Sabtu, 16 November 2013

Me,You,and Us.. (bagian tiga)



Created by Aii D.Luffi or Aii Cicuit





Bergegas memakai baju serba hitam yang sangat pas dengan tubuh mungilnya. Setelah itu,dia mendekat pada sang pria tanpa diminta. Pria itu tertegun,tapi meletakkan kedua tangannya—membiarkan si istri tercinta menutup resleting jaket kulit gelap. Keduanya sudah terlihat bagai kelelawar hitam yang siap terbang. Saat wajah cantik itu tertangkap lesu dan sangat sangat pucat,ia meraih dagunya dan keduanya saling berpandangan. Tak ada sinar hangat. Tak ada harapan. Hanya kegugupan yang terpaut. Bola indah bidadarinya berkaca-kaca.


Dia mencium kening wanitanya. Memeluk erat sejenak sebelum meninggalkan rumah tentram dan damai ini. Membiarkan buah hati tuk tidur sendiri.
Sang wanita berjalan cepat menuju dapur. Menggeratakan gigi,lalu memencet sebuah kode pada pemanggang. Satu detik,yang terbuka bukanlah oven biasa. Melainkan sebuah brankas rahasia,berisikan beberapa buah pisau tajam dan besar-besar. Ia mengambil tiga diantaranya..dan yang terakhir..gergaji besar. Ditatapnya semua itu ragu-ragu.

Diluar gelap terselimuti kabut. Rintik-rintik air dari langit turun bergantian membuat jalanan sudah cukup basah.
Dari ujung sana..yang sulit dijangkau penglihatan—seorang pria setengah abad mengintip dari balik gorden dengan tatapan heran.

“ibu,bukankah itu..tuan dan nyonya yang baru pindah beberapa hari lalu?” tanyanya tanpa mengalihkan mata. Ketika dua orang yang ia maksudkan tengah membuka pintu mobil dan masuk. Mobil sedan gelapnya mundur dengan lihai tanpa menimbulkan bunyi bising.
“ohh..Tuan dan nyonya Lee? memang kenapa,Yah?”
“malam-malam begini pergi. tapi berdua. Kalau tidak salah ingat,mereka punya satu anak kan?mengapa ditinggal begitu saja ckckck”

Mobil sempat berhenti. Dan Bapak itu berhasil melihat wajah nyonya Lee—nya dari balik jendela mobil.Ekspresinya datar,tenang,dan dingin. Betapa terkejut setengah matinya dia saat dua bola mata tajam beralih pas ke mukanya begitu cepat. Lekas ia menutup gorden dan membalikkan badan dengan kaku.
“ada apa,Yah?”
Wajah hantu itu terngiang-ngiang diotaknya. Siapa wanita itu? Dan..mengapa keluarga baru tersebut teramat pendiam dan sekarang..begitu mengerikan?

**o0o**

“Siapa itu?” Lelaki besar masih memakai jas,berjalan limbung karena pesta vodka tadi sore. Ia sudah mengantuk,tapi saat ia menyadari kalau ada seseorang mengikutinya,dirinya menjadi was-was dan telernya hilang.
“siapa disitu?!”
Gang kecil yang ia telusuri bak lorong panjang dari sebagian istana hantu yang sering ia tonton di televisi. Ia berlari ketika mata merahnya menangkap bayangan aneh manusia dibelakang. Dia ingin segera sampai rumah. Atau setidaknya jalanan yang ramai. Tidak seperti ini. Pria itu mengutuk dirinya sendiri karena sudah mabuk dan arah langkahnya malah menyesatkannya sendiri.

Hening. Hanya suara tetesan air yang tak jelas darimana. Pria gendut itu menghembuskan nafas walau hanya berlari beberapa meter,tapi karena adrenalin yang muncul dan takut..
“dasar..preman celeng..” serunya geli. Ia melanjutkan langkahnya lagi sebelum..


BRAKK!!
“..AKHH..KKHHH..” Sebelum lehernya tercekik oleh seutas tali baja yang keras. Tubuhnya tertarik kebelakang dan menabrak tubuh tinggi seorang pria yang ia tak kenal. Dia tak bisa melihat mata tajam elang tersebut. Sibuk meronta karena tali itu terasa sudah hampir memutus nadi dilehernya. Dia terbatuk—kehabisan nafas. Darah segar merembes dari kulit lehernya karena gesekan tali maut tersebut.
Ia tak bisa bicara,matanya melotot merasa begitu kesakitan.
Meyakinkan diri kalau yang ia cekik sudah diambang kematian—pria perkasa bermata elang itu menghempaskan mangsanya ke tanah basah dengan keras sampai pria gendut memekik.

Nafas keduanya tersengal. Hingga beberapa detik kemudian..
“..Hyesun..”
Dalam pandangan sayu dan kesakitan,si gendut masih dapat melihat seorang wanita cantik namun tampak mengerikan—datang kepadanya. Menatapnya dingin dan tenang. Berdiri disamping pria yang mencekiknya tadi.
“..to..long..” Lehernya seakan sudah putus untuk berkata-kata. Mengangkat tangan kirinya berharap dapat bantuan. Tapi terhenti. Salah besar. Tangan berisi berubah menjadi kaku dalam sekejap.

Matanya semakin melotot,bibirnya membuka lebar,wajahnya syok dan kulit berkeringatnya berubah biru. Sebuah pisau panjang tertancap pas dinadi lehernya. Darah kental yang terlihat kotor mengenai sekujur muka dan baju mahalnya,serta si pembunuh itu. Sang wanita dingin yang pucat terkena cipratan noda merah diwajah cantiknya.
Itulah terakhir yang dapat ia lihat dan dibawanya menuju alam baka. Perlahan,mata birunya berubah menjadi abu-abu. Dingin..mengabur..membisu..dan..mati..


Bagai memotong hewan,dengan ahli dan lincah,keduanya memotong satu persatu badan besar yang sudah tak bernyawa tersebut. Kedua tangan,kaki,membedah isi perut yang penuh kotoran. Sampai harus rela sekujur tubuh keduanya berlumuran darah dari muka sampai baju hitamnya.
Satu persatu bagian yang telah dimutilasi dimasukkan dalam kantung hitam besar,sesaat pria tampan itu terdiam dan menatap istrinya yang masih sibuk memotong.

“bisakah kau memotong kepalanya sekarang,sayang?” terdengar seperti perintah,bukan permintaan walau nada suaranya merajuk dan sempat menyejukkan hati si wanita. Dia mengangguk lemah,mengambil gergaji besar yang ia bawa dan mulai menggores permukaan bergerigi nan tajam itu pada kulit leher yang sudah tertutup darah.

**o0o**

Mobil gelap seperti bayangan melaju kembali. Menyusuri jalanan sunyi dan tidak ada kendaraan lains selain miliknya. Keduanya pun hanya diam seribu bahasa. Membiarkan suasana dingin yang beku,maupun darah anyir merebak disetiap sudut interior mobil.
“..itu..siapa?” tanya sang wanita parau. Tak beralih dari pemandangan diluar mobil. Suaminya mengangkat bahu cuek.
“anggota dewan. Kepalanya satu milyar” jawabnya singkat dan terus menyetir. Wanita itu menoleh pada bungkusan mayat yang tertidur dijok belakang mobil. Baunya begitu menyengat dan aneh. Tapi ia sama sekali tak khawatir. Bukankah itu sudah menjadi aroma yang biasa ia hirup!

Dikeluarkannya sapu tangan putih,disodorkannya pada istrinya. Wanita itu segera membasuh seluruh tubuh yang terkena cipratan darah menggunakan kain suci milik suami tercinta. Walau sia-sia,karena darah—yang bukan miliknya—telah mengering sejak tadi.

**o0o**

Sudah hampir pukul 4 pagi. Baju penuh dosa mereka tergeletak di keranjang kotor seolah-olah itu hanya pakaian kotor biasa. Terdengar percikan air dari shower. Mandi bersama air hangat,terasa begitu menenangkan. Wanita itu hanya memeluk suaminya ditengah derasnya air. Dia butuh penopang agar tubuh lemahnya tidak ambruk dan pria itu tentu saja lebih dari bersedia. Dibiarkannya malaikat itu merengkuh tubuhnya erat-erat,sebagai ganti..dia membersihkan tubuhnya sampai noda darah menjijikan tersebut hilang.

Mulai dari rambut,muka,dada,perut,kedua tangan. Darah itu mengalir jatuh,hanyut bersama air hangat dan masuk ke dalam lubang pembuangan.Tak ada lagi bau anyir aneh. Sudah bersih..Tapi tunggu! Dia mengangkat wajahnya yang menunduk dalam,langsung melihat setetes darah tertempel dibibir yang teramat ia sukai. Mengusapnya menggunakan ibu jari,lalu bibirnya sendiri pun mencoba membersihkan darah itu. Memagut,mereka berciuman dengan mata terbuka. Saling menatap penuh kerinduan,rasa menyesal,atau..lelah.

Dalam uap mengepul dibilik shower,menyiratkan suasana teramat panas. Mereka masih mencium lebih dan lebih. Hingga pria itu tahu,setetes air murni jatuh dan itu bukan air keran. Tapi ada tangis dimata bidadarinya.
Wanitanya menangis dalam diam. Tak ada lagi yang harus ia perbuat selain memeluknya dan memberikan ciuman cinta tuk meredakan lubang besar didalam hatinya.

**o0o**

Ada dengkuran halus dan mesra di kamar sebelah. Setelah apa yang terjadi,mendengar musik indah itu bagai dentingan harpa dari surga. Dia sempat tersenyum,ingin sekali mencium bocah kecilnya tapi tertahan karena tubuhnya sudah kelelahan ekstra. Sudah berpakaian bersih,ia kembali terduduk diranjang. Menerima segelas air mineral dari tangan suami,dan beberapa obat berbeda jenis.
Pil tidur dan..pil penenang.

Ia meminumnya cepat. Semakin banyak,itu semakin baik.
“kau sudah minum?” tanyanya setelah meminum air mineral. Pria itu tersenyum lembut.
“aku masih harus bekerja besok”
Lalu lampu dimatikan.

Hyesun merebah menghadap jendela. Sinar rembulan kembali tampak walau ini sudah berganti hari. Merasakan tangan solid melingkari pinggangnya dan meraihnya tuk dipeluk. Tersenyum dalam kegelapan. Minho terus mengecup ubun-ubun,kedua belah pipi,dan mengusap rambut istrinya sampai dia benar-benar terlelap dalam damai. Semoga tak ada mimpi buruk yang menghantui. Pekerjaan telah selesai. Kini,saatnya mereka kembali menjalani kehidupan di atas bumi. Meninggalkan sesaat realita hidup keras di ujung dasar bumi.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar