Created by Aii D.Luffi or Aii
Cicuit
Bergegas memakai baju serba hitam yang sangat pas dengan tubuh
mungilnya. Setelah itu,dia mendekat pada sang pria tanpa diminta. Pria itu
tertegun,tapi meletakkan kedua tangannya—membiarkan si istri tercinta menutup
resleting jaket kulit gelap. Keduanya sudah terlihat bagai kelelawar hitam yang
siap terbang. Saat wajah cantik itu tertangkap lesu dan sangat sangat pucat,ia
meraih dagunya dan keduanya saling berpandangan. Tak ada sinar hangat. Tak ada
harapan. Hanya kegugupan yang terpaut. Bola indah bidadarinya berkaca-kaca.
Dia mencium kening wanitanya. Memeluk erat sejenak sebelum meninggalkan
rumah tentram dan damai ini. Membiarkan buah hati tuk tidur sendiri.
Sang wanita berjalan cepat menuju dapur. Menggeratakan gigi,lalu
memencet sebuah kode pada pemanggang. Satu detik,yang terbuka bukanlah oven
biasa. Melainkan sebuah brankas rahasia,berisikan beberapa buah pisau tajam dan
besar-besar. Ia mengambil tiga diantaranya..dan yang terakhir..gergaji besar.
Ditatapnya semua itu ragu-ragu.
Diluar gelap terselimuti kabut. Rintik-rintik air dari langit turun
bergantian membuat jalanan sudah cukup basah.
Dari ujung sana..yang sulit dijangkau penglihatan—seorang pria setengah
abad mengintip dari balik gorden dengan tatapan heran.
“ibu,bukankah itu..tuan dan nyonya yang baru pindah beberapa hari
lalu?” tanyanya tanpa mengalihkan mata. Ketika dua orang yang ia maksudkan
tengah membuka pintu mobil dan masuk. Mobil sedan gelapnya mundur dengan lihai
tanpa menimbulkan bunyi bising.
“ohh..Tuan dan nyonya Lee? memang kenapa,Yah?”
“malam-malam begini pergi. tapi berdua. Kalau tidak salah ingat,mereka
punya satu anak kan?mengapa ditinggal begitu saja ckckck”
Mobil sempat berhenti. Dan Bapak itu berhasil melihat wajah nyonya
Lee—nya dari balik jendela mobil.Ekspresinya datar,tenang,dan dingin. Betapa
terkejut setengah matinya dia saat dua bola mata tajam beralih pas ke mukanya
begitu cepat. Lekas ia menutup gorden dan membalikkan badan dengan kaku.
“ada apa,Yah?”
Wajah hantu itu terngiang-ngiang diotaknya. Siapa wanita itu? Dan..mengapa
keluarga baru tersebut teramat pendiam dan sekarang..begitu mengerikan?
**o0o**
“Siapa itu?” Lelaki besar masih memakai jas,berjalan limbung karena
pesta vodka tadi sore. Ia sudah mengantuk,tapi saat ia menyadari kalau ada
seseorang mengikutinya,dirinya menjadi was-was dan telernya hilang.
“siapa disitu?!”
Gang kecil yang ia telusuri bak lorong panjang dari sebagian istana
hantu yang sering ia tonton di televisi. Ia berlari ketika mata merahnya
menangkap bayangan aneh manusia dibelakang. Dia ingin segera sampai rumah. Atau
setidaknya jalanan yang ramai. Tidak seperti ini. Pria itu mengutuk dirinya
sendiri karena sudah mabuk dan arah langkahnya malah menyesatkannya sendiri.
Hening. Hanya suara tetesan air yang tak jelas darimana. Pria gendut itu
menghembuskan nafas walau hanya berlari beberapa meter,tapi karena adrenalin
yang muncul dan takut..
“dasar..preman celeng..” serunya geli. Ia melanjutkan langkahnya lagi
sebelum..
BRAKK!!
“..AKHH..KKHHH..” Sebelum lehernya tercekik oleh seutas tali baja yang
keras. Tubuhnya tertarik kebelakang dan menabrak tubuh tinggi seorang pria yang
ia tak kenal. Dia tak bisa melihat mata tajam elang tersebut. Sibuk meronta
karena tali itu terasa sudah hampir memutus nadi dilehernya. Dia
terbatuk—kehabisan nafas. Darah segar merembes dari kulit lehernya karena
gesekan tali maut tersebut.
Ia tak bisa bicara,matanya melotot merasa begitu kesakitan.
Meyakinkan diri kalau yang ia cekik sudah diambang kematian—pria
perkasa bermata elang itu menghempaskan mangsanya ke tanah basah dengan keras
sampai pria gendut memekik.
Nafas keduanya tersengal. Hingga beberapa detik kemudian..
“..Hyesun..”
Dalam pandangan sayu dan kesakitan,si gendut masih dapat melihat
seorang wanita cantik namun tampak mengerikan—datang kepadanya. Menatapnya
dingin dan tenang. Berdiri disamping pria yang mencekiknya tadi.
“..to..long..” Lehernya seakan sudah putus untuk berkata-kata. Mengangkat
tangan kirinya berharap dapat bantuan. Tapi terhenti. Salah besar. Tangan
berisi berubah menjadi kaku dalam sekejap.
Matanya semakin melotot,bibirnya membuka lebar,wajahnya syok dan kulit
berkeringatnya berubah biru. Sebuah pisau panjang tertancap pas dinadi
lehernya. Darah kental yang terlihat kotor mengenai sekujur muka dan baju
mahalnya,serta si pembunuh itu. Sang wanita dingin yang pucat terkena cipratan noda
merah diwajah cantiknya.
Itulah terakhir yang dapat ia lihat dan dibawanya menuju alam baka.
Perlahan,mata birunya berubah menjadi abu-abu.
Dingin..mengabur..membisu..dan..mati..
Bagai memotong hewan,dengan ahli dan lincah,keduanya memotong satu
persatu badan besar yang sudah tak bernyawa tersebut. Kedua tangan,kaki,membedah
isi perut yang penuh kotoran. Sampai harus rela sekujur tubuh keduanya
berlumuran darah dari muka sampai baju hitamnya.
Satu persatu bagian yang telah dimutilasi dimasukkan dalam kantung
hitam besar,sesaat pria tampan itu terdiam dan menatap istrinya yang masih
sibuk memotong.
“bisakah kau memotong kepalanya sekarang,sayang?” terdengar seperti
perintah,bukan permintaan walau nada suaranya merajuk dan sempat menyejukkan
hati si wanita. Dia mengangguk lemah,mengambil gergaji besar yang ia bawa dan
mulai menggores permukaan bergerigi nan tajam itu pada kulit leher yang sudah
tertutup darah.
**o0o**
Mobil gelap seperti bayangan melaju kembali. Menyusuri jalanan sunyi
dan tidak ada kendaraan lains selain miliknya. Keduanya pun hanya diam seribu
bahasa. Membiarkan suasana dingin yang beku,maupun darah anyir merebak disetiap
sudut interior mobil.
“..itu..siapa?” tanya sang wanita parau. Tak beralih dari pemandangan
diluar mobil. Suaminya mengangkat bahu cuek.
“anggota dewan. Kepalanya satu milyar” jawabnya singkat dan terus
menyetir. Wanita itu menoleh pada bungkusan mayat yang tertidur dijok belakang
mobil. Baunya begitu menyengat dan aneh. Tapi ia sama sekali tak khawatir.
Bukankah itu sudah menjadi aroma yang biasa ia hirup!
Dikeluarkannya sapu tangan putih,disodorkannya pada istrinya. Wanita
itu segera membasuh seluruh tubuh yang terkena cipratan darah menggunakan kain
suci milik suami tercinta. Walau sia-sia,karena darah—yang bukan miliknya—telah
mengering sejak tadi.
**o0o**
Sudah hampir pukul 4 pagi. Baju penuh dosa mereka tergeletak di
keranjang kotor seolah-olah itu hanya pakaian kotor biasa. Terdengar percikan
air dari shower. Mandi bersama air hangat,terasa begitu menenangkan. Wanita itu
hanya memeluk suaminya ditengah derasnya air. Dia butuh penopang agar tubuh
lemahnya tidak ambruk dan pria itu tentu saja lebih dari bersedia. Dibiarkannya
malaikat itu merengkuh tubuhnya erat-erat,sebagai ganti..dia membersihkan
tubuhnya sampai noda darah menjijikan tersebut hilang.
Mulai dari rambut,muka,dada,perut,kedua tangan. Darah itu mengalir
jatuh,hanyut bersama air hangat dan masuk ke dalam lubang pembuangan.Tak ada
lagi bau anyir aneh. Sudah bersih..Tapi tunggu! Dia mengangkat wajahnya yang
menunduk dalam,langsung melihat setetes darah tertempel dibibir yang teramat ia
sukai. Mengusapnya menggunakan ibu jari,lalu bibirnya sendiri pun mencoba
membersihkan darah itu. Memagut,mereka berciuman dengan mata terbuka. Saling
menatap penuh kerinduan,rasa menyesal,atau..lelah.
Dalam uap mengepul dibilik shower,menyiratkan suasana teramat panas.
Mereka masih mencium lebih dan lebih. Hingga pria itu tahu,setetes air murni
jatuh dan itu bukan air keran. Tapi ada tangis dimata bidadarinya.
Wanitanya menangis dalam diam. Tak ada lagi yang harus ia perbuat
selain memeluknya dan memberikan ciuman cinta tuk meredakan lubang besar
didalam hatinya.
**o0o**
Ada dengkuran halus dan mesra di kamar sebelah. Setelah apa yang
terjadi,mendengar musik indah itu bagai dentingan harpa dari surga. Dia sempat
tersenyum,ingin sekali mencium bocah kecilnya tapi tertahan karena tubuhnya
sudah kelelahan ekstra. Sudah berpakaian bersih,ia kembali terduduk diranjang. Menerima
segelas air mineral dari tangan suami,dan beberapa obat berbeda jenis.
Pil tidur dan..pil penenang.
Ia meminumnya cepat. Semakin banyak,itu semakin baik.
“kau sudah minum?” tanyanya setelah meminum air mineral. Pria itu
tersenyum lembut.
“aku masih harus bekerja besok”
Lalu lampu dimatikan.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar