhentilah Alfian. dan bergabunglah denganku” Andrea kembali merengek. Suaminya terkekeh merangkak ke atas, tatapannya berhenti dibibir bengkak yang tersengal dan turun menuju dadanya yang masih tertutup bra. Ia sudah begitu merindukan ciuman dengan Andrea. Turun perlahan dan kemudian keduanya berciuman ganas lagi memagut satu sama lain. Alfian meraih dada Andrea dan memijatnya dengan kelembutan ekstra. Ohh Andrea menaikkan pinggul lagi menempel pada ereksi, betapa bahagianya bila disentuh begitu lembut.

Bibir Alfian turun ke rahang, pipi, menggigit telinga Andrea, dan turun di dada atas yang putih seperti warna salju. Ia hendak membuka bra ketika sebuah ingatan terlintas. Andrea merasakan ranjang bergerak,Alfian bangkit. Apa? meninggalkannya di tengah-tengah cerita? Ia begitu bingung dan mengikuti tubuh Alfian yang berjalan menjauh. Sial!!

“alfian! kenapa..kau pergi? Ini belum..selesai..” cicit Andrea tersengal dan tidak terima. Alfian melirik dan menyeringai sekilas. Ternyata pria itu menggeledah dalam tas hitam yang dia bawa dari London.
“tunggulah disitu sebentar”

Apa yang pria brengsek ini lakukan? Ya ampun, memasang handycam pada penyangga kamera, tepat didepan ranjang menghadap pada tubuh Andrea yang berbaring—dengan kelambatan disengaja. Andrea mengerutkan kening sampai benar-benar berkerut tajam.
“apa itu?”
Alfian masih membenarkan posisi kamera perekam tersebut dan menyeringai cabul.
“untuk dokumentasi. Siapa tahu aku ingin memutarnya lagi dan lagi”
“apa kau juga melakukan ini ketika kau bercinta dengan wanita lain?” tanya Andrea pedas.
“tidak. Aku tak mau repot-repot dan juga tak mau memberi harapan kosong pada mereka. Hanya kau, istriku tersayang. Ini spesial” ujar Alfian menggoda.

Bukannya tersinggung, Andrea malah tertawa sexy yang dibuat-buat. Ia merasa takjub bahwa suaminya akan merekam memori indah ini, hanya bersama dirinya. Dan kini tubuhnya panas kembali. Andrea menggigit bibir dan menggeliat meliuk bagai ular didepan kamera. Alfian yang menonton itu melebarkan mata. Ereksinya sangat terlihat karena ia telanjang bulat dan sedang berdiri, melototkan mata dimana Andrea melepas branya dan dada besar itu menggantung bebas. Dia kembali berbaring terlentang lebar mengusap selimut sutra dibawahnya mengajak Alfian untuk mendekat.

Rahang Alfian mengeras, ia meraih suatu benda kecil dengan cepat dan menjatuhkan diri di atas tubuh mungil ranum milik Andrea siap dilahap.

Selanjutnya, kamera merekam segala aktivitas panas dari lubang kecil itu. menyerap suara desahan,lolongan nikmat entah itu milik Andrea atau Alfian.
Goyangan pinggul Andrea mengencang, ia merintih mengangkat kedua lengan di atas kepalanya sendiri dan mencengkram bantal.
“ahh..Alfi..ahh..aku akan keluar lagi..”
“jangan ditahan,sayang..lepaskan semuanya”

Andrea menjerit,merasakan untuk ketiga kalinya puncak bercinta. Membuat ia bergidik. Keluar teramat dahsyat, begitu puas, lelah, tapi menyenangkan. Ia mendengar erangan nikmat Alfian ketika ia menuju puncaknya sendiri dan kemudian ambruk menimpa tubuh Andrea. Dikecupnya bibir itu sayang, mengusap pipinya lalu merubah posisi untuk berbaring disampingnya dengan sprei berdarah, bantal berjatuhan, dan tangan disekeliling pinggang polos.

“bagaimana rasanya?”
Andrea terkikik mengusap dada bidang yang sudah menjadi bagian favorit dari tubuh suaminya.
“luar biasa. Aku sudah keluar tiga kali dan kau baru sekali? Aku baru tahu kalau kau sangat perkasa Mr Dunkan. Kau membuatku kalah” dengus Andrea mengingat hal itu. alfian terkekeh lalu berbaring miring menatap penuh kedalaman intim.
“wah wah, Andrea Dunkan bisa kalah? Bisa kujadikan kelemahan untuk saat ini..dan seterusnya” bisik Alfian menggoda memainkan dada Andrea menggelitiknya dengan cubitan-cubitan.

“kameranya masih merekam. Sayang sekali kalau itu tersisa tanpa apa-apa”
“lalu maksudmu?” Andrea melolot galak harus tertindih lagi oleh tubuh besar Alfian. pria ini benar-benar tidak bisa terpuaskan.
“tentu saja kita habiskan filmnya, dengan ronde kedua atau ketiga mungkin..”

Andrea terpekik geli, berhenti menatap tatapan api membara itu tapi ia tak bisa. Alfian sepenuhnya sudah mengungkung tubuhnya dengan balutan tubuh Alfian sendiri, ia biarkan dirinya menyerah pada seorang Alfian James Dunkan.

**o0o**

(song:From now on by the features,Ost Breaking Dawn Part 1)

Dreamed last night about a time and place
Where from our troubles we had escaped

Telinga mereka seakan tersumbat batu kerikil, tak peduli turis lain, bahkan pelayan menawarkan bir selanjutnya pun diacuhkan begitu saja. Mata keduanya masih terkunci, sesekali melahap hidangan malam direstoran kelas atas tersebut dan melakukan aktivitas lain yang membangkitkan nafsu sama lain,disini,dimeja. Kaki Alfian bermain menggesekkan pada kaki telanjang Andrea dari balik taplak meja putih tertutup sampai lantai. Tak bisa konsentrasi apa yang disantap, Andrea tersenyum menantang dan membuka pahanya lebar-lebar. Hingga dia terlonjak dari duduk karena kaki pria itu bisa masuk menuju terowongan intimnya disambut tawa keras dari Alfian.

I held your hand then I felt complete
As you turned and said to me

Suara cempreng menggunakan bahasa aneh dari layar televisi plasma keluar dengan adegan tidak elit. Seorang pria negro nampak marah-marah tak jelas dan menjotos ponselnya sendiri ke dinding. Apa ini sebuah drama romantis? Tapi mengapa terlihat seperti acara lawak? Kening Alfian dan Andrea mengkerut, perlahan-lahan saling berhadapan dan menatap bingung satu sama lain. Menit berikutnya mereka hanya bisa tertawa lucu bersamaan. Lalu Alfian segera mematikan televisi dengan remote, mereka sadar—mereka tak mengerti bahasa Afrika.

From now on, from now on we'll be
You and me, we will be

JLEP! Anak panah tertancap tepat ditengah bundaran paling kecil berwarna merah. Alfian tersenyum bangga karena ia merasa menang. tapi senyuman itu hilang, sebuah anak panah lain tiba-tiba datang membelah anak panahnya sendiri menjadi dua. Andrea mendengus senang. Sementara Alfian masih melongo. Dilihatnya Andrea menyeringai angkuh dengan tatapan aku-yang-lebih-menang dan bercekak pinggang. Alfian menggeretakkan gigi gerahamnya dengan jengkel lalu pergi meninggalkan Andrea yang tertawa puas bisa unggul dari Alfian.

From now on, from now on we'll be
You and me, you and me, we will be

Keduanya berciuman berguling-guling diranjang hanya menggunakan pakaian dalam masing-masing. Sampai ditepi—posisi Alfian berada di atas, tapi itu belum stop. Andrea mendorong tubuh Alfian sampai terjatuh dikarpet berbulu dingin nan lembut hingga kini Andrea lah yang berada di atas tubuh suaminya. Tertawa sexy dan parau bersamaan, Andrea menunduk menanamkan ciuman panas menimbulkan decakan serta desahan dan Alfian mengangkat kepala menerimanya dengan senang sembari tangan keduanya menggrayangi satu sama lain.

Years went by and nothing changed
The love we shared just stayed the same

Wajah Alfian berpaling dari penggorengan, matanya perlahan melebar. Andrea dengan sengaja memperlihatkan mengigit sebuah chery merah dengan gaya bibir menggoda, mengunyahnya lambat-lambat , memainkan lidah kasarnya sendiri menjilati permukaan bibir dan mendesah nikmat akan rasa manis chery. Dan yang dapat dilakukan Alfian adalah berusaha keras menelan ludahnya ke tenggorokan yang terasa kering.

As hair grew grey on top of our heads
Every night I'd quietly say

Alfian mengarahkan kamera handycam berfokus pada satu objek. Andrea berbaring hanya menggunakan bra hitam transparan dan membuka kakinya lebar-lebar disofa. Menggigit telunjuk kanannya genit bak bintang panas difilm dewasa—rambutnya acak-acakan, Alfian bersiul menggoda melihat itu. saat Andrea menyingkap branya sendiri ke bawah, Alfian hampir membanting kamera di meja. Yang terlihat dilayar kecil sekarang hanyalah kaki mereka saling menindih dan sebuah dua suara menyerukan lolongan nikmat.

From now on, from now on we'll be
You and me, we will be

Setelah merasakan dada Andrea menempel sangat dekat dipunggungnya yang terlapis jaket kulit, lalu lengan mungilnya melingkar erat dipinggangnya, Alfian tak segan-segan tersenyum lebar lalu meng-gas motor balap besar warna merah yang sedang mereka tunggangi. Seketika motor tersebut melaju kencang dijalanan kota Seychelles yang lenggang dipagi hari. Mengitari kawasan rumah penduduk, tempat wisata, beberapa pertokoan dan terkadang mendapati hanya pepohonan rimbun diruas kanan kiri jalan. Main-main Alfian menaikkan spedometer lebih tinggi dan berbelok tajam sampai ban berdecit nyaring membuat Andrea menjerit. Ia mengeratkan pelukan pada suaminya dan Alfian tertawa senang berhasil membuat Andrea merasa ngeri. Diperjalanan yang santai, mereka tertawa lepas menikmati angin semilir yang lumayan sejuk.

From now on, from now on we'll be
You and me, you and me, we will be

Muka Andrea berubah marah dan mengeras,memalingkan kepalanya hanya pada arah kanan. Tak mau melihat yang lain. Alfian tiba—memegang dagunya lembut membuat Andrea harus menatapnya didepan, tapi sekali lagi ia membalikkan kepala di arah kanan. Alfian mendengus lalu menyeringai nakal. Diraihnya pinggul Andrea yang terkejut dan berikutnya mereka terjatuh ke bawah bersamaan dari ketinggian 138 kaki dengan permukaan laut. Jatuh dalam keadaan kepala lebih dulu menuju bawah. Andrea berteriak lantang memeluk kuat-kuat tubuh Alfian detik-detik mereka di udara bersiap menghantam kerasnya air dingin. Hanya beberapa jarak, tubuh mereka berhenti. Tali bunge jumping yang diikatkan pada pagar jembatan oleh kru menahan mereka. Andrea tersengal lega,setidaknya mereka menggantung. Dan Alfian terkikik mencium leher Andrea yang sedetik kemudian keduanya terhempas ke air laut bersama-sama.

Only a dream...

Jari-jari Alfian mengacung ke atas bergoyang kesana kemari mengikuti alunan musik hip hop dari headset yang ia bagi dengan istrinya. Andrea terkekeh lalu mengikuti gerakan tangan Alfian lincah. Masih berbaring di kursi santai menikmati berjemur pada pantai Sey villas, Andrea mengenakan bikini minim dan kacamata hitam berbingkai putih, sedangkan Alfian hanya memakai celana renang biru dan kacamata hitam legam bertengger dihidung mancungnya. Matahari Afrika nampak begitu panas menyengat, Andrea bangkit mengambil sunblock—terlintas ide genit dan ia menyeringai nakal.

Only a dream...

Dari bahu,turun ke punggung, lalu bermain disekitar atas pantatnya, Alfian memijat semua itu sesekali meremas mereka. Cairan sunblock terasa licin, dingin menjalar dan geli yang Andrea rasakan. Menerka-nerka bisa saja pijatan Alfian membuat dia basah. Alfian berwajah tenang sudah melepas kacamatanya. Sekali lagi dari bahu turun dan turun. Naik kembali, iseng-iseng tangannya bermain ditepi payudara Andrea dan menangkupnya gemas membuat Andrean terlonjak kaget.

Only a dream

satu lagi, pasti dia jatuh. Alfian sudah tidak kuat. Menggigit bibirnya lelah, sekali lagi kakinya terpaksa diseret mengikuti kemauan nyonya besar sombong ini mengitari deretan gaun. Tak apa-apa kalau ia dimintai memilih bra atau celana dalam g-string berenda. Tapi ini, Alfian menopang semua tumpukan baju-baju yang Andrea hendak beli. Wanita itu sama sekali tidak memedulikan raut geram suaminya masih terus memilih gaun yang ini atau yang itu. satu gaun datang, ohh syukurlah ternyata lengan Alfian masih kuat. Pria itu menarik nafas lega, tapi belum dihembuskan—sebuah pakaian dilempar Andrea menumpuk lagi dan Alfian roboh tepat didepan patung wanita berbikini.

From now on, only a dream
From now on, only a dream

Aroma hangus lewat, merusak ciuman panas mereka didapur saat Alfian hendak melepas celana dalam Andrea. Pagutannya terlepas dan saling menatap heran. Keduanya berpaling pada wajan yang sudah mengeluarkan api—ayam yang Alfian goreng sudah benar-benar menghitam. Alfian panik, meraih serbet cepat-cepat mengibaskan sulutan api dengan wajah ngeri-konyol dimata Andrea. Dia duduk diatas mesin penyuci piring dengan pakaian compang-camping—ulah Alfian—dan tertawa lebar.

From now on, only a dream
From now on, you and me, we will be

**o0o**

Mata Alfian membuka tanpa ragu-ragu. Masih gelap dan tenang. Suara hembusan angin pada ombak laut terdengar begitu damai dan sunyi. Ia sudah sadar, kalau tubuhnya melindungi tubuh mungil Andrea. Dia memeluk Andrea dari belakang punggung istrinya tersebut. Lengan kanannya sebagai bantal Andrea yang masih tidur nyenyak. Sementara lengan kiri melingkar dipungguh telanjang Andrea tanpa selimut karena kain itu sudah terbuang jauh-jauh. Alfian terkekeh serak khas orang bangun tidur dan habis bermesraan panas. Diacak-acakannya pelan rambut Andrea takut bila ia terbangun—lalu Alfian bangkit memasang boxernya dan mengambil sebatang rokok beserta pemantik. Ia melangkar keluar menuju teras dan duduk dikursi kayu menyulutkan api ke ujung puntung rokok,menghisap dalam-dalam,lalu dihembuskan asap putih mengepul beberapa saat menghilang bersama terpaan angin malam.

Pekan bulan madu yang fantastis segera berakhir, itu artinya Alfian harus kembali ke kehidupan nyata-berat-dan menjemukkan. Mengingat ayahnya,perusahaannya,lalu... Sial!! Ia benci memikirkan itu karena merasa dirinya bagai keledai bodoh mengkikik sejelek mereka. Setiap kali mengingat sebuah perintah yang harus dijalankan, demi satu tujuan tinggi—sudah dibangun dan Alfian tak bisa untuk melenggang mundur seenak perutnya. Apalagi sekarang ia telah menyatu intens dengan Andrea. Membuat ia agak ragu.

Andrea,Alfian menggumam. Menghembuskan asap rokok lagi dan lagi. Seminggu lebih pernikahan yang hanya dilandasi gairah nafsu itu berjalan cukup lancar. Tanpa membicarakan hal-hal lain, hanya bercinta,diranjang, bersenang-senang. Alfian menyadari, ia menyukai tawa lepas nan cantiknya wanita itu. tanpa ada topeng angkuh dan dinginnya. Suaranya teramat halus mengingatnya saja membuatnya meremang.

Setelah kembali ke London, bagaimana mereka melanjutkan hubungan ini? Baru sekarang Alfian tahu, kalau dia tak pernah puas dengan Andrea. Ia mengira,hanya satu malam, itu selesai. Salah,salah BESAR! pikiran Alfian berkecamuk tajam. Dihisapnya rokok itu dalam-dalam dan menghembuskan asap berbentuk cincin bulat. Seperti cincin pernikahannya. Alfian membiarkan angin sejuk menerpa dada telanjangnya—melirik sekilas pada Andrea yang muncul dalam jubah putih kamar mandi,berdiri memegang pagar rendah teras. Memandang lautan tenang—menghirup aroma khas laut indah ini.

“apa kau baik-baik saja?” Andrea berpaling pada Alfian,bingung akan pertanyaan itu.
“ya..aku baik”
Alfian lega, bermain pada rokoknya lagi. Hening melanda keduanya.
“apa kau ingin anak?”
Andrea melotot tiba-tiba. Mulutnya terkatup,rahanya mengeras.
“tidak” katanya tegas dan menekan.
“bagus. Kalau begitu minumlam pil kontrasepsi”

Perintah Alfian menusuk disetiap kujur tubuh Andrea. Dia benar-benar dongkol karena Alfian menyangkut hal-hal gila yang tidak mungkin Andrea lakukan.
“mengapa?”
“karena aku benci kondom.aku tidak ingin memakainya lagi” jawab Alfian santai tanpa menatap Andrea yang mengerutkan kening.
“lalu kau menggunakan apa bersama mantan-mantan one night standmu itu?” bentak Andrea marah.
“aku memakainya”
“kenapa denganku kau merubah pikiran?”
“karena..aku ingin merasakan tubuhmu tanpa halangan PLASTIK apapun,sayang!”
Alfian tersenyum manis dan mengerikan. seperti hantu.

Andrea menggeleng tak percaya,Alfian sudah menyulut kemarahannya.
“kau pria egois! Tak akan kubiarkan kau melakukan itu padaku” ia masuk membanting pintu geser keras-keras. Alfian bangkit segera mengejar masuk Andrea-siap bertengkar.
“dengarkan aku Andrea!” bentak Alfian.
“aku tidak mau dan tidak akan pernah mengkonsumsi obat kimia yang bisa meracuni kesehatanku. Aku tidak mau berakhir seperti Joseph!” raung Andrea membalikkan tubuh kasar.
“obat itu bukan untuk meracuni. Tapi membuat kau terjaga. Dari kehamilan tentu saja” ejek Alfian santai.
                                                            
“kalau kau tidak mau, terserah. Aku akan tetap tak menggunakan kondom saat bercinta denganmu nantinya. Dan ketika kau hamil, aku tak akan peduli. Urus saja dirimu dengan janinmu sendiri”
“kau benar-benar pria brengsek! Tidak bertanggung jawab!”Andrea mengeluarkan sisa-sisa tenaganya untuk menjerit. Tangannya terkepal, ingin sekali melemparkan benda keras pada kepala sinting itu. alfian menyeringai.
“bukankah kita hanya sedang bermain rumah-rumahan? Pikirkan itu Andrea. Aku hanya tertarik pada gairah saja. Tak lebih dari itu. selanjutnya hidupku adalah hidupku, dan hidupmu adalah hidupmu” ujar Alfian duduk di tepi ranjang berantakan dan tersenyum seakan tak ada masalah apa-apa.

Andrea tak bisa menyombongkan diri atau berubah seangkuh apapun. ia benar-benar merasa terpojok. Bayangan ia berjalan dengan perut buncit, tak cantik lagi, Alfian yang tak peduli, mengurus bayi, membuatnya merasa jijik. Ia panik berusaha menutupinya dari Alfian. menutup wajahnya sejenak dengan geram lalu mengeluh.

“BAIK,baik! Aku akan menggunakan pil-pil itu. kau puas sekarang!”

Tawa riang keluar santai dibibir Alfian. ia membaringkan tubuhnya yang menggoda setiap wanita. Menepuk-nepuk sisi kosong untuk Andrea.
“maukah kau bergabung tidur disini? Disampingku?” alisnya naik satu.
Sekaranglah Andrea merasa jijik pada Alfian. ia berbalik keluar membanting pintu kamar menimbulkan bunyi keras tapi tak berpengaruh pada Alfian. ia malah asik tertawa. Selanjutnya tak ada lagi penghalang, ia akan merasakan kehangatan Andrea yang begitu indah. Alfian menyeringai, mengambil bra ungu yang tergeletak sembarangan dikasur,menghirup dalam-dalam aroma tubuh Andrea, dan menutup matanya dengan benda harum tersebut. Alfian si mesum!!

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar