Created by Aii D.Luffi
Bab 4
“rasanya baru kemarin dia bilang, tidak akan menemukan seseorang yang
spesial”
“lalu tiba-tiba sebuah undangan datang di meja kerjaku. Kau tahu
bagaimana reaksiku?”
“apa?”
“pingsan dan mimisan” terbahak.
“kau seperti melihat wanita telanjang. Mengapa harus mimisan?”
“karena nama wanita itu, Andrea Blunt. Wow aku sempat menggodanya tahun
lalu, tapi dia malah terang-terangan berkata bahwa resletingku terbuka dan
celana dalamku sangatlah jelek dimatanya”
Ben tergelak memegang perutnya menyaksikan Romy dengan tampang
jengkel-geli mengingat adegan yang dulu-dulu. Keterdiaman Alfian terganggu.
Menatap dua sahabatnya risih, apalagi sudah jelas bahwa Ben dan Romy sedang
membicarakan dirinya.
“sejak kapan kalian suka bergosip macam ibu-ibu?” tanya Alfian jijik.
“sejak kau akan menikah hahaha” mata Alfian melotot besar. Tapi tetap
diam karena beberapa tamu mencuri-curi pandang ditempatnya berdiri. Didepan
altar, menunggu sang mempelai.
“bagaimana bisa kau mengambil hati wanita es itu,bro? Aku benar-benar
angkat tangan dengannya” Romy mengangkat bahunya pasrah. Seperti disiram air
panas, Alfian menoleh dengan tampang linglung. Menikah? Andrea? Sekarang?
“hei, aku..menikah hari ini bukan?” tanyanya tak percaya membuat Romy
dan Ben saling pandang bingung. Lama-kelamaan senyum Alfian melebar dan dia
tertawa senang. Kedua sahabat Alfian mengerutkan kening—tak mengerti sama
sekali ucapan Alfian. jadi selama ini dia kemana saja?
“aku baru sadar dan..astaga..aku sudah disini, akan menikah?” katanya
kocak menatap pakaiannya sendiri. Jas, kemeja, dan celana putih bersih.
Sekuntum mawar merah terpasang rapi disaku jas bagian dada.
“lalu kau kira ini apa? siap-siap tanding lari? Atau kau akan fashion
show begitu?” tanya Ben mengerutkan bibirnya. Alfian terkikik geli mengenai
pembicaraan mereka.
Ia ingat hari ini adalah hari pembalasannya pada Andrea. Berbagai
rencana jahat dan iseng sudah dipersiapkan oleh Alfian tanpa sadar merekam
dimemorinya. Dia berdiri sambil masih terkekeh layak orang bodoh. Bayangan
mesum yang ia punya memenuhi semua sudut otak kotornya,
Andrea..Andrea..Andrea..begitulah.
“ALFI!!” pria itu terperanjat dan tawanya hilang diganti mimik muka
serius.
“ya?” tanyanya linglung. Ben yang persis di sebelahnya mengumpat.
“pernikahanmu segera dimulai. Andrea akan menuju ke altar” benar saja.
Semua tamu telah duduk dibangku panjang khusus, bahkan sang pendeta yang
usianya terlihat masih muda dan berkacamata sudah berdiri di dekat mimbar.
“aku tahu..”
Alfian yang konyol sudah bertransformasi menjadi pria serius seperti
jabatannya sebagai direktur. Tangannya bertautan di depan menanti sang calon
mempelai. Nafasnya tertahan, disaat itulah dia tiba. Bersama Mark, Andrea
menautkan lengan pada lengan ayah tiri—walau terlihat ia tidak suka itu. musik
menyala, diiringi instrumen From This Moment, gaunnya berjumbai ke bawah dengan
anggun, putih seperti bidadari. Tanpa disadari ujung bibir Alfian membentuk
kuluman senyum terpesona. Andrea benar-benar cantik, tak ada topeng, pipi
wanita itu merona pink, rambutnya menjuntai ke bahu dan diantara belahan dada
yang menonjol, membawa buket bunga mawar merah seperti bibirnya. Ia menunduk,
entah apa yang dipikirkan tapi Andrea yang saat ini menikah bukan si sombong
putri yang biasa Alfian temui. Ini berbeda.
Semua tamu kagum akan paras alami Andrea. Pengantin tercantik menurut
mereka. Dan semuanya juga bisa melihat bahwa Alfian memancarkan sinar mencintai
akan itu. keduanya berhenti tepat didepan Alfian. kepala Andrea terangkat dan
memandang Mark dengan masam. Tapi tidak untuk Mark, ia tersenyum lebar hendak
mencium putrinya..
“tak usah!” Mark berhenti mendengar desisan kelam Andrea. Ayah itu
tersenyum kecut lalu berpaling pada Alfian.
“kuserahkan dia padamu”
Dan Alfian mengangguk bijak. Sekaranglah mereka dipertemukan kembali
setelah proses 3 bulan yang melelahkan. Saling menatap dalam menembus bola mata
masing-masing. Alfian menggandeng lengan Andrea untuk menuju ke altar, tanpa
disangka..wanita itu tersenyum. Bukan..bukan senyum tulus. Senyum seperti
berkata A-KHIR-NYA! Sedikit geli juga ada dibibir manis itu. alfian membalas
dengan tawa kecil semakin mempererat gandengan dan berhadapan dengan pendeta
muda.
“Alfian James Dunkan, bersediakah anda menjadi suami dari Andrea
MaryKate Blunt,sakit-sehat bersama, bahagia-sedih bersama, dan hidup bersama
selama-lamanya?” hening menyelimuti ruangan, sebelum Alfian menjawab ia
memegang bahu polos Andrea,membuat tubuh mereka berhadapan dan saling menatap
begitu dalam.
“ya,aku bersedia” para tamu tidak bernafas.
“dan Andrea MaryKate Blunt,bersediakah anda menjadi istri Alfian James
Dunkan, sakit-sehat bersama, bahagia-sedih bersama, dan hidup bersama
selama-lamanya?” Andrea merasakan cengkraman dibahunya. Ia tersenyum samar dan
langsung menghilang.
“ya..aku bersedia”
Seketika tepuk tangan riuh bergema, para tamu berdiri memberi ucapan
selamat menempuh hidup baru. Kini keduanya sudah resmi menjadi sepasang
suami-istri. Alfian memasang sebuah cincin berlian putih yang cantik pada jari
tengah Andrea, begitu pula sebaliknya. Andrea memasang cincin perak polos di
jari tengah Alfian—suaminya. Lalu keduanya tersenyum kembali. Arina berdiri
menangis bahagia memeluk suaminya dan melambaikan tangan pada Andrea.
“cium..cium..cium..” sebuah gagasan yang bagus dari para tamu, Alfian
menyeringai nakal. Ia mau menuruti teriakan mereka. Dipandangnya Andrea yang
melotot geli karena raungan teman-temannya menyuruh Andrea untuk berciuman.
Sedetik kemudian, Alfian memegang dagu Andrea. Tangan kiri bertengger
pada pinggang—erat dan tangan kanan semakin mendekatkan wajah Andrea ke
bibirnya. Mata Alfian berapi dan Andrea melihat itu sedikit tertawa yang
menurut Alfian sangat sexy.
Tanpa banyak bicara, Alfian segera melahap bibir itu menghabiskan bibir
Andrea lalu melumatnya penuh kelembutan karena keduanya berada di depan puluhan
orang. Setidaknya untuk ciuman prancis yang panas bisa ia lakukan nanti.
Andrea terbawa, ciuman dahsyat Alfian yang sudah resmi menjadi
suaminya—suami palsu—menyulurkan lidah panas dan kasar masuk ke dalam bibir
Andrea selama hampir empat menit. Para tamu tertawa, Ben dan Romy yang berdiri
disamping Charles geli sendiri dan merasakan bahwa sahabatnya itu sudah dimabuk
asmara karena sosok Andrea.
Memegang bibir padatnya sendiri, Alfian menyeringai penuh maksud dan
dibalas Andrea dengan mengangkat dagu tinggi-tinggi menantang bersamaan kuluman
senyum maut.
“kita lanjutkan ini nanti”
**o0o**
Seharian sudah mereka merayakan acara pernikahan yang sederhana tapi
tetap terkesan mewah bagi kaum biasa. Alfian dan Andrea menampilkan akting
sebagai suami-istri yang penuh cinta, berdampingan, saling mengecup, atau hanya
memeluk satu sama lain. Semakin malam bukannya semakin lelah tapi Alfian
semakin senang. Ia tidak sabar menunggu momen dimana ia dan Andrea akan pergi
dari tempat ini dan hanya berdua. Waktu untuk pembalasan. Dari tadi ia
tersenyum sendiri seperti orang bodoh memikirkan hal-hal kotor. Sang istri
menangkap basah dirinya lalu menyikut lengan Alfian dan lamunan pecah.
“kenapa kau tertawa sendiri?” tanya Andrea heran.
“bukan urusanmu” sekali lagi ia mengecup bibir manis Andrea. Wanita itu
terkesiap, bagaimanapun Alfian selalu membangkitkan gairah yang lama-lama
membesar seperti sebuah balon yang ditiup. Hanya Alfian, bahkan Willy tidak
pernah membuatnya seperti ini. Tubuh Andrea menegang mengingat William.
“astaga Andrea. Rasamu manis sekali. Aku tak akan pernah bosan
menciummu terus dan ingin segera memasukimu” erang Alfian menggoda. Tapi kejahilan
Alfian diacuhkan oleh Andrea. Wajahnya kembali dingin dan mengeras. Ditatapnya
sekeliling mencoba mencari seseorang yang ia harapkan datang, tapi nihil. Hanya
Sarah, tersenyum lemah dari jauh—tahu akan maksud Andrea.
“ada apa?”
Andrea memalingkan muka ketika Alfian menatapnya sendu dan mengelus
pipinya dengan punggung tangannya. Andrea menggeleng enggan.
“tidak, tak ada apa-apa”
“baguslah. Saatnya perpisahan.”
Arina memeluk lama putri tercinta dan sedikit terisak. Andrea memasang
wajah masam, lagi-lagi sang ibu terlalu berlebihan.
“ibu aku pergi hanya 3 minggu. Aku tidak pernah pergi selamanya..”
Arina tersenyum malu dibalik isakan.
“ibu tahu. ibu hanya terharu sayang. Kau jaga dirimu baik-baik ya.
Bersenang-senanglah dibulan madu kalian. Telpon ibu ketika kau sampai”
“aku tahu..” Andrea menubruk badan mungil dan renta Arina. Kenapa
Andrea merasakan kalau tubuh ibunya semakin kurus? Apa Mark menyiksa Arina?
Jangan sampai.
“aku mencintaimu, bu. Ibu juga jaga kesehatan..” dikecupnya pipi Arina
penuh kasih sayang. Arina menyusut air mata.
“aku juga mencintaimu”
Andrea melirik Alfian. suaminya itu masih ditengah perpisahan dengan
Charles dan Mark. Kenapa pria itu suka sekali dengan Alfian? apa dia berniat
untuk menikahi Alfian juga? Batin Andrea sinis.
Setelah berjabat tangan, Charles menatap Alfian sedikit kaku. Tatapan
kelam dan gelap. Hampa. Tapi sedikit tersirat harapan kecil. Charles menarik
ujung bibir.
“jaga dirimu my boy”
“ya Ayah” Alfian mengangguk sekilas lalu berpaling pada Mark. Pria baya
tersebut menyeringai sangat jelas dan..bahagia. ia memeluk Alfian begitu erat
seperti dia adalah putra tersayang dan menjabat tangan Alfian riang.
“selamat Alfian. dan..bahagiakan putriku sampai dia..benar-benar
puas..” Mark berbisik sembari menunjuk Andrea dengan sudut matanya.
Dia mengerutkan kening, perlahan menghampiri sang suami. Alfian
menghembuskan nafas dan mengangguk pasrah. Wajahnya begitu dingin, ia merasa
seperti seorang pecundang. Untuk sementara, Alfian berusaha untuk menghilangkan
bermacam-macam aturan yang terjebak di memori ingatannya. Lupakan itu.
Para tamu mulai melambaikan tangan pada pasangan ini dan mobil melaju
pergi. Sorak-sorai menghilang begitu saja dan hanya keheningan tercipta. Andrea
memalingkan muka dari pemandangan di luar dan menatap Alfian yang melingkarkan
lengan dibahunya acuh. Duduknya sangat dekat dan kaki mereka pun menempel.
Andrea sudah mengganti gaun dengan busana santai berwarna biru langit. Ia
menyeringai kecil lalu memegang dagu Alfian untuk menatapnya. Pria itu
terkesiap, sedetik berikutnya bibir mereka menyatu basah saling mengorek bagian
dalam tanpa henti.
Sang sopir memerah dan berhenti untuk mengintip melalui spion. Andrea
merasakan senyuman tengil Alfian merambat dibibirnya lalu keduanya terlepas.
“apa kau berniat mendorongku lagi?”
“tidak. Justru aku berniat untuk menarikmu..” desah Andrea.
Pria itu tersenyum samar. Saling menatap dalam dan kembali berpelukan
erat. Dia menggeliat sedikit,tidak disangka Alfian memegang pahanya secara
posesif agar Andrea tidak bergerak. Ia menyandarkan kepala dibahu kokoh
itu—merasa lelah dengan berbagai macam keadaan yang mendadak datang. Untuk
sementara, mereka akan hidup di dunia fantasi.
Bulan madu..dimulai..
**o0o**
“kita disini”
Andrea menghentikan tawanya karena sedikit terperangah. Baru saja Alfian
menggelitiki tubuh sexy itu tanpa sadar keduanya sudah berada disebuah rumah.
Rumah yang istimewa dan cukup fastastis. Sebelum itu, Andrea tidak tahu dan
tidak mau tahu kejutan apa yang dibuat oleh Arina dan Alfian untuk bulan madu.
Dan sekarang, dia disini. Di Seychelles, benua Afrika—terletak berjuta-juta mil
dari rumahnya sendiri. Sebuah resort termewah yang pernah ada di pulau Sey
villas, merasakan jetlag karena terbang berjam-jam ketika Andrea melihat pasir
putih dan bau laut di waktu malam membuat perasaannya tenang, dihirupnya aroma
laut menyejukkan. Ini spektakuler. Seakan ia mengambang diatas laut.
“kau suka?” tanya Alfian berbisik. Andrea baru tahu kalau tempat tidur
mereka berhadapan langsung pada jendela kaca bergeser dan memperlihatkan pasir
putih dan laut yang damai. Diangkatnya kedua bahu acuh tak acuh.
“aku sudah biasa seperti ini. Tapi aku berbohong kalau bilang tempat
ini sangat tidak menakjubkan” Alfian terkekeh hambar dan mendekat.
“kau dan kesombonganmu kembali. Ayolah,ini bulan madu kita Andrea. Tak
bisakah sebentar saja kau tertawa lepas mengagumi semua yang sudah kupersiapkan
hanya untuk istri palsuku, dan menunjukkan rasa terima kasih yang begitu
mendalam? Aku menanti” Alfian melingkarkan lengan di pinggang ramping istrinya
yang tersenyum mengejek.
“ya ampun. Aku suka itu. ‘istri palsu’. Terima kasih banyak suami
palsuku. Kau sungguh murah hati”
Terdiam, bola mata mereka memancarkan gairah yang menusuk. Alfian
sejenak membiarkan suasana panas yang menggerogoti keduanya. Berpikir apa yang
kali ini wanita sombong dan bengis itu lakukan? Alfian tersedak akan nafasnya
sendiri, sebuah usapan hangat meluncur didadanya yang berbalut kemeja putih
bergaris. Lembut, intim, dan..panas. Andrea seakan memancing birahi besar dalam
diri Alfian. lama—nafas Alfian mulai terengah.
Andrea tersenyum mengetahui itu, perlahan tanpa suara jemari lentik
dengan cekatan membuka satu persatu kancing kemeja. Dua kancing lolos, terlihat
kulit dada Alfian yang berwarna coklat matang. Melanjutkan kembali kancing yang
lain. Hanya butuh satu detik terbuka semua dan dada bidang berototnya membuat
Andrea kini yang terengah. Ia menahan gejolak api didalam tubuhnya sendiri.
Tapi Andrea tak bisa. Melihat itu saja sudah membuat Andrea lumpuh, bayangan
pantai dan laut hanyut entah kemana.
Saat membuka kedua matanya yang sempat terpejam karena berusaha
menenangkan diri, Andrea baru sadar kalau kini lengan kekar Alfian sudah
menggerayangi tubuhnya yang mungil dan berlekuk indah. Ia mengangkat muka
bermaksud melihat tatapan Alfian, dan benar saja. Mata hitam itu menyala dengan
hasrat seksual. Ketika tangan kekar besar itu menyusup dalam celah gaun menuju
pantatnya, Andrea berjinjit dan mendesah.
“Alfian..”
“ssstt..” dihentikan desahan dengan sebuah ciuman ganas. Tetap saja,
Andrea mengerang di tenggorokan dan membiarkan Alfian memijit pantatnya. Dia
benar-benar merasa nikmat. Ditariknya kemeja Alfian dan membuangnya kesamping.
Kulit Andrea menempel dan meraba bagian dada pria ini dengan sentuhan lembut
yang teramat panas. Dari leher, bahu kokoh, dada atas, kemudian perutnya yang
berbentuk. Kali ini Alfian mengerang tersendat.
“apa sekarang kau akan mendorongku lagi Miss Dunkan?” tanya Alfian
parau masih bermain pada belahan pantat Andrea. Wanita itu mengeong seperti
kucing manja meminta makanan. Tubuhnya menggigil penuh kenikmatan yang baru
pertama kali ia rasakan.
“menurutmu?”? ya Tuhan, telunjuk Alfian menyusuri organ intimnya dengan
lihai. Sejeniuskah pria ini untuk menyiksa seorang wanita dengan siksaan
surgawi?
“aku yang akan mendorongmu..” lalu bibir padat itu segera menuju pada
leher jenjang Andrea. Mengecup menggigit, memberikan suatu hadiah berupa bekas
merah tanda khas bermesraan.
Berkali-kali.
“aku..suka itu..” desah Andrea memalingkan muka ke arah lain. Tubuhnya
lemas seketika, merasakan celana dalamnya basah, ia hanya bisa memeluk punggung
telanjang Alfian, tanpa mengusapnya karena ia tidak kuat. Sarafnya seperti
mati.
Dan bibir itu teralih pada tenggorokan, jemari Alfian keluar dan
mengait celana dalam yang ia belum tahu apa warnanya.
“turunkan celana dalammu” perintah Alfian adalah dengungan indah yang
pernah Andrea dengar. Suaranya serak menunjukkan ia suka bermain dengan
dirinya. Andrea bangga kembali akan hal itu.
Sedikit menggoyangkan kaki untuk melorotkan kain tipis lembut ke tanah,
Alfian mengintip ke bawah. Wow, itu merah muda dan berenda. Lelaki suka yang
berenda. Ia tersenyum nakal dan kembali menyesap tenggorokan sampai kepala
Andrea terlempar ke belakang dan mendesah panjang. Alfian memegangi tengkuk
mulus itu kuat-kuat dan tangan satunya menyingkap gaun Andrea lama-lama semakin ke atas.
“ya ampun, sayang. Kau benar-benar basah..” ujar Alfian menyentuh
bagian bawah istrinya. Andrea merengek manja, melihat Alfian, dia sedang
menghisap jarinya yang terkena cairan cinta miliknya—menyeringai ganas
didekatnya. Nafasnya tercekat, tubuhnya membara. Alfian terlihat sangat menikmati
rasa dari dalam raganya.
“rasa ini melebihi rasa manis yang pernah kubayangkan sebelumnya. aku
tahu kau..berbeda” tanpa babibu, Alfian melepas gaun itu lolos dari bahu Andrea
yang ngos-ngosan dan membuangnya.
Mundur dua langkah, matanya hanya terpaut pada sosok Andrea. Wanita itu
berdiri, kedua tangan terangkat sehabis melepas gaun yang sekarang hanya
memakai bra merah muda—seperti celana dalamnya—tapi tidak berhasil menutupi
dadanya yang montok seakan-akan tumpah. Bagian bawahnya terbuka, pahanya kecil
mulus, dan mempunyai organ intim yang sangat merangsang siapapun,tak terkecuali
Alfian saat ini.
Bibir Andrea bengkak dan terbuka menghirup nafas tersendat seperti
habis maraton sejauh 1 kilometer. Matanya kini memandang sayu pada
suaminya—penuh arti dan memohon. Andrea memohon, suatu hal yang langka. Alfian
melesat cepat memasuki lidahnya pada mulut Andrea, menempelkan ereksi dibalik
celana jeans biru tepat pada bagian basah Andrea. Terasa timbul dan
menggelitik. Mundur—maju—mundur dan maju kembali,Andrea hanya bisa mengerang
dan mengerang.
Seperti pasangan mabuk, Alfian menggiring Andrea cepat menuju ranjang
hendak menjatuhkan tubuh Andrea. Tapi ia salah dan kalah besar. Matanya
mendelik tatkala tubuh besarnya terlempar dulu ke ranjang empuk bertaburkan
bunga merah—entah apa—yang dikhususkan untuk pasangan bulan madu. Alfian bangun
tapi tak bisa. Andrea sudah duduk dibagian sekitar perut dan ereksinya yang
semakin kuat. Ia tersenyum sexy mengusap sebentar dada bidang Alfian membuat
nafasnya terengah—bingung.
“biarkan aku yang melepaskan celanamu” sebegitu liarkah wanita ini? Wow
Andrea benar-benar terlihat panas dimata Alfian. tidak, ia selalu
menggairahkan. Andrea masih tertawa sembari melepas sabuk, lalu celana jeans
dan kini boxer beserta celana dalam Alfian. mata Andrea melebar ketika
kejantanan Alfian sudah terpampang jelas dimatanya. Baru kali ini ia menatap
langsung dan merasa memerah dibagian muka.
“sudah selesai bukan? Kini aku yang memimpin kembali”
Karena Andrea diam mirip patung melihat ereksi itu,menjadi terkejut
karena Alfian memutar tubuh mereka dan sekarang dirinya berada di bawah.
Tertidur pada ranjang. Alfian sangat-sangat senang. Tatapan membara menelusuri
tubuh Andrea, ia begitu terpana menyukai itu. andrea melenguh kencang, bibir
Alfian mengecup kulit pahanya, menggeser ke atas dan berhenti pada lipatan
kewanitaannya. Kepalanya seakan tenggelam, tiba-tiba suatu sengatan petir
menyetrum saraf Andrea.
“ahhh...Alfian..”
“ya sayang”
“enngghh..lebih dalam” ia bukanlah orang buta,tuli, atau bodoh. Andrea
cukup tahu berhubungan badan dengan seseorang. Istilah-istilah panas mereka,
atau tahapan menuju puncak. Bukan hal yang tabu. Tapi jujur dia tidak pernah
melakukan ini. Tidak tahu bagaimana nikmatnya dikecup dibagian intim, membuat
tubuh seakan kejang, ingin dimasuki..ohh dia ingin Alfian segera memasuki
tubuhnya. Senikmat inikah bercinta? Andrea menggeleng-gelengkan kepala pasrah
di bantal. Rambut cantiknya sudah berantakan. Menggigit bibir menahan rasa
seksual yang diberikan Alfian padanya.
“Alfi..”
“hemmm..” Alfian masih menjilati. Sesekali bermain bersama ujung jari.
“aku..akan keluar..”
“bagus. Keluarlah sayang. Aku yang akan membersihkannya” detik kemudian
Andrea melengkungkan punggung dan mendekatkan pinggul pada rambut lebat Alfian.
melolong kencang seperti serigala. Alfian tertawa dibawah dan melanjutkan
pekerjaan tercintanya. Ia lemas, puncak pertama. Itu membuat Andrea tersenyum
penuh arti.
“berhentilah Alfian. dan bergabunglah denganku” Andrea kembali
merengek. Suaminya terkekeh merangkak ke atas, tatapannya berhenti dibibir
bengkak yang tersengal dan turun menuju dadanya yang masih tertutup bra. Ia
sudah begitu merindukan ciuman dengan Andrea. Turun perlahan dan kemudian
keduanya berciuman ganas lagi memagut satu sama lain. Alfian meraih dada Andrea
dan memijatnya dengan kelembutan ekstra. Ohh Andrea menaikkan pinggul lagi
menempel pada ereksi, betapa bahagianya bila disentuh begitu lembut.
Bibir Alfian turun ke rahang, pipi, menggigit telinga Andrea, dan turun
di dada atas yang putih seperti warna salju. Ia hendak membuka bra ketika
sebuah ingatan terlintas. Andrea merasakan ranjang bergerak,Alfian bangkit.
Apa? meninggalkannya di tengah-tengah cerita? Ia begitu bingung dan mengikuti
tubuh Alfian yang berjalan menjauh. Sial!!
“alfian! kenapa..kau pergi? Ini belum..selesai..” cicit Andrea
tersengal dan tidak terima. Alfian melirik dan menyeringai sekilas. Ternyata
pria itu menggeledah dalam tas hitam yang dia bawa dari London.
“tunggulah disitu sebentar”
Apa yang pria brengsek ini lakukan? Ya ampun, memasang handycam pada
penyangga kamera, tepat didepan ranjang menghadap pada tubuh Andrea yang
berbaring—dengan kelambatan disengaja. Andrea mengerutkan kening sampai
benar-benar berkerut tajam.
“apa itu?”
Alfian masih membenarkan posisi kamera perekam tersebut dan menyeringai
cabul.
“untuk dokumentasi. Siapa tahu aku ingin memutarnya lagi dan lagi”
“apa kau juga melakukan ini ketika kau bercinta dengan wanita lain?”
tanya Andrea pedas.
“tidak. Aku tak mau repot-repot dan juga tak mau memberi harapan kosong
pada mereka. Hanya kau, istriku tersayang. Ini spesial” ujar Alfian menggoda.
Bukannya tersinggung, Andrea malah tertawa sexy yang dibuat-buat. Ia
merasa takjub bahwa suaminya akan merekam memori indah ini, hanya bersama
dirinya. Dan kini tubuhnya panas kembali. Andrea menggigit bibir dan menggeliat
meliuk bagai ular didepan kamera. Alfian yang menonton itu melebarkan mata.
Ereksinya sangat terlihat karena ia telanjang bulat dan sedang berdiri,
melototkan mata dimana Andrea melepas branya dan dada besar itu menggantung
bebas. Dia kembali berbaring terlentang lebar mengusap selimut sutra dibawahnya
mengajak Alfian untuk mendekat.
Rahang Alfian mengeras, ia meraih suatu benda kecil dengan cepat dan
menjatuhkan diri di atas tubuh mungil ranum milik Andrea siap dilahap.
Selanjutnya, kamera merekam segala aktivitas panas dari lubang kecil
itu. menyerap suara desahan,lolongan nikmat entah itu milik Andrea atau Alfian.
Goyangan pinggul Andrea mengencang, ia merintih mengangkat kedua lengan
di atas kepalanya sendiri dan mencengkram bantal.
“ahh..Alfi..ahh..aku akan keluar lagi..”
“jangan ditahan,sayang..lepaskan semuanya”
Andrea menjerit,merasakan untuk ketiga kalinya puncak bercinta. Membuat
ia bergidik. Keluar teramat dahsyat, begitu puas, lelah, tapi menyenangkan. Ia
mendengar erangan nikmat Alfian ketika ia menuju puncaknya sendiri dan kemudian
ambruk menimpa tubuh Andrea. Dikecupnya bibir itu sayang, mengusap pipinya lalu
merubah posisi untuk berbaring disampingnya dengan sprei berdarah, bantal
berjatuhan, dan tangan disekeliling pinggang polos.
“bagaimana rasanya?”
Andrea terkikik mengusap dada bidang yang sudah menjadi bagian favorit
dari tubuh suaminya.
“luar biasa. Aku sudah keluar tiga kali dan kau baru sekali? Aku baru
tahu kalau kau sangat perkasa Mr Dunkan. Kau membuatku kalah” dengus Andrea
mengingat hal itu. alfian terkekeh lalu berbaring miring menatap penuh
kedalaman intim.
“wah wah, Andrea Dunkan bisa kalah? Bisa kujadikan kelemahan untuk saat
ini..dan seterusnya” bisik Alfian menggoda memainkan dada Andrea menggelitiknya
dengan cubitan-cubitan.
“kameranya masih merekam. Sayang sekali kalau itu tersisa tanpa apa-apa”
“lalu maksudmu?” Andrea melolot galak harus tertindih lagi oleh tubuh
besar Alfian. pria ini benar-benar tidak bisa terpuaskan.
“tentu saja kita habiskan filmnya, dengan ronde kedua atau ketiga
mungkin..”
Andrea terpekik geli, berhenti menatap tatapan api membara itu tapi ia
tak bisa. Alfian sepenuhnya sudah mengungkung tubuhnya dengan balutan tubuh
Alfian sendiri, ia biarkan dirinya menyerah pada seorang Alfian James Dunkan.
**o0o**
(song:From now on by the features,Ost Breaking Dawn Part 1)
Dreamed last night about a time
and place
Where from our troubles we had
escaped
Telinga mereka seakan tersumbat batu kerikil, tak peduli turis lain,
bahkan pelayan menawarkan bir selanjutnya pun diacuhkan begitu saja. Mata
keduanya masih terkunci, sesekali melahap hidangan malam direstoran kelas atas
tersebut dan melakukan aktivitas lain yang membangkitkan nafsu sama
lain,disini,dimeja. Kaki Alfian bermain menggesekkan pada kaki telanjang Andrea
dari balik taplak meja putih tertutup sampai lantai. Tak bisa konsentrasi apa
yang disantap, Andrea tersenyum menantang dan membuka pahanya lebar-lebar.
Hingga dia terlonjak dari duduk karena kaki pria itu bisa masuk menuju
terowongan intimnya disambut tawa keras dari Alfian.
I held your hand then I felt
complete
As you turned and said to me
Suara cempreng menggunakan bahasa aneh dari layar televisi plasma
keluar dengan adegan tidak elit. Seorang pria negro nampak marah-marah tak
jelas dan menjotos ponselnya sendiri ke dinding. Apa ini sebuah drama romantis?
Tapi mengapa terlihat seperti acara lawak? Kening Alfian dan Andrea mengkerut,
perlahan-lahan saling berhadapan dan menatap bingung satu sama lain. Menit
berikutnya mereka hanya bisa tertawa lucu bersamaan. Lalu Alfian segera
mematikan televisi dengan remote, mereka sadar—mereka tak mengerti bahasa
Afrika.
From now on, from now on we'll
be
You and me, we will be
JLEP! Anak panah tertancap tepat ditengah bundaran paling kecil
berwarna merah. Alfian tersenyum bangga karena ia merasa menang. tapi senyuman
itu hilang, sebuah anak panah lain tiba-tiba datang membelah anak panahnya
sendiri menjadi dua. Andrea mendengus senang. Sementara Alfian masih melongo.
Dilihatnya Andrea menyeringai angkuh dengan tatapan aku-yang-lebih-menang dan
bercekak pinggang. Alfian menggeretakkan gigi gerahamnya dengan jengkel lalu
pergi meninggalkan Andrea yang tertawa puas bisa unggul dari Alfian.
From now on, from now on we'll
be
You and me, you and me, we will
be
Keduanya berciuman berguling-guling diranjang hanya menggunakan pakaian
dalam masing-masing. Sampai ditepi—posisi Alfian berada di atas, tapi itu belum
stop. Andrea mendorong tubuh Alfian sampai terjatuh dikarpet berbulu dingin nan
lembut hingga kini Andrea lah yang berada di atas tubuh suaminya. Tertawa sexy
dan parau bersamaan, Andrea menunduk menanamkan ciuman panas menimbulkan
decakan serta desahan dan Alfian mengangkat kepala menerimanya dengan senang
sembari tangan keduanya menggrayangi satu sama lain.
Years went by and nothing
changed
The love we shared just stayed
the same
Wajah Alfian berpaling dari penggorengan, matanya perlahan melebar.
Andrea dengan sengaja memperlihatkan mengigit sebuah chery merah dengan gaya
bibir menggoda, mengunyahnya lambat-lambat , memainkan lidah kasarnya sendiri
menjilati permukaan bibir dan mendesah nikmat akan rasa manis chery. Dan yang
dapat dilakukan Alfian adalah berusaha keras menelan ludahnya ke tenggorokan
yang terasa kering.
As hair grew grey on top of our
heads
Every night I'd quietly say
Alfian mengarahkan kamera handycam berfokus pada satu objek. Andrea
berbaring hanya menggunakan bra hitam transparan dan membuka kakinya
lebar-lebar disofa. Menggigit telunjuk kanannya genit bak bintang panas difilm
dewasa—rambutnya acak-acakan, Alfian bersiul menggoda melihat itu. saat Andrea
menyingkap branya sendiri ke bawah, Alfian hampir membanting kamera di meja.
Yang terlihat dilayar kecil sekarang hanyalah kaki mereka saling menindih dan
sebuah dua suara menyerukan lolongan nikmat.
From now on, from now on we'll
be
You and me, we will be
Setelah merasakan dada Andrea menempel sangat dekat dipunggungnya yang
terlapis jaket kulit, lalu lengan mungilnya melingkar erat dipinggangnya,
Alfian tak segan-segan tersenyum lebar lalu meng-gas motor balap besar warna
merah yang sedang mereka tunggangi. Seketika motor tersebut melaju kencang
dijalanan kota Seychelles yang lenggang dipagi hari. Mengitari kawasan rumah
penduduk, tempat wisata, beberapa pertokoan dan terkadang mendapati hanya
pepohonan rimbun diruas kanan kiri jalan. Main-main Alfian menaikkan spedometer
lebih tinggi dan berbelok tajam sampai ban berdecit nyaring membuat Andrea
menjerit. Ia mengeratkan pelukan pada suaminya dan Alfian tertawa senang
berhasil membuat Andrea merasa ngeri. Diperjalanan yang santai, mereka tertawa
lepas menikmati angin semilir yang lumayan sejuk.
From now on, from now on we'll
be
You and me, you and me, we will
be
Muka Andrea berubah marah dan mengeras,memalingkan kepalanya hanya pada
arah kanan. Tak mau melihat yang lain. Alfian tiba—memegang dagunya lembut
membuat Andrea harus menatapnya didepan, tapi sekali lagi ia membalikkan kepala
di arah kanan. Alfian mendengus lalu menyeringai nakal. Diraihnya pinggul
Andrea yang terkejut dan berikutnya mereka terjatuh ke bawah bersamaan dari
ketinggian 138 kaki dengan permukaan laut. Jatuh dalam keadaan kepala lebih
dulu menuju bawah. Andrea berteriak lantang memeluk kuat-kuat tubuh Alfian
detik-detik mereka di udara bersiap menghantam kerasnya air dingin. Hanya
beberapa jarak, tubuh mereka berhenti. Tali bunge jumping yang diikatkan pada
pagar jembatan oleh kru menahan mereka. Andrea tersengal lega,setidaknya mereka
menggantung. Dan Alfian terkikik mencium leher Andrea yang sedetik kemudian
keduanya terhempas ke air laut bersama-sama.
Only a dream...
Jari-jari Alfian mengacung ke atas bergoyang kesana kemari mengikuti
alunan musik hip hop dari headset yang ia bagi dengan istrinya. Andrea terkekeh
lalu mengikuti gerakan tangan Alfian lincah. Masih berbaring di kursi santai
menikmati berjemur pada pantai Sey villas, Andrea mengenakan bikini minim dan
kacamata hitam berbingkai putih, sedangkan Alfian hanya memakai celana renang
biru dan kacamata hitam legam bertengger dihidung mancungnya. Matahari Afrika
nampak begitu panas menyengat, Andrea bangkit mengambil sunblock—terlintas ide
genit dan ia menyeringai nakal.
Only a dream...
Dari bahu,turun ke punggung, lalu bermain disekitar atas pantatnya,
Alfian memijat semua itu sesekali meremas mereka. Cairan sunblock terasa licin,
dingin menjalar dan geli yang Andrea rasakan. Menerka-nerka bisa saja pijatan
Alfian membuat dia basah. Alfian berwajah tenang sudah melepas kacamatanya.
Sekali lagi dari bahu turun dan turun. Naik kembali, iseng-iseng tangannya
bermain ditepi payudara Andrea dan menangkupnya gemas membuat Andrean terlonjak
kaget.
Only a dream
satu lagi, pasti dia jatuh. Alfian sudah tidak kuat. Menggigit bibirnya
lelah, sekali lagi kakinya terpaksa diseret mengikuti kemauan nyonya besar
sombong ini mengitari deretan gaun. Tak apa-apa kalau ia dimintai memilih bra
atau celana dalam g-string berenda. Tapi ini, Alfian menopang semua tumpukan
baju-baju yang Andrea hendak beli. Wanita itu sama sekali tidak memedulikan
raut geram suaminya masih terus memilih gaun yang ini atau yang itu. satu gaun
datang, ohh syukurlah ternyata lengan Alfian masih kuat. Pria itu menarik nafas
lega, tapi belum dihembuskan—sebuah pakaian dilempar Andrea menumpuk lagi dan
Alfian roboh tepat didepan patung wanita berbikini.
From now on, only a dream
From now on, only a dream
Aroma hangus lewat, merusak ciuman panas mereka didapur saat Alfian
hendak melepas celana dalam Andrea. Pagutannya terlepas dan saling menatap
heran. Keduanya berpaling pada wajan yang sudah mengeluarkan api—ayam yang
Alfian goreng sudah benar-benar menghitam. Alfian panik, meraih serbet
cepat-cepat mengibaskan sulutan api dengan wajah ngeri-konyol dimata Andrea.
Dia duduk diatas mesin penyuci piring dengan pakaian compang-camping—ulah
Alfian—dan tertawa lebar.
From now on, only a dream
From now on, you and me, we will
be
**o0o**
Mata Alfian membuka tanpa ragu-ragu. Masih gelap dan tenang. Suara
hembusan angin pada ombak laut terdengar begitu damai dan sunyi. Ia sudah
sadar, kalau tubuhnya melindungi tubuh mungil Andrea. Dia memeluk Andrea dari
belakang punggung istrinya tersebut. Lengan kanannya sebagai bantal Andrea yang
masih tidur nyenyak. Sementara lengan kiri melingkar dipungguh telanjang Andrea
tanpa selimut karena kain itu sudah terbuang jauh-jauh. Alfian terkekeh serak
khas orang bangun tidur dan habis bermesraan panas. Diacak-acakannya pelan
rambut Andrea takut bila ia terbangun—lalu Alfian bangkit memasang boxernya dan
mengambil sebatang rokok beserta pemantik. Ia melangkar keluar menuju teras dan
duduk dikursi kayu menyulutkan api ke ujung puntung rokok,menghisap
dalam-dalam,lalu dihembuskan asap putih mengepul beberapa saat menghilang
bersama terpaan angin malam.
Pekan bulan madu yang fantastis segera berakhir, itu artinya Alfian
harus kembali ke kehidupan nyata-berat-dan menjemukkan. Mengingat
ayahnya,perusahaannya,lalu... Sial!! Ia benci memikirkan itu karena merasa
dirinya bagai keledai bodoh mengkikik sejelek mereka. Setiap kali mengingat
sebuah perintah yang harus dijalankan, demi satu tujuan tinggi—sudah dibangun
dan Alfian tak bisa untuk melenggang mundur seenak perutnya. Apalagi sekarang
ia telah menyatu intens dengan Andrea. Membuat ia agak ragu.
Andrea,Alfian menggumam. Menghembuskan asap rokok lagi dan lagi. Seminggu
lebih pernikahan yang hanya dilandasi gairah nafsu itu berjalan cukup lancar.
Tanpa membicarakan hal-hal lain, hanya bercinta,diranjang, bersenang-senang.
Alfian menyadari, ia menyukai tawa lepas nan cantiknya wanita itu. tanpa ada
topeng angkuh dan dinginnya. Suaranya teramat halus mengingatnya saja
membuatnya meremang.
Setelah kembali ke London, bagaimana mereka melanjutkan hubungan ini?
Baru sekarang Alfian tahu, kalau dia tak pernah puas dengan Andrea. Ia
mengira,hanya satu malam, itu selesai. Salah,salah BESAR! pikiran Alfian
berkecamuk tajam. Dihisapnya rokok itu dalam-dalam dan menghembuskan asap
berbentuk cincin bulat. Seperti cincin pernikahannya. Alfian membiarkan angin
sejuk menerpa dada telanjangnya—melirik sekilas pada Andrea yang muncul dalam
jubah putih kamar mandi,berdiri memegang pagar rendah teras. Memandang lautan
tenang—menghirup aroma khas laut indah ini.
“apa kau baik-baik saja?” Andrea berpaling pada Alfian,bingung akan
pertanyaan itu.
“ya..aku baik”
Alfian lega, bermain pada rokoknya lagi. Hening melanda keduanya.
“apa kau ingin anak?”
Andrea melotot tiba-tiba. Mulutnya terkatup,rahanya mengeras.
“tidak” katanya tegas dan menekan.
“bagus. Kalau begitu minumlam pil kontrasepsi”
Perintah Alfian menusuk disetiap kujur tubuh Andrea. Dia benar-benar
dongkol karena Alfian menyangkut hal-hal gila yang tidak mungkin Andrea lakukan.
“mengapa?”
“karena aku benci kondom.aku tidak ingin memakainya lagi” jawab Alfian
santai tanpa menatap Andrea yang mengerutkan kening.
“lalu kau menggunakan apa bersama mantan-mantan one night standmu itu?”
bentak Andrea marah.
“aku memakainya”
“kenapa denganku kau merubah pikiran?”
“karena..aku ingin merasakan tubuhmu tanpa halangan PLASTIK
apapun,sayang!”
Alfian tersenyum manis dan mengerikan. seperti hantu.
Andrea menggeleng tak percaya,Alfian sudah menyulut kemarahannya.
“kau pria egois! Tak akan kubiarkan kau melakukan itu padaku” ia masuk
membanting pintu geser keras-keras. Alfian bangkit segera mengejar masuk
Andrea-siap bertengkar.
“dengarkan aku Andrea!” bentak Alfian.
“aku tidak mau dan tidak akan pernah mengkonsumsi obat kimia yang bisa
meracuni kesehatanku. Aku tidak mau berakhir seperti Joseph!” raung Andrea
membalikkan tubuh kasar.
“obat itu bukan untuk meracuni. Tapi membuat kau terjaga. Dari
kehamilan tentu saja” ejek Alfian santai.
“kalau kau tidak mau, terserah. Aku akan tetap tak menggunakan kondom
saat bercinta denganmu nantinya. Dan ketika kau hamil, aku tak akan peduli.
Urus saja dirimu dengan janinmu sendiri”
“kau benar-benar pria brengsek! Tidak bertanggung jawab!”Andrea
mengeluarkan sisa-sisa tenaganya untuk menjerit. Tangannya terkepal, ingin
sekali melemparkan benda keras pada kepala sinting itu. alfian menyeringai.
“bukankah kita hanya sedang bermain rumah-rumahan? Pikirkan itu Andrea.
Aku hanya tertarik pada gairah saja. Tak lebih dari itu. selanjutnya hidupku
adalah hidupku, dan hidupmu adalah hidupmu” ujar Alfian duduk di tepi ranjang
berantakan dan tersenyum seakan tak ada masalah apa-apa.
Andrea tak bisa menyombongkan diri atau berubah seangkuh apapun. ia
benar-benar merasa terpojok. Bayangan ia berjalan dengan perut buncit, tak
cantik lagi, Alfian yang tak peduli, mengurus bayi, membuatnya merasa jijik. Ia
panik berusaha menutupinya dari Alfian. menutup wajahnya sejenak dengan geram
lalu mengeluh.
“BAIK,baik! Aku akan menggunakan pil-pil itu. kau puas sekarang!”
Tawa riang keluar santai dibibir Alfian. ia membaringkan tubuhnya yang
menggoda setiap wanita. Menepuk-nepuk sisi kosong untuk Andrea.
“maukah kau bergabung tidur disini? Disampingku?” alisnya naik satu.
Sekaranglah Andrea merasa jijik pada Alfian. ia berbalik keluar
membanting pintu kamar menimbulkan bunyi keras tapi tak berpengaruh pada
Alfian. ia malah asik tertawa. Selanjutnya tak ada lagi penghalang, ia akan
merasakan kehangatan Andrea yang begitu indah. Alfian menyeringai, mengambil
bra ungu yang tergeletak sembarangan dikasur,menghirup dalam-dalam aroma tubuh
Andrea, dan menutup matanya dengan benda harum tersebut. Alfian si mesum!!
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar